Menuju konten utama

Studi Sebut Angka Konsumsi Alkohol Meningkat di Seluruh Dunia

Hasil studi yang diterbitkan di The Lencet menemukan bahwa angka konsumsi alkohol meningkat di seluruh dunia. 

Studi Sebut Angka Konsumsi Alkohol Meningkat di Seluruh Dunia
Ilustrasi minuman beralkohol. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Studi terbaru menemukan tingkat konsumsi alkohol individu telah meningkat di seluruh dunia.

Studi yang diterbitkan dalam The Lancet ini mengemukakan bahwa orang-orang di seluruh dunia sekarang ini minum lebih banyak alkohol daripada 30 tahun yang lalu.

Penelitian yang dilakukan oleh tim penyelidik dari Pusat Ketergantungan dan Kesehatan Mental, di Toronto, Kanada, dan Technische Universität Dresden, di Jerman ini mengungkapkan tren kenaikan saat ini akan terus berlanjut selama beberapa dekade mendatang.

Penelitian ini menganalisis tren asupan alkohol di 189 negara sejak 1990 hingga 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 2030.

Penulis penelitian Jakob Manthey dan timnya menganalisis tingkat konsumsi alkohol per kapita (per individu) serta implikasinya.

Mereka bekerja dengan data yang bersumber dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan studi Global Burden of Disease.

Selain itu, para peneliti mencoba mencari tahu berapa banyak orang yang tidak pernah minum alkohol dan berapa banyak yang memenuhi syarat sebagai "peminum pesta" atau orang yang mengonsumsi 60 gram alkohol murni atau lebih pada satu kali duduk.

Untuk sisi analisis ini, para peneliti menggunakan data untuk periode yang sama, 1990-2017, yang dikumpulkan melalui survei di 149 negara untuk yang tidak mengkonsumsi alkohol, dan di 118 negara untuk pesta minuman keras.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa, pola konsumsi alkohol tidak banyak berubah di negara-negara berpenghasilan tinggi, sementara di daerah berpenghasilan rendah dan menengah mengalami peningkatan yang mengejutkan.

Secara global, tim menemukan bahwa total volume alkohol yang dikonsumsi per tahun meningkat sebanyak 70 persen antara tahun 1990 dan 2017, dari 20.999 juta liter per tahun menjadi 35.676 juta liter per tahun.

"Sebelum 1990, sebagian besar alkohol dikonsumsi di negara-negara berpenghasilan tinggi, dengan tingkat penggunaan tertinggi tercatat di Eropa. Namun, pola ini telah berubah secara substansial, dengan pengurangan besar di seluruh Eropa Timur dan peningkatan besar di beberapa negara berpenghasilan menengah seperti Cina, India, dan Vietnam," jelas Manthey.

"Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2030, ketika Eropa tidak lagi diprediksi memiliki tingkat penggunaan alkohol tertinggi," lanjutnya

Di Eropa, konsumsi alkohol di antara orang dewasa per kapita per tahun menurun sebesar 12 persen, dari 11,2 liter menjadi 9,8 liter antara 2010 dan 2017. Angka yang sama meningkat 34 persen di negara-negara Asia Tenggara, dari 3,5 liter menjadi 4,7 liter.

Sementara itu, pada periode yang sama, konsumsi alkohol hanya mengalami peningkatan kecil dari 9,3 liter menjadi 9,8 liter di Amerika Serikat dan dari 7,1 liter menjadi 7,4 liter di Cina, serta menurun di Inggris, dari 12,3 liter menjadi 11,4 liter.

Para peneliti juga mengamati bahwa di sebagian besar negara yang mereka pelajari, volume alkohol yang dikonsumsi tampaknya meningkat lebih cepat dibandingkan dengan jumlah peminum.

Mereka menunjukkan bahwa volume rata-rata asupan alkohol per individu akan meningkat. Lebih khusus lagi, konsumsi alkohol per kapita cenderung meningkat dari 5,9 liter alkohol murni per tahun pada 1990 menjadi 7,6 liter pada 2030.

Dari fakta itu, para peneliti kemudian menambahkan bawha sekitar setengah dari semua orang dewasa di seluruh dunia akan mengonsumsi alkohol, dan 23 persen orang dewasa akan terlibat dalam pesta minuman keras setidaknya sekali sebulan.

Dan karena alkohol adalah faktor risiko yang diketahui untuk banyak masalah kesehatan, kemungkinan besar beban penyakit global juga akan meningkat.

Sebabnya, pertumbuhan ekonomi

"Pertumbuhan ekonomi tampaknya menjelaskan peningkatan global dalam penggunaan alkohol selama beberapa dekade terakhir. Misalnya, transisi ekonomi dan peningkatan kekayaan beberapa negara, khususnya transisi Cina dan India disertai dengan peningkatan penggunaan alkohol," jelas Manthey seperti dilansir Medical News Today.

Selain itu, pasar alkohol yang berkembang di negara-negara berpenghasilan menengah diperkirakan lebih besar.

Maka para peneliti memperkirakan para pembuat kebijakan kemungkinan tidak akan berhasil mencapai tujuan mereka mengurangi tingkat konsumsi alkohol berbahaya di tingkat global.

"Berdasarkan data kami, tujuan WHO untuk mengurangi penggunaan alkohol sebesar 10 persen pada tahun 2025 tidak akan tercapai secara global. Sebaliknya, penggunaan alkohol akan tetap menjadi salah satu faktor risiko utama untuk beban penyakit di masa mendatang, dan dampaknya mungkin akan meningkat, relatif terhadap faktor-faktor risiko lainnya. Penerapan kebijakan alkohol yang efektif diperlukan, terutama di negara-negara berkembang pesat dengan meningkatnya tingkat penggunaan alkohol," kata Manthey.

Baca juga artikel terkait ALKOHOL atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo