tirto.id - Calon presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menargetkan perolehan suara sebanyak 70%. Capaian kemenangan itu disampaikan Jokowi di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Tim Kampanye Nasional (TKN) di Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Dalam poin hasil rakernas itu dijelaskan, target ditentukan berdasarkan kerja pemerintahan Jokowi sebagai petahana. Menurut hasil pertemuan itu, Jokowi telah berhasil membangun optimisme dan kebanggaan sebagai bangsa.
“Yang ditandai dengan keberhasilan menyelenggarakan tiga event internasional berupa Asian Games, Asian Para Games dan Annual Meeting IMF-World Bank, serta konsolidasi Partai Politik Koalisi Indonesia Kerja beserta para tokoh dan seluruh relawan Jokowi-Kyai Ma’ruf Amin," bunyi salah satu poin hasil rakernas yang ditandatangani Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding.
Target itu bisa dibilang tinggi lantaran hingga kini Jokowi-Ma'ruf hanya diprediksi meraih suara dalam kisaran 50-60 persen pada pilpres mendatang. Prediksi itu muncul berdasarkan hasil dari beberapa lembaga survei.
Misalnya hasil survei yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia, pada 1-6 September 2018 terhadap 1.220 responden, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 57,7%. Kemudian dari survei LSI Denny JA Bulan Oktober, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 57,7%.
Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Penelitian Politik LIPI pada April-Mei 2018, elektabilitas Jokowi sebesar 58,2%. Kemudian survei SMRC pada 7-24 September 2018 menyebut, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 60,4%.
Menurut Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan, target 70% suara yang dipatok TKN Jokowi-Ma'ruf terlampau optimistis. Ini lantaran elektabilitas Jokowi berdasarkan beberapa survei tak pernah melampaui angka 65%.
"Biasanya petahana ketika memasuki masa kampanye angkanya [elektabilitas] bertahan, tidak meningkat terlalu tinggi," kata Djayadi kepada reporter Tirto, Senin (29/10/2018).
Jokowi Bisa Anjlok Karena Kondisi Ekonomi
Djayadi Hanan menilai, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf maupun pesaingnya, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, akan banyak dipengaruhi faktor ekonomi nasional. Dengan kondisi ekonomi saat ini, Djayadi menganggap tak mudah bagi Jokowi-Ma'ruf mendapat suara 70% pada Pilpres 2019. Sebab pertumbuhan ekonomi masih stagnan di kisaran 5%. Masyarakat juga menurutnya banyak yang mengeluhkan persoalan pengangguran, ketersediaan lapangan kerja, dan harga barang kebutuhan pokok.
"Kalau diperhatikan kondisi fundamental yakni ekonomi, maka tak mudah mencapai angka 70%," ujar Djayadi.
Namun menurut Djayadi, elektabilitas bisa didongkrak jika Prabowo-Sandiaga masih berkampanye tanpa tawaran solusi konkret atas semua masalah bangsa. Saat itulah elektabilitas Jokowi-Ma'ruf meningkat atau minimal stagnan. Terlebih masih banyak swing voters yang bisa direbut.
"Kalau kubu Jokowi tak melipatgandakan upayanya, ya elektabilitasnya mentok di kisaran 50-60%. Tugas petahana itu menahan laju penurunan elektabilitasnya dari posisi dia masuk kampanye sekarang. Trennya biasanya menuju hari-H turun," jelasnya.
Optimis Karena Kubu Lawan tak Berkembang
Juru Bicara TKN Irma Suryani Chaniago berkata, target 70% bagi Jokowi-Ma'ruf muncul lantaran TKN hasil evaluasi dari dinamika politik belakangan. Salah satunya terkait kabar hoaks yang digemakan Ratna Sarumpaet, peristiwa itu menurutnya menggiring simpati pemilih pada Jokowi-Ma’ruf.
"Pengalaman 2014 tentu jadi dasar pijakan bekerja TKN. Kedua, jumlah partai, kepala daerah, ulama dan tokoh masyarakat yang mendukung Jokowi-KH Ma'ruf," kata Irma saat dihubungi wartawan.
Target tinggi yang dipasang Jokowi-Ma'ruf juga ditanggapi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Rahayu Saraswati Djoyohadikusumo menganggap target Jokowi-Ma’ruf, wajar jika dipakai untuk memotivasi tim suksesnya.
"Kami pun juga bisa memasang target suara. Ini sebagai dorongan untuk para pendukung untuk meraih suara sebanyak-banyaknya," ujar Saraswati kepada reporter Tirto. "Yang penting cuma satu [target suaranya] yaitu sebanyak mungkin."
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Dieqy Hasbi Widhana