tirto.id - Pada Oktober 2018 Kamus Bahasa Inggris Oxford memasukkan 1.400 kosakata baru. Beberapa di antaranya terkait dunia perfilman dan sineas-sineas lawas. Nama mereka dicatut sebab menciptakan film dengan gaya artistik yang unik, dianggap sebagai pelopor, dan menjadi inspirasi bagi sineas muda setelahnya.
Daftar kata tersebut makin mengokohkan reputasi legendaris yang melekat pada yang bersangkutan karena otomatis namanya abadi di dalam kamus resmi.
Mengutip laporan Tirto sebelumnya, ambil contoh “Lynchian” yang berasal dari nama sutradara David Lynch. Definisinya sesuai karakteristik yang terkandung dalam karya-karya Lynch, yakni film yang mengandung jukstaposisi antara elemen-elemen surealis dan seram dalam keseharian si tokoh.
Ada pula “Tarantinoesque”. Rujukannya tentu Quentin Tarantino, yang sejak pertengahan 1990-an mempopulerkan film-film dengan alur cerita non-linier, berdialog tajam, dan mengandung adegan-adegan yang kental unsur kekerasan dan darah.
Oxford tidak melupakan Stanley Kubrick. Sutradara kelahiran New York, 26 Juli 1928, dengan usia dan karier yang lebih senior ketimbang dua nama di atas.
Kosakatanya “Kubrickian”. Definisinya “film dengan gaya visual atmosferik, perfeksionisme detail, dan penguasaan aspek teknis dalam beragam genre”. Jika Anda menonton film baru dengan ciri demikian, plus latar gigantis dan kontras warna yang tajam, ada kemungkinan sutradaranya mengacu pada film-film Stanley.
Stanley jatuh cinta dengan dunia sinema, literatur, dan fotografi sejak sekolah menengah. Setelah lulus ia mulai memproduksi film pendek. Kariernya di Hollywood dimulai pada 1956 melalui film The Killing.
Kariernya pelan-pelan naik setelah rilis dua film hasil kolaborasi dengan aktor Kirk Douglas di film perang Paths of Glory (1957) dan kisah politik Romawi Kuno Spartacus (1960). Ia sampai didatangi Marlon Brando untuk mengerjakan proyek film One-Eyed Jacks (1961), meski pada akhirnya Marlon yang menyutradarainya.
Gaya kerjanya yang dianggap terlalu perfeksionis kerap memanaskan hubungan dengan kru. Stanley dianggap menguras tenaga mulai dari proses penulisan skenario, syuting, sampai penyuntingan. Ia, misalnya, sering meminta mengulang adegan yang sama hingga si pemain kesal.
Meski terasa sebagai “neraka”, gaya kerja Stanley berbuah hasil akhir yang memiliki kualitas tinggi. Berangkat dari adaptasi novel maupun cerita pendek, film-film Kubrick dicintai banyak penonton. Kritikus menelurkan puji-pujinya.
Misalnya A Clockwork Orange (1971), yang Stanley adaptasi dari novel Anthony Burgess. Ia menarasikan kehidupan geng kriminal pemuda. Adegan-adegannya yang menggelisahkan membuat film ini dihujat. Meski demikian, Stanley sukses menyuguhkan era distopia Inggris dalam nuansa yang gelap.
Stanley adalah jenius di balik The Shining (1980) yang diadaptasi dari novel karya Stephen King dengan judul yang sama. Teror kepala keluarga kepada anak-istrinya di sebuah hotel terpencil ini didaulat sebagai karya agung (masterpiece) horor modern.
Batu loncatan dalam karier Stanley sesungguhnya terlacak mundur ke pertengahan 1960-an, ketika ia menghabiskan kurang lebih lima tahun untuk menggarap 2001: A Space Odyssey (1968).
Sebagaimana ditulis John Baxter dalam Stanley Kubrick: A Biography (1998), awalnya Stanley amat mengagumi karya novelis spesialis fiksi ilmiah, Atrhur C. Clarcke. Ia kemudian menjalin kongsi pada tahun 1964. Arthur mengerjakan novel 2001: A Space Odyssey, sementara Stanley mengerjakan versi skenario filmnya.
2001: A Space Odyssey berkisah tentang perjalanan kru dari bumi ke planet Jupiter setelah penemuan monolit hitam nan misterius. Mereka menumpang pesawat yang dikendalikan super-komputer bernama HAL. HAL semestinya mengawal kru, namun pada akhirnya kru menemukan fakta-fakta yang mengejutkan tentang HAL serta mendorong cerita ke konflik utama.
2001: A Space Odyssey membungkus tema-tema yang kompleks. Mulai dari eksistensialisme, evolusi manusia, teknologi, kecerdasan buatan, hingga kemungkinan adanya kehidupan lain di luar bumi. Ide ini jelas melampaui zamannya.
Stanley bekerja keras agar petualangan luar angkasa para kru dan penggambaran latarnya di masa depan tampil dengan senyata mungkin. Oleh sebab itu ia bekerja dengan pembuat efek khusus terbaik di Hollywood sembari menjajaki riset di NASA (Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat).
Bujet film membengkak hingga $10,5 juta. Tapi hasilnya mengantarkan Stanley ke panggung Oscar untuk memenangkan kategori Visual Efek Terbaik. Penonton terkesima menyaksikan 2001: A Space Odyssey. Respons kritikus beragam. Tak semua memuji. Barulah bertahun-tahun setelahnya mereka memahami betapa pentingnya film tersebut bagi genre fiksi ilmiah modern.
2001: A Space Odyssey dan film-film Stanley lain memang membuka ruang interpretasi yang luas. Tapi tidak ada yang menyangka bahwa saking realistisnya 2001: A Space Odyssey, Stanley dituduh sebagai orang yang disewa NASA untuk membuat rekaman pendaratan di bulan oleh sejumlah penggemar teori konspiratif.
Para penuduh masuk dalam barisan orang-orang yang menganggap pendaratan Apollo 11 dan 12 (1969) di permukaan bulan sebagai hoaks belaka. Teori mereka, sebagaimana pernah dicatat Guardian, kurang lebih begini:
“Pada 1968 Stanley diam-diam didekati NASA yang memintanya untuk menyutradarai tiga adegan pendaratan di permukaan bulan. Stanley bekerja selama 16 bulan di dalam set khusus di Huntsville, Alabama, untuk menciptakan rekaman misi Apollo 11 dan 12.”
“Pada Juli 1969 roket Saturn yang membawa Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins diluncurkan ke orbit rendah dan bertahan di sana sembari rekaman bikinan Stanley disiarkan ke media. Tiga astronot meluncur selamat ke Pasifik, sementara tiga juta warga dunia terpesona oleh 'pendaratan di bulan'. Beberapa bulan setelahnya Stanley membuat rekaman yang sama untuk misi Apollo 12.”
Sebagaimana teori konspirasi lain, tuduhan tersebut hanyalah “cocoklogi” tanpa disertai bukti yang kuat. Alih-alih NASA menyewa Stanley, kenyataannya Stanley-lah yang menyewa dua anggota NASA, Frederick Ordway dan Harry Lange selama produksi 2001: A Space Oddysey.
Sebagus-bagusnya pendaratan awak kapal luar angkasa dalam film 2001: A Space Oddysey, adegan pendaratan di bulan oleh Neil dan kawan-kawan jauh lebih sesuai dengan karakteristik saintifik bulan— terutama dari segi latar dan pergerakan tubuh astronot.
Atau bagaimana debu-debu mengepul saat roket mendarat. Hal ini tidak mungkin terjadi di permukaan bulan, di mana ketiadaan atmosfer membuat kondisinya vakum, persis seperti kondisi di ruang angkasa itu sendiri.
Pada 2002 muncul mockumentary berjudul Dark Side of the Moon soal konspirasi Stanley dan NASA. Meski dibuat sebagai guyonan, namun film ini dianggap sebagai dokumenter ilmiah oleh para pecandu teori konspirasi, dan dijadikan “bukti otentik” untuk mendukung teori mereka.
Berlanjut pada Desember 2015, muncul video yang memuat wawancara Stanley sesaat sebelum kematiannya pada 1999. Isinya pengakuan Stanley kepada T. Patrick Murray bahwa ia dulu memang terlibat pada pemalsuan rekaman pendaratan di bulan.
Setelah diteliti lebih lanjut, video tersebut rupanya hoaks belaka. Tapi lagi-lagi para pegiat teori konspirasi memperlakukannya sebagai bukti otentik.
Jengah dengan tuduhan yang menimpa ayahnya, Vivian Kubrick mencuit sebait konfirmasi melalui akun Twitter-nya pada Juli 2016. Ia menyatakan tidak paham dengan tuduhan absurd orang-orang, terutama mengingat dedikasi serta sumbangsih besar ayahnya terhadap dunia sinema Amerika dan dunia.
“Terlepas dari cinta untuk ayah saya, saya benar-benar mengenal dia! Saya hidup dan bekerja dengannya, jadi maafkan kekesalan saya ketika saya menegaskan bahwa apa yang terus-menerus disebut ‘kebenaran’ bahwa ayah saya berkonspirasi dengan pemerintah AS untuk ‘pendaratan bulan palsu’ adalah SEBUAH KEBOHONGAN BESAR.”
Stanley meninggal dunia dalam tidurnya pada 7 Maret 1999, tepat hari ini 20 tahun yang lalu, atau enam hari setelah menyelesaikan film terakhirnya Eyes Wide Shut. Di antara mereka yang menyatakan kesedihannya adalah sutradara Steven Spielberg dan pemeran di film terakhirnya Tom Cruise dan Nicole Kidman.
Editor: Windu Jusuf