tirto.id - Sorgum adalah jenis tanaman serealia yang mudah tumbuh di berbagai jenis lingkungan tanah dan punya potensi besar untuk dikembangkan di wilayah tropis dan kering. Karena budidaya sorgum di lahan kering mudah dilakukan, tanaman pangan tersebut berpotensi dikembangkan di Indonesia.
Selain itu, tanaman sorgum dapat menjadi salah satu alternatif bahan pangan, termasuk sebagai pengganti gandung, padi, jagung dan lain sebagainya. Sorgum bahkan bisa menjadi sumber baru untuk bahan pakan ternak hingga bioetanol dan industri makanan-minuman.
Mengutip publikasi Badan Penelitian Sereal, Kementerian Pertanian (Kementan), biji sorgum punya kandungan nutrisi yang sebanding dengan jagung maupun beras. Biji sorgum yang rendah lemak juga mengandung protein lebih tinggi daripada jagung dan beras.
Tak heran, sorgum tercatat jadi bahan pangan utama penduduk di 30-an negara. Tanaman sorgum dibudidayakan secara luas di negara-negara Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, serta Asia Selatan.
Tanaman sorgum sebenarnya sejak lama sudah dikenal di Indonesia. Namun, pengembangannya di pertanian tanah air masih terbilang minim apabila dibandingkan dengan beberapa tanaman pangan lainnya. Mengingat potensi manfaatnya yang besar, budidaya sorgum jelas potensial untuk digarap para petani tanah air.
Harga Sorgum di Pasaran Saat ini
Di Indonesia, pada September 2022, harga jual biji sorgum sekitar Rp3.500 per kg. Namun, jika telah diolah menjadi biji kering sosoh, harga sorgum bisa mencapai Rp15 ribu per kg. Selain itu, harga sorgum juga akan bergantung pada jenis varietasnya.
Data terbaru harga jual berbagai jenis varietas sorgum bisa dicek di situs web Kementan RI lewat tautan ini.
Tidak hanya biji sorgum yang dapat dimanfaatkan dengan dijual. Batang dan daun sorgum pun bisa dijadikan bahan pakan ternak.
Teknik Budidaya Sorgum: Ringkasan & Link Panduan PDF
Selain mudah dalam hal perawatan dan penanaman, manfaat sorgum banyak. Tidak hanya bijinya yang bermanfaat, daun dan batangnya pun bisa menjadi pakan ternak dan bahan industri. Selain itu, batang sorgum dapat juga dipakai sebagai media tanam jamur merang.
Tanaman sorgum mudah beradaptasi dengan media tanam yang kurang air, tetapi produktivitasnya tinggi. Sorgum juga lebih tahan terhadap hama penyakit dibandingkan padi atau jagung.
Masih satu famili dengan tanaman serealia seperti padi, jagung dan hanjeli serta gandum, sorgum juga satu keluarga dengan tebu dan bambu. Adapun jenis tanaman sorgum yang saat ini paling sering dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (L) Moench.
Berikut ini ringkasan teknik budidaya sorgum, seperti dikutip dari publikasi Kementan RI:
1. Persiapan lahan
Pembersihan lahan secara ringan untuk membuang gulma, meratakan dan menggemburkan tanah dilakukan di awal. Lalu, beri pupuk organik sebagai langkah perbaikan struktur tanah. Di samping itu, mencangkul tipis lahan bermanfaat mempercepat pelapukan dan memperbesar persediaan air.
2. Memilih varietas dan penyiapan benih
Pilih varietas unggulan yang cocok dengan jenis tanah dan lingkungan lahan, serta teknik tanam yang akan diterapkan. Kebutuhan benih sorgum untuk satu hektar lahan berkisar antara 10-15 kg, bergantung pada varietas yang akan ditanam, ukuran benih, jarak tanam, dan sistem tanam.
Sebagian varietas sorgum punya masa dormansi benih pada 1 bulan pertama setelah panen. Benih sorgum bisa dipertahankan kemampuan tumbuhnya selama periode tertentu jika disimpan dalam kemasan yang mempertahankan kadar airnya di tingkat 10% lebih. Benih sorgum sebaiknya ada di ruang penyimpanan bersuhu 10-16 derajat celcius.
Agar penggunaan lahan efisien, penanaman sorgum bisa menggunakan bibit. Adapun penyemaian benih dilakukan pada 15-20 hari sebelum tanam. Tempat persemaian bibit sorgum hampir serupa dengan padi. Namun, persemaian sorgum tidak digenangi air.
Untuk mempermudah pencabutan bibit sorgum, tanah persemaian benih perlu dipertahankan agar tetap gembur. Untuk penanaman di 1 hektar lahan, setidaknya dibutukan lahan persemaian seluas 50 meter persegi.
3. Waktu penanaman
Waktu yang tepat untuk mulai menanam sorgum adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Sorgum sebenarnya dapat ditanam sepanjang tahun, tetapi tanaman muda tidak boleh tergenang air ataupun kekeringan. Di lahan kering, tanaman sorgum sebaiknya ditanam pada awal atau akhir musim hujan secara monokultur setelah panen palawija. Sementara itu, pada musim kemarau, sorgum dapat ditanam setelah panen padi kedua atau setelah palawija di lahan sawah.
4. Mulai menanam/penanaman
Beri jarak antar lubang tanam sebesar 70 cm x 20 cm dan masukkan 3-5 biji sorgum di dalamnya. Tutup lubang tanam dengan tanah tipis saja, agar biji mudah berkecambah.
Sebaiknya, tiap lubang tanam diisi 3-4 benih sorgum, kemudian ditutup dengan tanah ringan atau pupuk organik. Penutupan lubang tanam dengan pupuk organik atau abu atau tanah ringan bisa memudahkan benih tumbuh, 5 hari setelah tanam. Saat umur sorgum sudah 2-3 minggu setelah tanam, penjarangan tanaman dengan meningggalkan dua tanaman/rumpun dapat dilakukan.
Di lahan kurang subur dengan kandungan air tanah yang rendah, penanaman sorgum sebaiknya menggunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku, yakni sekitar 125.000 tanaman per hektar.
Agar penguapan air tanah bisa ditekan, jarak tanam sorgum antarbaris sebaiknya dipersempit, dan jarak dalam baris diperlebar.
5. Pemeliharaan
Walau tanpa pemupukan tanaman sorgum sebenarnya mudah untuk bertumbuh dan berproduksi. Namun, adanya pemupukan akan lebih baik. Penyiraman bisa dilakukan sewajarnya. Tanaman ini biasanya tumbuh baik di tanah dengan pH 6-7,5.
Penggunaan pupuk untuk tanaman sorgum perlu memperhatikan waktu dan cara pemberian, jenis, dan takarannya. Hal ini tidak dapat disamakan di semua lokasi, tergantung pada kondisi tanah.
Tanaman sorgum bersifat tanggap terhadap pupuk nitrogen. Takaran pupuk N bergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Varietas unggul lebih tanggap terhadap pupuk N dibanding varietas lokal.
6. Penjarangan
Lakukan penjarangan tanaman dengan cara memilih trubus atau tunas yang kurang subur dari masing-masing lubang tanam, dan cabut. Dengan begitu tersisa 3 tanaman terbaik per lubang tanam.
7. Penyiangan
Cabut dan bersihkan gulma di sela-sela tanaman secara rutin. Gulma hanya akan merebut nutrisi dan sinar matahari yang dibutuhkan oleh sorgum. Kumpulkan gulma dalam satu lokasi dan biarkan busuk untuk dapat dijadikan kompos.
8. Pembubunan
Pembubunan adalah penggemburan tanah di sekitar tanaman, lalu dinaikkan ke sekitar batang sehingga membentuk gulu untuk mengokohkan batang tanaman dan tidak mudah rebah. Proses Pembumbunan, dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua (3-4 minggu setelah tanam) atau sebelumnya.
9. Pengendalian Hama
Musuh utama sorgum umumnya berupa organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti gulma, lalu burung yang memakan bijinya. Pengusiran burung bisa dengan metode sederhana seperti orang-orangan sawah atau suara yang berisik.
Hama penyakit yang kerap dihadapi oleh sorgum adalah:
- Lalat bibit (Atherigonaexiqua stein)
- Ulat Tanah (Agrotis sp)
- Hama Bubuk
- Karat Daun
- Bercak daun
- Kapang Jelaga.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika tanaman menunjukkan gejala terserang. Cara dan waktu pengendalian bergantung pada jenis hama dan penyakit yang menyerang.
10. Panen
Tanaman sorgum biasanya bisa dipanen di umur 3-4 bulan setelah ditanam. Namun, waktu panen akan bergantung pada varietas sorgum.
Waktu panen sorgum juga dapat ditentukan berdasarkan umur tanaman setelah biji terbentuk atau ciri-ciri visual setelah melewati fase masak fisiologis.
Panen sorgum juga dapat dilakukan setelah daun tanaman berwarna kuning dan mengering, serta biji keras dengan kadar tepung maksimal.
Keterlambatan panen sorgum berisiko menurunkan kualitas biji. Biji pun dapat mulai berkecambah jika kelembaban udara tinggi.
Panen sorgum lebih baik dilakukan saat cuaca cerah. Cara panen sorgum ialah dengan memotong tangkai malai sepanjang 15-20 cm dari pangkal. Lalu, malai dijemur di bawah sinar matahari dan dirontokkan bijinya.
Untuk mempelajari teknik budidaya sorgum, silakan klil tautan panduan dari Kementan RI berikut ini:
Penulis: Cicik Novita
Editor: Addi M Idhom