Menuju konten utama

Sudan Ekspor Keledai, Kaki Ayam, dan Kalajengking ke Cina

Negara-negara Afrika mengekspor keledai, kaki ayam, dan kalajengking ke Cina--perdagangan yang dinilai kontroversial. Indonesia juga tak luput dari perdagangan "aneh" ini dengan menjadi pemasok sisik trenggiling. Wildlife Conservation menuding sisik itu sebagai bahan narkotika di Cina.

Sudan Ekspor Keledai, Kaki Ayam, dan Kalajengking ke Cina
Keledai di Peternakan. [Foto/istock]

tirto.id - Direktur Departemen Perdagangan Sudan, mengatakan bahwa ia telah menerima pesanan untuk pertama kalinya ekspor keledai, kaki ayam dan kalajengking kering ke Cina.

Cina merupakan mitra dagang utama Sudan. Namun beberapa kerja sama dagang dengan raksasa Asia itu sering menjadi kontroversi. Tahun lalu, pihak pabean Sudan menyita 200 kilo kalajengking kering yang akan dikirim ke Cina, demikian Al Arabiya, Rabu (25/1/2017).

Seorang pejabat pemerintah di Nigeria mengungkapkan bahwa tahun lalu negara-negara Afrika mengekspor sekitar 80.000 keledai ke Cina, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan capaian angka 27.000 ekor keledai.

Beberapa negara Afrika, termasuk Nigeria dan Burkina Faso, telah melarang penjualan keledai ke Cina, meskipun pertumbuhan populasi keledai di Afrika meningkat sekitar tiga kali lipat.

Namun bagi banyak negara Afrika lainnya, perdagangan kontroversial itu menguntungkan. Kenya, misalnya, telah memungkinkan para pedagang Cina untuk membuka rumah jagal yang membunuh sekitar 100 keledai sehari.

Tidak hanya di Afrika, perdagangan kontroversial ke Cina juga terjadi di Indonesia. Kamis 25 Agustus 2016, Antara pernah mewartakan upaya penyelundupan 657 ekor trenggiling dalam bentuk daging beku dan siap kirim ke Cina. Polda Jatim berhasil menggagalkan upaya itu dan menangkan para pelakunya.

Menurut pemerhati satwa dari Wildlife Conservation (WCS), Irma Hermawati, tenggiling rawan diselundupkan karena sisiknya bisa dijadikan bahan untuk narkotika jenis sabu.

"Nilai sisik Trenggiling itu lumayan tinggi sehingga menjanjikan keuntungan besar, apalagi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah meneliti bahwa sisik trenggiling mengandung unsur yang bisa diolah sebagai sabu," katanya.

Menurut Irma harga sisik satwa bernama latin Manis javanica itu di pasaran laku 5 dolar AS per sisik padahal setiap trenggiling rata-rata memiliki 122 sisik.

"Sepanjang tahun 2015-2016, Kepolisian berhasil mengungkap tiga kasus jual beli Trenggiling. Dua kasus diungkap di Medan pada tahun 2015, dan yang terbesar diungkap di Polda Jatim tahun ini. Biasanya diselundupkan ke Tiongkok," katanya.

Baca juga artikel terkait PERDAGANGAN HEWAN atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH