tirto.id - Sri Wahyuni, 49 tahun ramai diberitakan sejak kemarin. Laporan kepolisian yang diterima awak media, mengabarkan perempuan asli Lamongan, Jawa Timur itu bunuh diri dengan cara menyiram sekujur tubuh dengan minyak tanah, lalu menyulutnya dengan korek gas.
Laporan itu menyantumkan kata kunci yang ramah di mesin pencari. Hal itu terkait kutipan teriakan dari Sri yang menyangkut pada peristiwa penting "jatuhnya Lion Air." Rentetan perkataan Sri saat bakar diri yang didapatkan polisi itu yakni:
"Saya dituduh membunuh orang. Saya dituduh berzinah dengan orang Arab. Saya dituduh penyebab kecelakaan Lion Air. Saya mau dibawa raja iblis tapi tidak mempan, makanya saya minum Napacin 8 butir tambah 2 botol Sprite akhirnya enggak mati. Saya jihad di jalan yang benar, tuduhan raja iblis itu palsu makanya saya bakar diri."
Peristiwa bunuh diri itu terjadi pada, Selasa (6/11/2018). Sehari setelahnya, Kompas.com dan Okezone.commemberitakannya pada pukul 18.00 dan 20.37. Kata kunci yang mereka pakai, “perempuan membakar diri.”
Kedua media daring itu menulis tanpa ada embel-embel teriakan Sri yang ramah mesin pencari. Mereka hanya menyertakan komentar dari Kapolsek Ciputat Kompol Doni Bagus Wibisono terkait, Sri “depresi” atau mengalami “gangguan kejiwaan”.
Berita heboh tentang Sri datang pertama kali dari Detik.com, sekitar satu jam setelah berita Okezone.com tayang. Disebutkan Sri membakar diri dengan meneriakkan, “Dituduh penyebab Lion Air Jatuh.”
Perkataan yang dijadikan judul berita itu, dikutip atas nama Kasat Reskrim Polres Tangsel AKP Alexander Yurikho. Pada Jumat (9/11/2018) pukul 01.00, berita tersebut hanya direspon 16 komentar dari pembaca.
Esok harinya, sekitar pukul 09.38, Detik.com kembali memberitakan peristiwa itu. Isi beritanya nyaris sama dan mencantumkan embel-embel kata “Lion Air” di judul. Respons pembaca lebih meriah. Pada Jumat dini hari (9/11/2018) pukul 01.00, terdapat 69 komentar.
Saya mencoba mendalami peristiwa “janggal” itu dari keterangan para saksi mata. Saya ke rumah kontrakan Sri di daerah Serua, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Beberapa orang berbincang dengan saya, seperti: Habibulloh, 28 tahun, seseorang yang dianggap Polsek Ciputat Polsub Sektor Serua sebagai saksi mata.
Selain itu, Maulana dan Sumini, penjaga warung. Ada pula Juleha, tetangga Sri. Hingga Zainal, ketua RT dan pihak kepolisian. Sisanya adalah beberapa narasumber yang enggan disebutkan namanya.
Kegaduhan di Kontrakan Sri
Juleha, 30 tahun sedang menyapu teras rumah kontrakannya, kemarin. Dia tinggal tepat di samping kanan rumah Sri. Dia mengisahkan, sekitar pukul 07.45 menyaksikan Sri menenteng satu botol minuman Sprite dan obat sesak nafas, Neo Napacin.
Mereka tak saling bertegur sapa. Tak seperti biasanya Sri beraktivitas sejak pagi. Biasanya Sri dan suaminya, Dedi Yuhandi, 49 tahun, baru bangun tidur pada siang hari. Sebab pasangan suami istri itu harus menjaga warung nasi pecel ayam yang buka malam hari hingga subuh.
“Dia masuk kamar [kontrakannya] terus pintu ditutup rapat, jendela juga,” kata Juleha kepada saya.
Sekitar 15 menit sebelumnya, Sri mendatangi dua warung yang jaraknya tak sampai 100 meter dari rumah kontrakannya. Sebab warung pertama tak menjual minuman Sprite dan obat Neo Napacin.
Di warung kedua, Sri membeli sebatang rokok, satu botol minuman Sprite, dan empat butir obat Neo Napacin. Penjaga warung sempat menyarankan agar obat itu diminum satu butir sehari. Namun, Sri hanya mengatakan obat itu untuk suaminya.
Juleha mengisahkan, tak lama usai Sri masuk ke rumah kontrakannya sendiri, terdengar suara dentuman. Dia mengira Sri tengah cekcok dengan suaminya. Dia mendekati kediaman Sri tersebut, namun pintu kamar tiba-tiba ditarik dengan kencang dari dalam.
Hanya mengenakan celana dalam, suami Sri berlari keluar sambil berteriak berulang kali, “Astaghfirullah.”
Laki-laki itu masuk ke dalam rumah kembali untuk menarik tubuh Sri keluar. Saat itulah Juleha menyaksikan api membara dari tubuh Sri. Kobaran api tersebut, menurut Juleha, hampir mengenai atap rumah yang tingginya kurang lebih dua meter.
“Saya masih benar-benar jelas melihat kakinya itu ditarik masih utuh, belum terbakar. Tapi area dari pinggang ke kepala, sudah terbakar,” terang Juleha.
“Saya sampai enggak bisa tidur masih kebayang itu sampai malam itu.”
Memadamkan Api Tanpa Apar
Habibulloh, 28 tahun, yang saat itu sedang berada di kamar mandi rumah kontrakannya, terjungkat. Kemudian dia bergegas mendatangi kegaduhan di depan rumah tetangganya, Sri. Habibulloh adalah seseorang yang dijadikan polisi sebagai saksi mata kejadian.
Dia melihat Juleha mengguyur tubuh Sri dengan satu ember air. Ada juga saksi mata lain, mahasiswa yang tinggal di deretan rumah kontrakan itu, menyiram Sri dengan satu ember air bekas mencuci.
Saat bergegas melakukan hal serupa, Habibulloh baru menyadari, ia punya alat pemadam api ringan (Apar). Namun, sebelum menyemprotkannya, api di tubuh Sri sudah padam. Hal ini berseberangan dengan laporan kepolisian.
Dia memperkirakan, api menyala sekitar lima menit. Saat itu Sri seolah tak merasa kesakitan. Perempuan itu berbicara dengan lancar untuk mencegah Habibulloh yang berencana mendatangkan mobil ambulans. Sri berkata, biar polisi saja yang menjemputnya.
“Kami juga bingung, itu sekujur tubuh dia terbakar mas. Tapi dia enggak teriak sakit atau gimana. Suaminya itu akhirnya nutupi dia pakai sarung karena dia sudah telanjang. Kulitnya itu sudah hitam semua, itu sudah parah banget,” ujar Habibulloh.
Sekitar pukul 08.20, petugas piket Polsek Ciputat Polsub Sektor Serua mendatangi kediaman Sri. Habibulloh mendampingi polisi untuk olah tempat kejadian perkara. Dia menemukan dua botol minuman Sprite, bungkusan obat, secarik kertas yang berisi tulisan tangan Sri.
“Isinya tulisan Sumpah Pemuda, tanda tangan, materai. Isinya sama sekali enggak jelas. Enggak kebaca intinya apa. Saya sekolah tinggi-tinggi juga enggak kebaca itu apa,” terangnya.
“Di bawah ada tambahan lagi: Demi Allah saya mendukung Insinyur Joko Widodo. Memang dia sebut-sebut Jokowi terus,” imbuhnya.
Curhatan Sri pada Juleha dan Habibulloh
Tingkah aneh Sri memang sudah terlihat dari gelagatnya sebulan terakhir. Pada 28 Oktober 2018 ketika peringatan hari Sumpah Pemuda, Sri dan Dedi tidak berjualan. Menurut Habibulloh, Sri ingin melakukan sesuatu yang viral.
Tiba-tiba dia menanyakan isi Sumpah Pemuda kepada Habibulloh yang sedang bermain catur di teras kontrakannya. Alasannya untuk kebutuhan menulis surat. Namun, Dedi tak memperdulikan permintaan Sri itu.
Juleha juga mendapat pengalaman yang serupa, sehari sebelum Sri bunuh diri. Tiba-tiba saja Sri datang dan bercerita macam-macam. Beberapa di antara cerita Sri seperti dituduh menipu orang, dianggap pernah membunuh orang 15 tahun yang lalu, hingga akan dijemput Raja Iblis dan Raja Salman.
Saat ditanya tahu dari mana semua informasi tersebut, Sri menjawab, Facebook. Melalui media sosial itu, Sri juga pernah mengaku dituduh menipu dan diancam akan didatangi polisi.
“Sebelum didatangi polisi, dia [Sri] lapor duluan,” jelas Habibulloh. Saat itu polisi mengabaikannya karena aduannya tidak jelas.
Tak Ada Teriakan Lion Air & Raja Iblis
Usai api di tubuh Sri padam, Habibulloh mengatakan, perempuan itu sempat meneriakkan nama Presiden Jokowi. Berbeda dengan kronologi versi polisi, Habibulloh sama sekali tak mendengar Sri berteriak soal Lion Air dan Raja Iblis.
Dia mengira teriakan soal itu kemungkinan terjadi ketika Sri diantar ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta dengan mobil polisi. Selain polisi, hanya suami Sri dan Ketua RT Zainal yang ikut di dalam mobil tersebut.
Namun, Zainal sendiri mengaku tidak tahu saat dikonfirmasi soal teriakan Lion Air maupun Raja Iblis.
Meski begitu, Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan AKP Ahmad Alexander Yurikho mengatakan, teriakan itu terjadi saat Sri diantar ke rumah sakit. Di dalam mobil polisi, Sri terus meracau tak jelas.
“Saya dituduh penyebab kecelakaan Lion Air,” kata Ahmad menirukan ucapan Sri yang ia dapat dari anggotanya. “Saya jihad di jalan yang benar, tuduhan Raja Iblis itu palsu makanya saya bakar diri.”
Meski tanpa bantuan ahli medis, Ahmad menganggap Sri mengidap gangguang kejiwaan. Menurut Ahmad, Sri meninggal dunia karena luka bakar, sekitar pukul 23.00 di RS Fatmawati pada, Selasa (6/11/2018). Sedangkan beberapa media daring, kemarin, ramai-ramai memberitakan bahwa Sri masih dirawat secara intensif di rumah sakit itu.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dieqy Hasbi Widhana