tirto.id - Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, tidak memungkiri pemerintah mengantisipasi penurunan kelas menengah di Indonesia. Ia mengaku, pemerintah mengkhawatirkan pada daya beli dan mobilitas kelas menengah akibat pergolakan jumlah keompok tersebut.
"Perekonomian Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang. Dalam satu dekade terakhir, populasi kelas menengah dan kelas menengah aspiratif terus tumbuh mencerminkan ketahanan dan stabilitas ekonomi," kata Thomas saat menyampaikan pidatonya dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2025 di ST Regis, Jakarta Selatan, Selasa (18/2/2025).
"Namun, dalam beberapa tahun terakhir yaitu 2021-2024 terjadi kontraksi pada proporsi kelas menengah yang mengindikasikan adanya kekhawatiran terkait daya beli dan mobilitas ekonomi," tutur Thomas.
Thomas tak memungkiri, data-data tentang penurunan kelas menengah. Namun, Politikus Partai Gerindra ini masih optimistis melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. Ia beralasan, kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik daripada ekonomi negara lain.
"Bukan kita tidak waspada, bukan kita tidak mencoba memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki, khususnya terhadap kelas menengah, cuman perlu di dalam konteks yang panjang," kata Thomas.
Thomas mengatakan, pemerintah masih melihat kelas menegah sebagai kelompok penting karena mereka menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia mengatakan, lebih dari 70 persen konsumsi berasal dari kelas menengah-bawah dan kelas menengah.
Thomas pun megatakan, pemerintah merespons masalah tersebut lewat kebijakan fiskal yang terarah, subsidi, dan insentif untuk meringankan gejolak di kelas menengah.
"Memastikan inklusi ekonomi tetap terjaga, sambil tetap mempertahankan disiplin fiskal," tambahnya.
Kemudian, Thomas mengatakan, strategi Indonesia ke depannya akan tetap berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Mereka akan memperkuat stabilitas ekonomi, ketahan fiskal dan reformasi struktural.
"Dengan memperkuat stabilitas makroekonomi, ketahanan fiskal, dan reformasi struktural, pemerintah berkomitmen untuk mendukung kelas menengah, mendorong industrialisasi, serta menumbuhkan inovasi," ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan, pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Menurut Thomas, dengan inflasi yang terkendali akan memastikan daya beli tetap stabil.
"Selain itu, inflasi yang terkendali memastikan daya beli tetap stabil," tuturnya.
Selain itu, Thomas mengatakan, pertumbuhan ekonomi bisa didorong dengan investasi di sektor konstruksi dan non kontruksi. Ia menilai, aspek ini juga bisa meningkatkan aktivitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
"Untuk terus menjaga momentum konsumsi dan investasi pemerintah juga telah memperkenalkan berbagai insentif pada tahun 2024," pungkasnya.
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Andrian Pratama Taher