tirto.id - Setelah berada di tengah dua kubu yang berkompetisi di Pilpres 2019 selama berbulan-bulan, Partai Bulan Bintang (PBB) akhirnya memutuskan merapat ke koalisi partai politik pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Sikap tersebut dinyatakan pada Minggu (27/1/2019) kemarin, setelah rapat koordinasi internal.
Keputusan ini sebetulnya bertolak belakang dengan rekomendasi Majelis Syuro PBB yang meminta partai mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Majelis Syuro PBB, MS. Kaban.
Kaban mengklaim mayoritas kader PBB setuju mengikuti rekomendasi ijtima ulama yang memang mendukung Prabowo-Sandiaga. Jumlahnya mencapai 80 persen, katanya.
Perbedaan pendapat ini mengindikasikan internal PBB tidak solid. Lantas, di tengah kondisi demikian, seberapa signifikan pemilih PBB menyokong perolehan suara Jokowi-Ma’ruf?
Klaim: Bawa Suara Signifikan
Sekjen PBB, Ferry Noor, yakin seluruh konstituen mereka akan memilih Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019. Katanya, hal itu karena faktor sang Ketua Umum, Yusril Ihza Mahendra. Yusril banyak membela kepentingan umat Islam, dan itu sejalan dengan apa yang diinginkan para kader dan simpatisan.
"Insya AllahPBB punya konstituen sendiri dan kami yakin kerja keras dan bukti nyata PBB dan Ketum PBB membela kepentingan umat akan membuahkan hasil. Rakyat dan umat pilih PBB dan Jokowi-Ma'ruf," kata Ferry saat dihubungi reporter Tirto, Senin (28/1/2019).
Sementara itu, Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Verry Surya, optimis bergabungnya PBB membawa massa pemilih Islam yang tak sedikit.
"Memberikan angin segar, kekuatan baru, terutama dari simpul pemilih kalangan Islam. Mengapa? Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa PBB sering kali disebut penerus Partai Masyumi," kata Verry saat dihubungi reporter Tirto.
Kendati tak memiliki wakil rakyat di DPR RI, Verry menilai PBB memiliki basis massa yang solid."Basis pemilihnya jelas dan terbukti dari empat pemilu yang sudah dilaksanakan, dan PBB berkontribusi di dalamnya. Pemilihnya ada di kisaran angka antara 1,8 juta sampai 2,5 juta.”
Pada 1999, PBB memperoleh suara sebanyak 2.049.708 atau setara 1,94 persen; 2004 naik cukup signifikan jadi 2.970.487 (setara 2,62 persen); 2009 turun jadi 1.864.752 (1,79 persen); dan 2014 1.825.750 (setara 1,46 persen).
Jika dibandingkan dengan partai Islam lain, perolehan PBB sebetulnya tak bagus-bagus amat. Sebagai pembanding, pada pemilu terakhir PKS dipilih 8.480.204 orang, sementara PAN 9.481.621. PKS dan PAN ada di gerbong yang sama dengang Gerindra dan Demokrat mengusung Prabowo-Sandi.
Terkait perbedaan pendapat di internal PBB, Verry menilai hal itu lumrah. Ia yakin seiring waktu berjalan internal PBB akan solid mendukung Jokowi-Ma’ruf.
"Artinya walaupun sampai saat ini barangkali terjadi perbedaan pendapat terkait dengan dukungan, namun setidaknya sebagian besar dari PBB, kader, pengurus, pasti akan memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf," klaimnya.
Suara Tak Besar, Namun Pandai Melobi
Sebaliknya, bagi peneliti politik Islam dari LIPI Wasisto Raharjo Jati, dukungan PBB ke Jokowi-Ma’ruf tak banyak memberikan intensif suara dari pemilih Islam. Ia mengatakan meski PBB mewariskan semangat Masyumi, namun basis massanya tak terlihat jelas.
"Sebenarnya PBB ini kan awalnya adalah parpol Islam berwariskan semangat Masyumi. Namun justru saya tidak melihat basis massanya yang mana," kata Wasisto saat dihubungi reporter Tirto.
Meski begitu, Wasisto menilai kepiawaian Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra dalam lobi-melobi tak bisa dianggap enteng, terutama untuk mereka yang masih bertahan mendukung Prabowo-Sandiaga berkat arahan Majelis Syuro PBB.
"Saya pikir tidak signifikan secara massa. Namun signifikan untuk melobi massa kubu sebelah. Yusril secara lobi politik sangat licin, tidak terendus, namun efektif," kata dia.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Gilang Ramadhan