tirto.id - Bareskrim Polri mencatat ada sekitar 21 peristiwa kekerasan dengan korban tokoh agama yang terjadi di banyak daerah beberapa bulan terakhir. Polri menyimpulkan bahwa semua kejadian itu sebagai tindakan kriminal biasa.
Ketua PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak angkat suara. Ia berpendapat kasus-kasus kriminal penganiayaan terhadap tokoh agama lalu ditunggangi oleh satu pihak dengan mengumbar isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Saya melihat isu kebangkitan PKI dan isu penganiayaan ulama, termasuk penganiayaan tokoh agama itu sendiri dilakukan oleh satu pihak saja,” kata Dahnil kepada Tirto, Kamis (22/2/2018).
Pernyataan Dahnil bisa jadi ada benarnya, bila melihat kasus yang terjadi di sejumlah daerah. Contoh paling hangat yang terjadi di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Seorang tunawisma dianiaya karena dianggap berpura-pura gila dan disinyalir hendak menganiaya tokoh agama.
Persoalan ini jadi ramai di publik setelah kejadian itu menjadi video dan tersebar di media sosial. Seorang warga berinisial NSAU menambahkan embel-embel “PKI” yang akhirnya telanjur tersebar sebagai hoaks.
Kasus hoaks yang mirip juga terjadi di daerah Garut, Jawa Barat. Yadi Hidayat dan empat rekannya menyebarkan isu “PKI Bangkit” dan ‘Penculikan Ulama di kawasan Cimuncang, Garut.” Kelima pelaku pun telah ditangkap oleh Bareskrim Polri.
Dari kasus-kasus yang terbukti hoaks itu lah, Dahnil merasa yakin ada yang berusaha memanfaatkan atau menciptakan suasana ketakutan untuk kepentingan kelompok tertentu. Ia berpendapat penganiayaan ulama yang berulang dan tersebarnya kabar “PKI bangkit” cukup sistematis.
Menurut Dahnil ada pihak yang berkepentingan untuk memanfaatkan kegaduhan di masyarakat. “Bisa jadi itu adalah kekuatan di dalam negeri. Enggak mungkin sesuatu peristiwa jamak tidak dikendalikan,” katanya.
Namun, Dahnil belum bisa menyimpulkan apa keuntungan yang didapat oleh pihak yang membuat isu ‘kebangkitan PKI’ dan ‘penganiayaan ulama.’ Ia berpendapat langkah itu untuk memancing reaksi umat Islam sebagai kelompok mayoritas.
Dengan situasi politik yang cenderung panas saat jelang Pilkada Jakarta 2017 dan jelang Pilkada 2018 serta Pilpres 2019, umat Islam sangat rentan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab agar menuding atau membenci kelompok lain.
Sementara itu, KH Salahuddin Wahid, salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) tidak mau berspekulasi lebih jauh adanya pihak yang ingin memanfaatkan penganiayaan tokoh agama dan isu kebangkitan PKI. Namun, Pria yang akrab disapa Gus Sholah ini meyakini memang ada yang sengaja ingin menyerang ulama dan sistematis.
“Saya enggak berani berspekulasi [soal isu PKI]. Yang tahu itu intelijen, tapi yang jelas penganiayaan ulama ini dilakukan kelompok tertentu yang punya kemampuan,” katanya.
Gus Sholah sempat teringat pada peristiwa yang kerap disebut "Operasi Naga Hijau" jelang Pemilu 1997. Saat itu, kata Gus Sholah, ada pihak yang berusaha mengusik-usik warga NU di Jawa Timur. Operasi ini dilakukan untuk memecah-belah warga NU agar tidak solid mendukung organisasi politik tertentu.
Namun, dalam kasus yang terjadi belakangan ini, ia tidak mau berspekulasi bahwa isu ‘kebangkitan PKI’ dan ‘penganiayaan ulama’ ini digoreng oleh satu pihak tertentu untuk tujuan politik pada Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.
“Tapi mestinya [kejadian ini] sistematis karena banyak sekali. Ini pihak kepolisian harus menjelaskan kepada masyarakat apa yang sebenarnya terjadi,” kata adik dari Gus Dur ini.
Usaha Mencari Penyebaran Hoaks
Peneliti dari Saiful Mujani Research Center (SMRC), Saidiman Ahmad mengatakan, pihaknya pernah melakukan survei tentang isu “kebangkitan PKI” ini pada 2017. Riset tersebut menemukan bahwa isu ini beririsan dengan pendukung Prabowo Subianto, yakni mesin politik PKS dan Gerindra.
PKS dan Gerindra sudah menepis temuan survei yang dirilis SMRC tersebut. Melalui Politikus PKS, Jazuli Juwaini menilai, isu kebangkitan PKI ini adalah masalah bersama, bahkan presiden pun turut mengeluarkan amanat agar PKI tidak bangkit kembali.
Bantahan serupa juga diungkapkan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto yang mengaku tidak tahu menahu soal hasil survei SMRC. Prabowo menegaskan partai berlambang Garuda itu tidak pernah menginstruksikan isu soal kebangkitan PKI tersebut. “Ini orang partai, ada instruksi. Tidak ada instruksi saya,” kata Prabowo seperti dikutip Antara, pada 2 Oktober 2017.
Namun Saidiman menegaskan rentetan peristiwa dan isu soal PKI yang terjadi pada 2018 tak bisa disimpulkan dari hanya mengacu dari survei SMRC 2017 lalu. Pihaknya tak mau menuding siapapun.
“Belum tentu mereka yang menyebarkan, tapi di antara pendukung-pendukung partai itu, isu ini paling menguat,” kata Saidiman kepada Tirto.
Namun, senada dengan Dahnil, Saidiman menduga ada pihak yang sengaja mengumbar isu ‘kebangkitan PKI’ di tengah masyarakat. Dari survei yang pernah dilakukan, keresahan masyarakat bukan lagi PKI, tetapi ISIS. Secara pribadi, ia merasa isu tersebut dimanfaatkan untuk tujuan politik tertentu.
“Kami melihat isu ini kelihatannya memang dimobilisir, tidak serta-merta muncul dari bawah. Realitasnya PKI sudah puluhan tahun dilarang dan ideologinya semakin tidak menarik,” kata Saidiman.
Secara terpisah, Kepala Subdirektorat I Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Irwan Anwar mengklaim, pihaknya sudah menangkap 18 orang yang diduga menyebarkan berita hoaks sepanjang 2018. Di antaranya, 13 orang yang ditangkap kedapatan menyebarkan isu kebangkitan PKI.
Dari pengakuan Irwan, 8 orang sudah diproses hukum akibat pelanggaran tersebut. Diduga kuat, ada kelompok yang menyerupai Saracen, kelompok pembuat konten ujaran kebencian.
“Kami mensinyalir, menduga kuat, ada kelompok yang menyerupai Saracen. Insya Allah tidak dalam waktu lama akan kami ungkap,” kata Irwan, Rabu (21/2/2018).
Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Pol Mohammad Iqbal menyatakan, belum ada temuan kelompok yang mendalangi pembuatan isu tersebut. Sampai saat ini, pihaknya masih mempelajari kasus-kasus yang tengah terjadi.
“Kami imbau masyarakat agar tetap tenang, tidak berspekulasi terlalu banyak. Kondisi masih terjamin. Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Polri, TNI bersatu untuk tidak terpancing hoaks yang mungkin kami tahu motifnya. Kami sedang pelajari itu,” kata Iqbal di Mabes Polri.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz