Menuju konten utama
Pandemi COVID-19

Sri Mulyani Sebut Realisasi APBN Semester I 2021 Defisit Rp283,2 T

Sri Mulyani sebut penerimaan negara pada semester 1 2021 mencapai Rp886,9 triliun, namun masih mengalami defisit Rp283,2 T.

Sri Mulyani Sebut Realisasi APBN Semester I 2021 Defisit Rp283,2 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersiap mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (10/6/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

tirto.id - Pemerintah mencatat realisasi penerimaan negara semester 1 2021 mencapai Rp886,9 triliun. Angka ini mengalami pertumbuhan 9,1% dibandingkan tahun lalu. Namun, negara masih mengalami defisit Rp283,2 triliun atau 1,72 persen.

"Sampai dengan semester 1, pendapatan negara kita mencapai Rp886,9 triliun atau terjadi pertumbuhan 9,1%," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani usai sidang kabinet secara daring dengan tema 'Realisasi Semester I dan Prognosis Semeter II Pelaksanaan APBN 2021,' Senin (5/7/2021).

Sri Mulyani mengatakan, prediksi pemerintah pertumbuhan ekonomi semester 1 kisaran 3,1 hingga 3,3 persen dengan inflasi 1,33% atau lebih rendah dari asumsi APBN, yakni 3 persen. Sementara itu, tingkat suku bunga 6,59 persen. Tingkat suku bunga tersebut lebih rendah dari asumsi 7,29% untuk SBN 10 tahun. Kemudian, nilai tukar Indonesia Rp14.299 atau lebih rendah dari nilai asumsi Rp14.600.

Sri Mulyani menuturkan, pendapatan Rp886,9 triliun sudah mencapai 50,9% dari target APBN 2021 yaitu Rp1.743,6 T. Ia mengatakan, "Ini adalah suatu kenaikan yang sangat tinggi dan bagus."

Sementara itu, Sri Mulyani berkata penerimaan pajak Indonesia semester 1 mencapai Rp557,8 T atau 45,4% dari target tahun ini Rp1.229,6 triliun. Angka ini sudah mendekati 5 persen YoY (year on year) dibanding tahun lalu yang terkontraksi hingga 12 persen atau hanya Rp531,8 triliun.

Kemudian, penerimaan pajak mengalami pemulihan naik dari minus 12 persen menjadi hampir 5 persen. Penerimaan bea cukai tembus Rp122,2 T atau naik 56,9 persen dari target Rp215 T. Angka ini mengalami pertumbuhan dari 8,8 persen menjadi 31,1 persen YoY.

"Jadi terjadi kenaikan yang meloncat lebih tinggi, lebih dari 3 kali lipat dari pertumbuhan penerimaan kepabeanan," kata Sri Mulyani.

Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Indonesia semester 1 mencapai Rp206,9 triliun atau naik 11,4 persen YoY yang hanya mencapai Rp185,7 T pada tahun lalu. "Ini juga suatu pemulihan yang luar biasa karena tahun lalu PNPB kita mengalami kontraksi sebesar 11,2%. Jadi dari penerimaan negara terjadi geliat pemulihan ekonomi yang terekam cukup kuat," kata dia.

Sementara dari sisi belanja, Sri Mulyani mencatat belanja semester I sudah mencapai Rp1.170,1 T atau sudah terserap 42,5 persen dari target belanja. Ia mengaku ada kenaikan belanja hampir 10 persen di semester 1.

"Belanja ini naik atau tumbuh 9,4 persen dibanding tahun lalu yang hanya tumbuh 3,4 persen," kata Sri Mulyani.

Belanja tertinggi dari pemerintah pusat yakni Rp796,3 T atau naik 19,1 persen. Detailnya belanja kementerian/lembaga mencapai Rp449,6 T atau 43,6 persen dari total belanja kementerian/lembaga. Angka ini lebih tinggi 28,3 persen dibandingkan 2020. Kemudian belanja non kementerian/lembaga Rp346,7 T atau naik 8,9 persen dari tahun lalu.

Pemerintah, kata Sri Mulyani, masih mengalami kendala dalam transfer dana ke daerah. Ia mengatakan, realisasi 2021 sebesar Rp373,9 triliun, atau kontraksi 6,8 persen dibanding tahun lalu yang mencapai Rp400,9 triliun. Ini pun sesudah ditransfer masih ada SILPA atau belum dipakai langsung oleh pemdanya.

"Untuk realisasi semester ini kita mengalami defisit Rp283,2 triliun atau 1,72 persen," kata Srimul.

Baca juga artikel terkait SRIMULYANI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz