Menuju konten utama
Pilpres 2024

SMRC: Ganjar Pranowo Lebih Kompetitif Ketimbang Puan Maharani

SMRC menilai jika PDIP memaksakan nama Puan di Pilpres 2024 akan berpotensi kalah. Berdasarkan hasil survei, tingkat penerimaan publik terhadap Puan rendah.

SMRC: Ganjar Pranowo Lebih Kompetitif Ketimbang Puan Maharani
Ketua DPR periode 2019-2024 Puan Maharani (kanan) mengacungkan palu disaksikan Wakil Ketua M Aziz Syamsuddin, Sufmi Dasco Ahmad, Rahmad Gobel, dan Muhaimin Iskandar usai pelantikan dalam Rapat Paripurna ke-2 Masa Persidangan I Tahun 2019-2020 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2019). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ama.

tirto.id - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru terkait Pilpres 2024. Hasilnya, PDIP memiliki peluang menang lebih besar jika mencalonkan Ganjar Pranowo ketimbang Puan Maharani di pesta demokrasi mendatang.

"Data kami menunjukkan bahwa jika yang dicalonkan PDI Perjuangan adalah Ganjar, harapan bagi PDI Perjuangan untuk memenangi Pilpres dan kembali memiliki presiden menjadi terbuka," kata pendiri SMRC, Saiful Mujani dalam keterangan tertulis dikutip dari Antara pada Jumat (16/9/2022).

Berdasarkan format survei semi terbuka pada Maret 2021 sampai Agustus 2022, pergerakan suara Puan Maharani disebut tidak signifikan: dari 0,5 persen menjadi 1 persen. Sementara itu, Ganjar Pranowo bergerak dari 8,8 persen menjadi 25,5 persen.

Kemudian, Prabowo Subianto dari 20 persen menjadi 16,7 persen dan Anies Baswedan dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen.

Saiful menuturkan, kalau kondisinya seperti sekarang, berat bagi PDI Perjuangan untuk mencalonkan Puan. Kalau Puan misalnya bersaing dengan Prabowo dan Anies, data survei menunjukkan Puan tertinggal jauh dan tidak kompetitif.

"Persaingan itu (Puan melawan Prabowo atau Anies) tidak fair karena gapnya terlalu jauh. Kalau Puan harus maju dan PDI Perjuangan memiliki target untuk menang, tantangannya akan sangat berat," ungkapnya.

Dalam simulasi tiga nama tanpa Ganjar, survei SMRC mulai Desember 2021 sampai Agustus 2022 menunjukkan pergerakan suara Puan dari 10,1 persen menjadi 7,8 persen. Sementara, Prabowo Subianto dari 40 persen menjadi 40,2 persen dan Anies dari 28,1 persen menjadi 27,5 persen.

"Kalau Puan dipaksakan untuk maju dengan kondisi seperti ini, harapan PDI Perjuangan untuk memiliki presiden lagi menjadi susah," jelas Saiful.

Akan tetapi, apabila PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar yang saat ini menjadi Gubernur Jawa Tengah, hasilnya kemungkinan besar akan menang.

Menurut Saiful, jika dalam simulasi tiga tokoh itu nama Puan dikeluarkan dan Ganjar yang masuk untuk melawan Prabowo dan Anies, hasilnya suara Ganjar mengalami kenaikan dari 25,5 persen pada Mei 2021 menjadi 32 persen pada Agustus 2022.

Sementara itu, Prabowo melemah dari 34,1 persen menjadi 30,8 persen dan Anies relatif stabil dari 23,5 persen menjadi 21,9 persen pada periode yang sama.

Dalam survei Februari sampai Maret 2021, ada 60 persen warga yang tahu Puan dan menyatakan suka padanya. Pada survei terakhir Agustus 2022 mengalami penurunan menjadi 44 persen.

"Ini masalah karena tingkat penerimaan publik terhadap Puan rendah dan cenderung makin lemah," katanya.

Tingkat penerimaan terhadap Ganjar paling tinggi (83 persen pada survei Agustus 2022). Hal ini konsisten dengan tingkat elektabilitasnya yang juga tertinggi. Tingkat penerimaan Anies juga tinggi (74 persen). Dibanding Prabowo (71 persen), tingkat penerimaan Anies lebih tinggi.

Survei ini secara tatap muka mulai 5 hingga 13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate sebesar 1.053 atau 86 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).

Baca juga artikel terkait HASIL SURVEI SMRC

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Editor: Fahreza Rizky