tirto.id - Partai Demokrat terus menggaungkan poros ketiga menjelang pemilu presiden 2019. Poros ini digadang menjadi alternatif lantaran saat ini hanya ada dua calon kandidat yang akan bertarung dalam pilpres mendatang. Meski terus digaungkan, wacana terbentuknya poros ketiga ini kian menipis lantaran hanya menyisakan tiga partai dengan tarik menarik politik yang kuat.
Menurut Airlangga Pribadi Kusman selaku pengajar di FISIP Universitas Airlangga (Unair), kemungkinan terbentuknya poros ketiga di luar koalisi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto masih terbuka.
Sejauh ini, ada tiga parpol yang belum menentukan dukungan secara formal untuk Pemilu 2019 adalah PAN, PKB, dan Demokrat. Gabungan tiga partai ini bisa mencalonkan presiden atau wakil presiden, tapi peluang itu sangat tipis.
“Mengingat hubungan PAN dan kubu Gerindra juga kuat, seperti halnya PKB dengan Jokowi,” ujar Airlangga kepada Tirto, Selasa (8/5/2018).
Peraih gelar Ph.D dari Murdoch University itu balik menilai diskursus poros ketiga sebatas untuk menaikkan daya tawar mereka terhadap koalisi yang sudah ada. Wacana poros ketiga ini pun dianggap sebatas wacana belaka.
“Saya lihat manuver beberapa parpol yang terlihat mengambil poros ketiga hanya untuk melakukan bargaining position,” ujar Airlangga.
Demokrat Sudah Siapkan Calon
Penilaian dari pengamat tak diambil pusing Partai Demokrat. Sebagai partai yang kerap menggaungkan perlunya poros ketiga, Partai Demokrat rupanya sudah menyiapkan calon alternatif dari antagonisme Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam pilpres mendatang.
Partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono ini sudah menyiapkan Agus Harimurti Yudhoyono yang pernah digadang di Pilkada DKI 2017 untuk maju dalam Pilpres 2019.
Persiapan ini diakui Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Agus Hermanto. Ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Agus mengatakan seluruh kader partainya telah sepakat hendak mengusung putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
“Kader-kader yang muda juga sudah setuju Mas AHY jadi next leader,” kata Agus, Kamis siang.
Meski sudah punya calon yang akan digadang, gerak Partai Demokrat untuk membuka poros ini toh masih jalan di tempat. Ini diakui Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin yang menyebut belum ada informasi baru ihwal wacana itu hingga sekarang.
Kondisi ini rupanya tak membuat Partai Demokrat berhenti berharap. Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia era Kabinet Indonesia Bersatu II itu mengatakan Partai Demokrat masih membuka pintu untuk berkoalisi dengan partai mana pun di pemilu mendatang dan akan lebih mengutamakan terbentuknya poros ketiga.
“Poros ketiga untuk menumbuhkembangkan hak demokrasi rakyat. Kalau dibatasi pilihannya itu kan sama dengan membelenggu demokrasi. Membatasi calon itu kan sama dengan membelenggu demokrasi,” ujar Amir kepada Tirto.
Calon Potensial untuk Poros Ketiga
Langkah Demokrat yang mengusung Agus Harimurti Yudhoyono untuk digadang menjadi alternatif calon presiden dikritisi Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia Aditya Perdana. Ia menganggap AHY bukan sosok yang kuat untuk menjadi bakal capres.
“Berdasarkan survei-survei nasional, AHY kan masih punya peluang yang kecil sebagai capres. Untuk menjadi cawapres iya [punya peluang yang bagus], artinya Demokrat malah berpeluang menyodorkan nama cawapres, bukan capres," ujar Aditya.
Alumnus Universitaet Hamburg itu menyarankan Demokrat dan parpol yang hendak membentuk poros ketiga mengkalkulasi politik dengan matang. Alasannya, Demokrat selaku “motor” poros ketiga bukan pemain utama di pemerintahan saat ini.
“Dari sisi sebuah kompetisi yang ideal, memang tawarannya Demokrat menarik kalau seandainya poros ketiga ada [...] Tapi dari sisi kalkulasi politik, Demokrat harus sadar diri mereka tidak dominan seperti yang terjadi di era SBY. Perlu ada pertimbangan serius dan matang,” ujar Aditya.
Ihwal tawaran poros ketiga ini, Partai Amanat Nasional (PAN) menganggap persoalan jumlah capres di pemilu 2019 bukan hal penting. Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno berkata, komposisi koalisi untuk pemilu sangat tergantung pada hasil komunikasi antarparpol. Ia menekankan pentingnya pencalonan sosok terbaik untuk Pemilu alih-alih membicarakan berapa banyak poros yang terbentuk.
“Tapi jangan salah, ini politik ya, seni dari segala kemungkinan [...] Bisa saja nanti [peta dukungan parpol] berubah pada saat kita melakukan kristalisasi dari pencalonan masing-masing. Tidak penting 2 atau 3 [poros koalisi], yang penting bisa mendapatkan putra terbaik untuk capres,” kata Eddy di Kompleks Parlemen.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih