tirto.id - Pengajar komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, klaim kemenangan survei internal oleh TKN Jokowi-Maruf dan BPN Prabowo-Sandiaga merupakan hal yang biasa dalam politik elektoral.
Menurut Adi, hal tersebut sering dilakukan hanya untuk menyenangkan para timses itu sendiri.
"Itu hal biasa sebenarnya. Ini hanya perang urat syaraf saja. Jangan-jangan, ini hanya cara biar para timses tiap kubu tetap pede? Main aman. Biar pada tenang," kata Adi saat dihubungi wartawan Tirto, Selasa (26/2/2019) pagi.
Adi menyatakan, adu klaim survei internal dari salah satu kubu bisa dilihat sebagai cara menggembosi suara lawan yang sudah kadung tinggi terlebih dahulu, begitupun sebaliknya.
Seperti diketahui, kata Adi, Jawa Barat dari dulu sudah dikuasai Prabowo, sedang Jawa Tengah merupakan basis utamanya Jokowi.
"Yang perlu diingat, survei itu hanya potret kekinian terkait kondisi pemilih, masing-masing kubu jika saling klaim itu sah-sah saja. Survei memang hanya menjadi alat bantu. Dan itu bukan hasil resmi KPU (Komisi Pemilihan Umum). Survei apa pun bisa berubah," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Adi, daripada saling beradu klaim, sebaiknya kedua kubu timses memberi pencerahan ke masyarakat mengenai survei yang paling teruji validitasnya.
"Paling penting ketimbang saling klaim, mending kasih pencerahan, siapa survei yang paling valid? Mulai dari samplingnya, metodologi surveinya, dan lain-lain. Atau debat saja sekalian, biar masyarakat bisa menilai," tukasnya.
Beberapa waktu lalu, dua kubu pilpres tersebut saling klaim hasil survei internal masing-masing. TKN mengklaim survei internal telah menguasai Jawa Barat, sedangkan BPN mengklaim survei internal telah menguasai Jawa Tengah.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno