Menuju konten utama

Simpang-Siur Temuan Situs Kota Rasul Kristen di Palestina

Kota Julias, kotanya para Rasul, disebut-sebut telah ditemukan. Namun, arkeolog membantah berita bombastis itu.

Simpang-Siur Temuan Situs Kota Rasul Kristen di Palestina
Benteng Masada, Israel. FOTO/National Geographic/James L. Stanfield

tirto.id - Palestina adalah negara dengan sejarah panjang yang dibangun dari reruntuhan peradaban kuno bangsa Yahudi. Di atasnya berdiri kerajaan dari Herodus yang Agung, juga kerajaan Raja Sulaiman. Temuan terbaru dari tim arkeolog yang beranggotakan geolog dan arkeolog diduga menemukan Kota Julias, rumah dari rasul-rasul Petrus, Andreas, dan Filipus.

Meski demikian tim arkeolog yang diwakili oleh Steven Notley, profesor Perjanjian Baru dan Asal-Usul Kristen dari Nyack College yang menjabat sebagai direktur akademik penggalian el-Araj membantahnya dalam email kepada National Geographic.

“Kami tidak menulis headline itu,” tulisnya.

Baca juga: Mengapa ISIS Keranjingan Menghancurkan Masjid?

Kisah penemuan di el-Araj itu menjadi sensasi publik karena surat kabar lokal dan situs online Israel, Haaretz. Judul berita tersebut menyebut para tim arkeolog telah menemukan kota para rasul. Berita tersebut kembali memantik perdebatan tentang kota dalam Perjanjian Baru yang dianggap sangat penting dalam tradisi Kristen.

Sejak 1839, sebuah situs di dekat e-Tell, dekat Tepi Barat Palestina, diidentifikasi sebagai kota kuno Betsaida. The Bethsaida Excavations Project, sebuah kolektif proyek arkeologis, telah melakukan penggalian di sekitar e-Tell sejak 1987 dan menemukan banyak benda Zaman Besi, juga beberapa pemukiman era Hellenistik, dan perumahan sezaman dengan kekaisaran Roma. Betsaida adalah rumah para rasul dan tempat Yesus menyembuhkan orang buta.

Baca juga: Ketika Hiram Bingham Menemukan Machu Picchu

Situs ini terletak di pantai utara Laut Galilee, bukit Bethsaida Nature Reserve, dan berada 211 meter di bawah lapisan tanah yang lebih rendah daripada permukaan laut. El-Araj jelas tidak berada di bawah air saat kekaisaran Roma masih berkuasa. Geolog Prof. Noam Greenbaum dari Haifa University dan Dr. Nati Bergman dari Yigal Alon Kinneret Limnological Laboratory, mempelajari bahwa kota itu tenggelam dan berada di bawah tanah karena aliran lumpur serta lempung yang terbawa dari sungai Yordania.

Dalam Yohanes 1:44 disebutkan bahwa Petrus, Andreas dan Filipus berasal dari sebuah kota di Betsaida. Temuan kota di el-Araj yang diduga Kota Julias yang hilang ini melengkapi temuan lain di Palestina, seperti makam Yesus dan kompleks istana Herodus.

Sejarawan Yahudi, Josephus Flavius, menyebut bahwa ada sebuah kota yang dibangun dari Betsaida oleh keturunan dari Raja Herodus pertama. Bukti bahwa temuan ini adalah el-Araj adalah kamar mandi modern bergaya Roma. Kamar mandi ini dijadikan indikasi bahwa ada sebuah kota di utara Galilee dan bukan sekedar perkampungan nelayan.

Infografik situs arkeologi

Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Mordechai Aviam dari Kinneret College kepada Haaretz. Ia menyebut kamar mandi modern tidak mungkin ada di perkampungan nelayan miskin. Karenanya, temuan itu mengindikasikan pernah ada kota besar di sana.

Namun, setiap klaim arkeologis perlu pembuktian seperti usia situs dan temuan benda-benda yang diklasifikasikan berdasarkan era. Dalam hal ini, temuan el-Araj harus menunggu penelitian laboratorium untuk menentukan usia pasti situs serta inventarisasi benda temuan untuk menyesuaikan zaman ketika kota itu dibangun.

Kota ini, menurut Aviam, disebut Julias sebagai penghormatan terhadap Livia Drusilla, yang setelah menikah dikenal sebagai Julia Augusta, ibu dari kaisar Roma Tiberius.

“Josephus melaporkan bahwa raja Herodus II membangun Betsaida dari sebuah desa menjadi kota besar, kota yang layak,” kata Aviam. Ia tidak menyebutkan apakah ia dibangun di atas atau di sekitar Betsaida. "Yang jelas, selama ini kita tidak tahu di mana kota ini berada. Namun, kamar mandi yang ada merupakan bentuk kebudayaan urban,” katanya.

Baca juga: Seabad Malaka Berjaya, Kemudian Musnah

Laporan lain di Haartez menyebut selama ini ada beberapa temuan arkeologis yang diduga sebagai sebagai Julias. Pertama, temuan di el-Araj, sementara dua yang lain berada di dekat danau di daerah pendudukan Palestina. Namun, temuan kamar mandi dan berbagai benda-benda bernuansa era Roma menjadikan el-Araj sebagai kandidat terkuat kota Julias.

Selain kamar mandi, ditemukan juga berbagai pecahan tembikar dari abad ke satu dan ketiga, mosaik. Dua koin juga ditemukan, satu koin perunggu yang berasal dari akhir abad kedua dan koin perak yang menggambarkan Kaisar Nero dari tahun 55-66 Masehi.

Namun, ada yang meragukan temuan ini sebagai Kota Julias. Jodi Magness, arkeolog dan peraih beasiswa National Geographic, mengatakan: meski ditemukan banyak peradaban zaman besi di Betsaida, temuan periode kekaisaran Roma di sana sangat sedikit. Oleh karena itu, situs itu mustahil menjadi pusat peradaban urban. Sementara itu, Rami Arav, direktur Bethsaida Excavations Project at e-Tell, kepada National Geographic mengatakan temuan di el-Araj belum cukup untuk menyimpulkan bahwa tempat itu adalah kota yang disebut dalam Alkitab.

Baca juga: Belanda Melepas Manhattan Demi Pulau Kecil di Maluku

Di Palestina, temuan situs bersejarah bisa jadi berkah dan kutukan sekaligus. Jonathan Cook, jurnalis asal Inggris yang menulis tentang konflik Palestina-Israel, mengatakan banyak situs bersejarah di Palestina yang memiliki kaitan dengan sejarah Yahudi digunakan untuk kepentingan propaganda.

Cook menulis untuk The Electronic Intifada pada September 2008, yang menyebut bahwa pemerintah Israel menggunakan alasan penggalian situs budaya untuk menyingkirkan penduduk Palestina. Cook juga menyebut, jika ada warga Palestina yang menolak atau melayangkan protes terhadap ini, polisi Israel akan melakukan penangkapan terhadap mereka. Pola ini selalu berulang dan terjadi di tempat yang dianggap sebagai lokasi bersejarah.

Pada 2010, Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Masjid Ibrahimi atau Tomb of the Patriarchs di Hebron dan Masjid Bilal/Rachel’s Tomb di luar Bethlehem sebagai warisan budaya nasional Israel. Sarah Irving, penulis dan pengamat hak asasi manusia di Palestina, menyebut usaha ini penting sebagai bagian membentuk narasi bahwa Israel sebagai negara Yahudi memiliki akar sejarah di Palestina.

Baca juga artikel terkait PALESTINA atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani