tirto.id - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko enggan berkomentar soal langkah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim yang memiliki ratusan tim bayangan. Namun ia mengakui bahwa KSP juga melakukan hal serupa dengan merekrut tenaga ahli tertentu dalam sejumlah kasus.
“Saya tidak mengomentari sebuah kebijakan internal yang diambil oleh menteri karena di KSP juga biasa melakukan langkah-langkah seperti itu,” kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Ia mencontohkan, KSP menyewa sementara sejumlah ahli saat membuat laporan tahunan. KSP bekerja sama dengan ahli yang dipekerjakan dengan rentang waktu tertentu dan dibayar sesuai kesepakatan.
“Ada harganya, ada hire-nya,” kata Moeldoko.
Moeldoko mengklaim, upaya sewa tenaga dilakukan pemerintah karena melihat kondisi beban kerja pegawai yang tinggi. Oleh karena itu, mereka membentuk tim seperti yang juga dilakukan Kemendikbudristek.
“Itu saya tidak komentari karena saya juga melakukan. Kenapa itu dilakukan? Karena saya melihat ada sebuah kapasitas ekstra yang perlu diberikan kepada orang lain karena anak-anak sudah terlibat dalam urusan rutin yang begitu banyak. Terhadap project-project short term seperti ini, itulah kira-kira seperti task force begitu,” kata Moeldoko.
Moeldoko justru senang mendengar kabar ada pegawai KSP yang masuk di kelompok Nadiem. Ia menilai upaya pembinaan yang dilakukan KSP menjadi sukses.
Ia lantas bercerita ada beberapa tenaga KSP yang disebut sebagai alumni KSP bekerja di BUMN maupun kementerian atau lembaga lain seperti di PLN. Ia menilai kemampuan mereka terasah dan jadi layak digunakan karena memang mampu menghadapi berbagai situasi.
“Jadi kalau saya boleh merespons, saya justru bangga anak-anak alumni di KSP bisa berkiprah di sektor lain,” kata Moeldoko.
Mendikbudristek Nadiem Makarim kembali menjadi perbincangan publik setelah mengaku pernah ada 400 anggota tim bayangan yang membantu dirinya di Kemendikbud Ristek. Pernyataan itu disampaikan Nadiem dalam rangkaian United Nations Transforming Education Summit di Markas Besar PBB.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz