tirto.id - Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan (P2P LIPI) menyatakan elektabilitas petahana Joko Widodo sudah mencapai 58,2 persen. Sementara pesaingnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya mengantongi elektabilitas 26,6 persen.
"Kalau face to face cukup aman, tapi kalau kemudian nanti ada 3 capres pasti enggak aman, pasti akan pecah dukungannya. Kita kan belum tahu apakah 2 paslon atau sebab Pak SBY masih menjajaki koalisi supaya AHY [Agus Harimurti] bisa dimajukan sebagai capres," kata Peneliti Senior P2P LIPI Syamsudin Haris di Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7/2018).
Adapun hasil ini didapat lewat skema pertanyaan tertutup 2 pilihan. Sementara jika diteliti lewat skema pertanyaan terbuka, elektabilitas Jokowi mencapai 45%, sementara Prabowo mendapat elektabilitas 17%.
Menurut Syamsudin, penyebab elektabilitas Jokowi bisa sedemikian tinggi dipengaruhi oleh kepuasan publik terhadap kinerja mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Namun ia tak mau menjelaskan detail soal ini.
"Nanti kita launching [laporan mengenai kepuasan publik] di Makassar," katanya.
Menurutnya untuk dapat mempertahankan elektabilitasnya, Jokowi mesti fokus pada pemenuhan janji-janji politik pada 2014 lalu. Selain itu Jokowi juga tidak perlu terlalu banyak mengomentari soal politik.
"Jadi enggak usah membahas cawapres dan lain sebagainya. Fokus kerja aja, dengan demikian elektabilitasnya itu bisa stabil dan meningkat," kata Syamsudin.
Adapun, Syamsudin pun memperingatkan elektabilitas Jokowi bisa turun jika salah memilih calon wakil presiden, atau terjebak dengan isu sektarian.
LIPI sendiri melakukan survei ini pada tanggal 26 April 2018 hingga 9 Mei 2018. Survei dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia dengan melibatkan 2.100 orang responden, sedangkan margin of error dalam survei ini ialah 2,14 persen.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Dipna Videlia Putsanra