Menuju konten utama

Sri Mulyani: Sebagian Kelas Menengah Turun Kelas karena Inflasi

Sri Mulyani menjelaskan tingkat inflasi tinggi telah membuat garis kemiskinan naik.

Sri Mulyani: Sebagian Kelas Menengah Turun Kelas karena Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan pada konferensi pers APBN KiTa di Kemenkeu, Jakarta, Senin (23/9/2024). Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan APBN pada Agustus 2024 defisit Rp153,7 triliun atau 0,68 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) namun defisit tersebut masih sesuai dengan Rancangan Undang-Undang APBN 2024 yakni 2,29 persen dari PDB. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut ada sebagian kelas menengah yang turun kelas menjadi kelompok menuju kelas menengah atau aspiring middle class karena inflasi. Namun sebaliknya, ada pula masyarakat miskin yang berhasil naik kelas menjadi kelompok menuju kelas menengah.

Sri Mulyani menjelaskan, tingkat inflasi tinggi telah membuat garis kemiskinan naik. Pada saat itu, kemudian masyarakat yang berada dalam kelompok kelas menengah turun kelas.

“Ada sebagian kelas menengah yang turun kepada kelompok yang rentan, tapi dari kelompok miskin ada yang naik masuk kepada kelompok yang menjadi aspiring middle (class). Jadi, dalam hal ini kita melihat adanya dua indikator, yang miskin naik, tapi yang kelas menengah turun. Penurunan kelas menengah biasanya karena inflasi,” kata dia, saat ditemui awak media usai acara 8th AIFC: Islamic Public Finance Role and Optimization, di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat (4/10/2024).

Sementara itu, kelompok masyarakat yang turun kelas, biasanya terekam dalam indeks keyakinan konsumen (IKK). Namun, menurut Ani, sapaan Sri Mulyani, IKK yang juga menunjukkan kemampuan belanja masyarakat cukup konstan atau stabil. Artinya, daya beli masyarakat masih cukup stabil.

Meski begitu, untuk melihat daya beli masyarakat masih baik atau sebaliknya, harus dilihat dari berbagai indikator, seperti IKK maupun Indeks Penjualan Riil (IPR). Namun, dari IKK Agustus 2024 yang dicatat Bank Indonesia (BI) sebesar 124,4, yang mana ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya 123,4 dapat dikatakan masih berada pada level yang stabil dan tinggi.

Pun dengan IPR yang berada di level 212,4 pada Juli 2024, tumbuh 4,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari bulan sebelumnya.

“Mungkin kalau persepsi mengenai daya beli yang berasal dari studi mengenai kelas menengah. Kalau kita bicara tentang kelas menengah, kita lihat tren sepanjang kelas menengah itu di-capture dalam hal ini,” imbuh Ani.

Baca juga artikel terkait KELAS MENENGAH atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Abdul Aziz