tirto.id - Tuntutan pekerjaan serta kebutuhan hidup yang melonjak bisa menjadi salah satu pemicu stres bagi banyak orang. Stres sebenarnya adalah bagian normal dari kehidupan.
Melansir WebMD, setiap orang memiliki pemicu stres yang berbeda-beda. Stres kerja menempati urutan teratas, menurut survei.
Stres bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Menurut American Psychological Association, pria cenderung memilih tidak melaporkan gejala stres emosional dan fisik yang dialaminya.
Melansir dari The Guardian, sebuah penelitian besar tentang dampak stres kerja pada kesehatan telah mengungkapkan perbedaan dramatis dalam tingkat kematian dini antara pria dan wanita, hal ini tergantung pada kondisi medis yang ditemukan.
Pada sebuah penelitian, dokter menemukan bahwa pria dengan riwayat penyakit diabetes, penyakit hati, atau yang pernah terserang stroke, 68 persen lebih mungkin mengalami kematian dini karena tekanan beban kerja.
Para dokter mengungkapkan pada temuan studi yang dilakukan selama 14 tahun yang menyoroti tingginya stres di tempat kerja.
Sementara pada penelitian sebelumnya, banyak yang melihat bagaimana stres dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan fisik dan mental.
Dalam penelitian ini juga dilakukan penyelidikan terhadap pria yang memiliki pekerjaan baru.
Hal itu merupakan faktor terbesar dan pertama yang cukup berpengaruh terhadap dampak stres, sehingga pekerja akan didiagnosis dengan penyakit kardiometabolik.
Penelitian ini melacak lebih dari 100.000 orang dan tanpa penyakit kardiometabolik dari Finlandia, Prancis, Swedia dan Inggris.
Peneliti menilai stres kerja yang dialami oleh setiap orang denga dua cara yang berbeda. Pertama, dikenal sebagai “pekerjaan yang menyiksa” yang didefinisikan sebagai pekerjaan yang menuntut tetapi ada sedikit kontrol atas tuntutan itu.
Kedua, “imbalan yang tidak seimbang dengan usaha” artinya orang-orang yang banyak melakukan usaha dalam pekerjaan mereka hanya mendapat dengan imbalan kecil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pria dengan penyakit kardiometabolik sebelumnya telah ada, stres dapat menyebabkan perasaan kewalahan di tempat kerja hal ini hampir menyerupai orang yang merokok bahkan lebih bahaya daripada penderita obesitas yang memiliki kolestrol tinggi, malas berolah raga, atau mengonsumsi air putih terlalu sedikit.
Dalam jurnal Lancet Diabetes and Endocrinology, tim peneliti internasional mengungkapkan bagaimana bentuk kedua stres yang disebut dengan “imbalan yang tidak seimbang dengan usaha,” tidak memunculkan kematian dini pada pria yang memiliki penyakit kardiometabolik namun, sedikit meningkatkan risiko bagi pria tanpa penyakit seperti itu.
Hal ini sangat kontradiksi dengan penelitian sebelumnya yang memperpendek jam kerja mereka dan menerima upah lebih sedikit.
Sejauh ini temuan yang paling mencolok adalah dampak yang tidak proporsional pada kesehatan pria.
Para dokter menemukan bahwa tidak ada tekanan pekerjaan atau ketidakseimbangan imbalan usaha yang berdampak pada tingkat kematian wanita dalam penelitian ini.
“Kami menemukan hubungan stres kematian pada pria tetapi tidak pada wanita, konsisten dengan fakta bahwa aterosklerosis lebih umum pada pria usia kerja daripada wanita,” kata Mika Kivimaki, seorang professor epidemilogi social di UCL.
Ia juga mengatakan bahwa gaya hidup sehat akan selalu mengurangi risiko kematian dini seseorang, tetapi intervensi lain seperti kursus manajemen stres harus didesain ulang pekerjaan atau pengurangan jam kerja sehingga dapat membantu untuk mengurangi terjadinya stres.
Berikut adalah penyebab stres kerja melansir dari WebMD.
- Pekerjaan Anda tidak dibawa bahagia
- Memiliki beban kerja yang berat atau terlalu banyak tanggung jawab
- Bekerja berjam-jam
- Manajamen waktu yang tidak baik, sehingga Anda bekerja tidak jelas dan akan sulit mengambil keputusan
- Bekerja dalam kondisi yang berbahaya
- Menjadi tidak aman untuk peluang Anda maju atau rentan akan risiko pemutusan hubungan kerja
- Menghadapi diskriminasi atau pelecehan di tempat kerja. Terutama jika perusahaan Anda tidak mendukung
Gejala stres pada pria dan wanita
Tanda-tanda stres ini mencakup gejala fisik, psikologis dan perilaku sebagaimana melansir dari Healthline sebagai berikut.
Gejala Fisik
- Sakit kepala
- Sembelit
- Diare
- Sakit perut
- Mulas
- Otot mulai terasa tegang
- Leher, punggung atau nyeri dada
- Kelelahan
- Detak jantung lebih cepat
- Kesulitan berkosentrasi
- Tidak sulit mencapai atau mempertahankan ereksi
Gejala Psikologis
- Kegelisahan
- Sedan atau depresi
- Sifat lekas marah
- Kegelisahan
- Kurangnya minat dalam seks
Gejala Perilaku
- Penyalahgunaan alkohol
- Penarikan atau isolasi social
- Merokok
- Olahraga berkurang
- Perjudian
- Mengepal rahang atau gigi gerinda
- Mimpi buruk
- Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Perilaku kompulsif yang terlalu besar
Efek stres pada kesehatan Anda
Saat Anda berada dalam situasi stres, tubuh Anda meluncurkan respons fisik. Sistem saraf akan beraksi, melepaskan hormon yang mempersiapkan Anda untuk bertarung atau lepas landas.
Ini disebut respons “lawan atau lari” dan itu lah sebabnya, ketika sedang berada dalam situasi stres.
Selain itu mungkin Anda pernah mengalami detak jantung yang meningkat dengan kecepatan yang tinggi sehingga pernapasan Anda juga semakin cepat, otot akan terasa tegang dan mulai berkeringat.
Jenis stres ini bersifat jangka pendek dan sementara ( stres akut) dan tubuh Anda biasanya akan pulih dengan cepat.
Akan tetapi jika Anda mengalami stres dalam jangka waktu yang lama (stres kronis), itu dapat menyebabkan atau memperburuk masalah kesehatan yang lebih serius.
Hormon stres yang terus menerus membuat tubuh Anda semakin aus sehingga menyebabkan semakin cepat menua dan lebih rentan terhadap penyakit.
Penulis: Wulan Astari
Editor: Yandri Daniel Damaledo