Menuju konten utama

Airlangga: Dinamika Global Masih Pengaruhi Ekonomi Indonesia

Airlangga menilai, kebijakan AS lewat Trump 2.0, permasalahan ketahanan pangan dan perubahan iklim bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Airlangga: Dinamika Global Masih Pengaruhi Ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Jumat (31/1/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut dinamika global masih menjadi faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia di masa mendatang.

“Saat ini dinamika global masih menjadi faktor yang akan turut mempengaruhi perkembangan ekonomi ke depan. Sejumlah risiko tentu masih akan kita hadapi,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Dia pun menyebut adapun beberapa risiko yang berkaitan dengan dinamika global, yakni mulai dari volatilitas harga komoditas, tingkat suku bunga yang relatif tinggi, kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS), serta kerentanan ketahanan pangan dan energi akibat perubahan iklim.

“Kebijakan perdagangan dari pemerintahan AS yang sering kita sebut Trump 2.0, serta kerentanan ketahanan pangan dan energi akibat perubahan iklim. Nah, ini yang perlu kita perhatikan terutama proyeksi ekonomi global tahun 2025 diperkirakan sekitar 3,2 persen di bawah rata-rata historis,” ucap Airlangga.

Kemudian, Airlangga menilai Indonesia sendiri mampu tumbuh kuat sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi ke-8. Posisi tersebut disebut lebih tinggi dari Italia dan Prancis. “Namun, adanya juga ada yang cukup membanggakan kalau dari segi PPP, Purchasing Power Parity, ekonomi, Indonesia sudah masuk di angka 8 atau nomor 8. Tentu Indonesia harus tetap menjaga pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Airlangga juga menyebut inflasi terjaga rendah pada level 1,57 persen pada tahun 2024. “Dan khusus untuk tahun 2025, pertama adalah menjaga inflasi di kisaran 2,5 plus-minus 1 persen untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional,” ucapnya.

Kemudian, dia juga menyebut Indonesia harus menjaga komponen inflasi khusus volatile food di kisaran 3,5 persen. “Jadi angka volatile food itu yang dijaga secara mingguan oleh tim termasuk DPID di bawah Pak Menteri Dalam Negeri sehingga ini adalah intervensi daripada pemerintah pusat maupun daerah agar volatile food bisa terus terjaga,” ungkapnya.

Baca juga artikel terkait EKONOMI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher