Menuju konten utama
Pendidikan Prakarya

Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati dan Hewani

Produk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih tinggi.

Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati dan Hewani
Es Lidah buaya. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan yang bertujuan agar makanan memiliki daya simpan yang lama. Berdasarkan bahannya, makanan awet sendiri bisa dibedakan menjadi makanan awet nabati dan hewani.

Produk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih tinggi.

Pengawetan makanan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan baik keadaan fisik maupun unsur kimia didalamnya sehingga bertahan lebih lama.

Untuk mengawetkan makanan biasanya dilakukan melalui serangkaian proses pengawetan. Makanan yang diawetkan tidak selalu berarti makanan tersebut menggunakan bahan pengawet.

Karena, banyak cara dan proses yang dapat dilakukan untuk mengawetkan makanan tanpa harus membubuhkan bahan pengawet ke dalam makanan.

Salah satu cara pengawetan makanan yang dapat dilakukan adalah pengolahan dan pengemasan yang baik yang dapat memperpanjang umur dan daya simpan makanan.

Makanan Awetan dari Bahan Nabati

Mengutip Modul Pembelajaran SMA Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X (2020), bahan pangan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan serealia; mulai dari akar, batang, dahan, daun, bunga, buah, dan biji.

Cara pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula.

Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitarnya.

Contoh makanan awetan dari bahan nabati adalah aneka selai buah, aneka kripik buah maupun sayur, manisan buah, acar, dan lain-lain.

A. Karakteristik bahan nabati

Berikut ini adalah karakteristik makanan bahan nabati:

  1. Umumnya memiliki daya awet yang tinggi
  2. Cenderung tahan terhadap tekanan dan tidak gampang rusak
  3. Meski sifat bahan spesifik, namun masih dapat dicari sifat umumnya
  4. Selain sumber protein dan lemak, bahan nabati banyak juga yang berperan sebagai sumber karbohidrat, mineral, dan vitamin

Makanan Awetan dari Bahan Hewani

Bahan pangan hewani umumnya dibagi menjadi dua, yaitu hewan darat dan hewan air. Hewan air yang dijadikan sebagai bahan makanan khas daerah contohnya adalah ikan, udang, cumi, teripang.

Sementara itu, kelompok hewan darat terdiri dari kelompok ternak besar (sapi, kerbau, kambing) dan kelompok ternak kecil (ayam, bebek, burung, angsa). Contoh makanan awetan dari bahan hewani adalah ikan asin

A. Karakteristik bahan hewani

Berikut ini adalah karakteristik makanan bahan hewani:

  1. Umumnya mudah rusak (daya awetnya rendah)
  2. Umumnya bersifat lunak, tidak tahan tekanan, dan hantaman
  3. Sifat setiap bahan sangat spesifik dan sangat sulit digeneralisasi
  4. Umumnya merupakan sumber protein dan lemak

Cara Membuat Minuman Awetan Lidah Buaya

Lidah buaya sudah sejak dulu terkenal memiliki khasiat yang baik untuk tubuh. Minuman lidah buaya sangat baik untuk kesehatan, mempunyai kalori yang sangat rendah (4 kal/100 g gel) sehingga sangat sesuai untuk program diet.

Lidah buaya juga bisa digunakan sebagai bahan baku untuk minuman dalam kemasan. Minuman awetan lidah buaya merupakan salah satu contoh dari makanan awet bahan nabati.

Berikut bahan dan cara membuatnya dilansir dari Buku Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X (2017).

A. Bahan

  1. Lidah buaya segar
  2. Gula
  3. Asam sitrat dan penguat rasa (falvor)
B. Alat pengemasan

  1. Cup
  2. Pisau
  3. Talenan
  4. Baskom
  5. Panci stainless steel
  6. Kompor
  7. Sealing machine
  8. Literan
  9. Timbangan
  10. pH meter
  11. Refraktometer

C. Cara membuat minuman lidah buaya

  1. Lidah buaya yang akan digunakan, diseset kulitnya, kemudian dipotong dan dicuci. Lakukan pencucian menggunakan air hangat untuk menghilangkan lendir. Jika masih tersisa lendir, bisa dilakukan perendaman dalam air kapur. Selanjutnya, potongan lidah buaya dimasukkan ke dalam kemasan.
  2. Potongan lidah buaya dan sirupnya dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu. Proses pengisian ini harus memperhatikan keragamannya, jumlah padatan (lidah buaya) dan cairan (sirup).
  3. Keseragaman ini sangat penting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk. ting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk. Jika pada pengisian ini tidak baik, panas yang diterima produk dalam tiap kemasan akan berbeda. Pada proses pengisian, sirup harus dalam keadaan panas untuk menciptakan kondisi hot filling.
  4. Kemasan yang telah terisi harus segera ditutup untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, dilakukan pasteurisasi pada suhu 65 derajat celsius selama 55 menit. Untuk menghindari over cooking dan memberikan shock thermal pada bakteri termofilik, produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan air mengalir sampai mencapai suhu 40 derajat celsius.
  5. Setelah dilakukan proses pendinginan, dan diangin-anginkan (agar airnya kering), dilakukan pemberian label, setelah itu dikemas ke dalam karton.

Baca juga artikel terkait MAKANAN AWETAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Maria Ulfa