Menuju konten utama

Siapa Sondang Hutagalung yang Bakar Diri Depan Istana?

Sondang Hutagalung adalah mahasiswa yang melakukan aksi bakar diri di depan istana pada 2011. Ia meninggal dunia 3 hari kemudian.

Siapa Sondang Hutagalung yang Bakar Diri Depan Istana?
Sondang Hutagalung. FOTO/Wikipedia

tirto.id - Aksi bakar diri oleh Aaron Bushnell terjadi pada Minggu, (25/2/2024), di depan Kedubes Israel di Washington DC, Amerika Serikat. Sondang Hutagalung pernah melakukan tindakan serupa di depan Istana Merdeka, Jakarta, hampir 13 tahun silam.

Dalam rekaman video yang beredar di media sosial, Aaron Bushnell awalnya menyiramkan sebuah cairan yang berasal dari botol.

Tentara Angkatan Udara AS itu lantas mengambil korek dari saku celana sebelah kanan dan langsung menyulut api. Sontak, si jago merah seketika membakar sekujur tubuhnya, dari kaki hingga kepala.

"Saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida [di Gaza]. Saya akan melakukan aksi protes yang ekstrem. Bebaskan Palestina!" sebut Bushnell pada saat melakukan aksinya.

Menurut laporan BBC, pria 25 tahun itu sempat mengirim sebuah email ke sejumlah wartawan dan situs-situs berita sayap kiri. Salah satu yang menerima adalah Atlanta Community Press Collective.

"Hari ini, saya berencana melakukan aksi protes ekstrem terhadap genosida yang dialami rakyat Palestina," tulis Aaron Bushnell via email tersebut.

Laki-laki asal San Antonio, Texas, ini kemudian meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit. "Individu yang terlibat dalam insiden kemarin mengalami luka-luka dan meninggal dunia tadi malam," bunyi pernyataan resmi Angkatan Udara AS, Senin, (26/2).

Jauh sebelum aksi Aaron Bushnell, Sondang Hutagalung juga pernah melakukan tindakan yang sama. Lokasi yang dipilih Sondang adalah di depan Istana Merdeka, Jakarta.

Ia meninggal dunia pada 10 Desember 2011 akibat luka bakar atau 3 hari pasca melakukan aksi di depan istana.

Siapa Sondang Hutagalung: Aktivis Universitas Bung Karno

Sondang Hutagalung merupakan seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK). Ia dilahirkan pada 12 November 1989.

Pada tanggal 7 Desember 2011, Sondang melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka, Jakarta. Ia merasa kecewa terhadap ketidakadilan dan penanganan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.

Sebelum melakukan aksi bakar diri, dirinya sempat menuliskan sebuah pesan dan ditulis lewat buku harian pasangannya, Putri.

"Terkutuklah buat ketidakadilan, terkutuklah buat ketidakpedulian, terkutuklah buat kemiskinan, terkutuklah buat rasa sakit dan sedih, terkutuklah buat para penguasa jahat, terkutuklah buat para penjahat, setelah aku tidak punya rasa lagi," ucap Sondang, seperti dikutip via Antaranews, Senin, 10 Desember 2012.

Jenazah Sondang sempat disemayamkan di aula UBK pada hari Minggu, 11 Desember 2011, dan dimakamkan di TPU Pondok Kelapa. Sondang lantas diberi gelar Sarjana Kehormatan dari kampus.

"Karena Sondang bukan militer, jadi kita berikan gelar Sarjana Kehormatan," tutur Ketua Dewan Kurator UBK, Rahmawati Soekarnoputri.

Tragedi yang dilakukan mahasiswa UBK itu tentu mengagetkan publik. Sondang dikenal sebagai seorang aktivis HAM dan sering terlibat unjuk rasa alias demonstrasi.

Ia juga disebut pernah menjabat Ketua Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi) dan aktif lewat "Sahabat Munir".

Mengutip laman Kontras, Sondang dikenal gemar mempelajari Marhaenisme dan Soekarnoisme. Ia termasuk penggagum sosok Soekarno, terutama terkait pemikiran politik dan kemandirian ekonomi.

Sejumlah spekulasi ketika itu beredar luas mengenai penyebab utama sang aktivis sampai melakukan aksi bakar diri. Pihak keluarga, kampus, hingga kekasih menyatakan tidak sedang memiliki masalah dengannya.

Menurut sumber yang sama, salah satu yang melatarbelakangi tindakan Sondang adalah terkait dengan sikap Presiden RI. Dikabarkan ia bersama para korban pelanggaran HAM dan KontraS berencana menyerahkan 1000 surat untuk presiden, pada 16 Agustus 2011.

Akan tetapi, Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebutkan menolak surat tersebut. Protokoler istana juga tidak mempersilahkan mereka untuk mengantarkan surat secara langsung. Alhasil, para aktivis merasa kecewa dalam usaha memperjuangkan HAM di Indonesia.

Pitor Hutagalung, sang ayah menilai anaknya selalu mengucapkan kalimat "hal yang paling membahagiakan adalah membahagiakan orang lain" setiap melakukan aksi unjuk rasa.

Menurut Pitor, cita-cita Sondang dalam menegakkan keadilan belum tercapai hingga kini, termasuk penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

"Hal yang paling membahagiakan adalah membahagiakan orang lain. Itu sering diucapkan anak saya ketika melakukan aksi," kata Pitor.

"Yang paling parah, (terpidana) narkotika yang divonis mati, malah diberi grasi. Cita-cita Sondang tentang penegakkan keadilan belum tercapai," lanjutnya.

Baca juga artikel terkait UNIVERSITAS BUNG KARNO atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra