tirto.id - Portrait of a Lady on Fire merupakan film bergenre drama romantis yang diproduksi oleh Lilies Film. Disutradarai oleh sineas Perancis, Céline Sciamma, film Portrait of a Lady on Fire tayang perdana pada 25 Mei 2019 di Festival Film Cannes.Film ini mengangkat kisah hubungan dua gadis yang hidup di Perancis pada era akhir abad ke-18. Keduanya menjalin hubungan “terlarang” ketika kondisi sosial-budaya Eropa belum menerima gagasan tentang keragaman identitas seksual.
Setelah ditayangkan di Festival Cannes, Portrait of a Lady on Fire segera mendulang penilaian positif dari banyak kritikus film.
Merujuk situs Rotten Tomatoes, film garapan Sciamma tersebut mendapatkan skor Tomatometer 98 persen dan rating penonton 92 persen. Adapun laman IMDb memberikan rating 8,1/10 berdasarkan 67.094 penilaian.
Portrait of a Lady on Fire pun diganjar banyak penghargaan. Film ini sudah meraih penghargaan di 49 kategori dan masuk 151 nominasi dalam puluhan ajang berbeda.
Dalam Festival Cannes 2019, Portrait of a Lady on Fire menyabet dua penghargaan sekaligus, yaitu di kategori Best Screenplay dan Queer Palm. Sementara di Golden Globe 2020, film yang sama masuk nominasi kategori Best Motion Picture untuk film berbahasa asing.
Sinopsis Film Portrait of a Lady on Fire
Seorang pelukis perempuan, Marianne (Noémie Merlant) mendapatkan pekerjaan untuk melukis seorang putri bangsawan bernama Heloise (Adèle Haenel). Pekerjaan ini membuat Marianne harus menginap di rumah Heloise yang terletak di pinggir pantai selama beberapa hari.
Ibu Heloise meminta Marianne membikin lukisan potret putrinya untuk keperluan perjodohan. Lukisan itu akan dikirim kepada seorang lelaki di Milan, calon suami Heloise.
Sebenarnya, Heloise sudah pernah dilukis oleh orang lain sebelumnya. Namun, pelukis tersebut tidak dapat melukisnya dengan baik karena Heloise tidak pernah mau berpose.
Untuk menghindari hal serupa terjadi, ibu Heloise meminta Marianne agar menjadi teman dekat putrinya, sembari menjalankan tugas melukis. Sang ibu berharap Marianne dapat melukis tanpa meminta Heloise berpose, jika keduanya telah berhubungan dekat.
Semula, komunikasi Marianne dan Heloise berlangsung dingin. Keduanya tidak banyak bicara di pertemuan awal. Alhasil, Marianne pun kesulitan melukis sosok Heloise.
Komunikasi mulai terbuka ketika mereka saling berbagi cerita di pinggir pantai. Marianne juga sempat menunjukkan perasaan dukanya atas kematian saudari tiri Heloise. Akan tetapi, kondisi itu tetap tidak membuat Marianne dapat melukis Heloise dengan baik.
Suatu waktu, ketika lukisan sudah jadi, Marianne menunjukkan hasilnya terlebih dulu kepada Heloise. Ia ingin Heloise melihat lukisan tersebut sebelum ibunya.
Namun, Heloise justru mengaku tidak menyukai hasil pekerjaan Marianne. Dia menilai lukisan itu sama sekali tidak seperti dirinya.
Heloise sebenarnya tidak marah pada Marianne yang diam-diam melukisnya. Dia justru marah karena Marianne sebentar lagi akan meninggalkannya karena lukisan itu sudah selesai.
Marianne tampaknya memahami isi perasaan Heloise. Dia lantas memutuskan untuk menghapus gambar wajah Heloise di lukisannya. Akibatnya, hasil pekerjaan Marianne sama seperti lukisan buatan pelukis sebelumnya yang menunjukkan wajah Heloise secara tidak jelas.
Meski begitu, Marianne tetap menunjukkan lukisannya pada Ibu Heloise. Tentu saja, sang ibu berang dan tidak puas dengan hasil pekerjaan Marianne.
Ibu Heloise sempat mengusir Marianne dari rumahnya. Namun, Heloise tidak tinggal diam. Sang putri justru meminta ibunya mengizinkan Marianne tetap tinggal di rumah mereka.
Heloise membiarkan Marianne menyempurnakan pekerjaannya sekalipun ia tahu lukisan itu akan membuat ia tidak akan bisa bersama lagi dengan sang pujaan hati.
Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Saksikan kelanjutan ceritanya dalam film Portrait of a Lady on Fire.
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Iswara N Raditya