tirto.id - Selama debat calon presiden AS yang pertama pada Selasa (29/9/2020) malam, Presiden Donald Trump menyebut nama “Proud Boys” ketika ia ditantang oleh lawannya, Joe Biden, untuk mengecam aksi kelompok rasis dan supremasi kulit putih, yang menyebabkan kekerasan akhir-akhir ini.
"Proud Boys, mundur dan bersiap! Seseorang harus melakukan sesuatu kepada antifa dan kelompok kiri," katanya, yang dikutip dari Washington Post.
Ketika moderator debat, pembawa acara Fox News Chris Wallace, bertanya kepada Trump apakah dia bersedia mengutuk supremasi kulit putih dan kelompok milisi rasis, Trump malah menjawab, "Tentu, saya bersedia melakukan itu, tetapi saya akan mengatakan hampir semua yang saya lihat berasal dari sayap kiri, bukan dari sayap kanan."
Setelah mendapat reaksi keras atas komentarnya tersebut, Trump pada hari Rabu langsung mengklaim bahwa dia sebenarnya tidak mengenal ataupun akrab dengan grup yang ia sebut namanya tersebut.
"Saya tidak tahu siapa Proud Boys. Anda harus memberi saya definisinya karena saya benar-benar tidak tahu siapa mereka. Saya hanya bisa mengatakan mereka harus mundur, biarkan penegak hukum melakukan tugasnya," katanya kepada wartawan saat menjawab pertanyaan di depan Gedung Putih.
Ketika reporter lain mengajukan pertanyaan serupa mengenai pernyataan pada Selasa malam, dia berkata, "Mereka akan mundur, mereka harus mundur. Semua orang! Grup apa pun yang Anda bicarakan, biarkan penegak hukum yang bekerja", tegasnya.
Kendati telah merevisi ucapannya itu, seperti dilaporkan DW, dalam beberapa menit setelah komentar Trump dalam debat itu, para anggota Proud Boys mulai membanjiri di media sosial mereka dengan postingan yang memuji ucapan Trump, dan menyebutnya sebagai sesuatu yang "bersejarah".
Siapa itu Proud Boys ?
Proud Boys, oleh beberapa organsisasi hak sipil, salah satunya Southern Poverty Law Center (SPLC), dikategorikan sebagai sebagai "kelompok pembenci" atau hate group. SPLC menyebut, bahwa grup ini terkenal karena retorika anti-musim dan misoginis.
Didirikan pada 2016 oleh aktivis sayap kanan Kanada-Inggris dan salah satu pendiri Vice Media, Gavin McInnes, grup ini diisi oleh anggota yang semuanya laki-laki dan menggambarkan dirinya sebagai surga bagi "chauvinis barat", serta memiliki sejarah kekerasan jalanan terhadap kelompok dan aktivis sayap kiri.
Salah satunya, seperti dilaporkan BBC, pada Agustus tahun 2019 lalu, kelompok ini terlibat bentrok dengan kelompok sayap kiri antifa, atau gerakan anti-fasis.
Dalam bentrok yang terjadi di Portland, Oregon itu, Polisi menangkap 13 orang dengan dua anggota Proud Boys dipenjara.
Menurut Anti-Defamation League (ADL), sebuah organisasi anti-kebencian, anggota Proud Boys telah berulang kali membuat komentar-komentar misoginis dan secara terbuka mendukung pemerkosaan.
Selain anti-muslim, kelompok itu juga memuji pandangan anti-transgender, anti-imigrasi dan anti-semit.
"Sementara kelompok itu dapat digambarkan sebagai kelompok yang kejam, nasionalis, Islamofobia, transfobik dan misoginis, anggotanya mewakili berbagai latar belakang etnis, dan para pemimpinnya dengan keras memprotes tuduhan rasisme," kata ADL.
Sama seperti anggota Boogaloo Bois, kelompok sayap kanan lainnya yang dikenal memakai kemeja Hawaii, Proud Boys juga mengadopsi seragam pilihan.
Anggotanya diketahui mengenakan kemeja polo Fred Perry hitam dan kuning, serta topi merah bertulis "Make America Great Again". Mereka juga biasa melantunkan "Uhuru" yang berarti "kebebasan" dalam bahasa Swahili.
Kelompok ini paling banyak hadir dan aktif di rapat umum dan protes, serta berkoordinasi dengan kelompok-kelompok pembenci lainnya di pertemuan-pertemuan sayap kanan.
Seperti unjuk rasa "Unite the Right" di Charlottesville, North Carolina pada tahun 2017, yang berakhir bentrok dengan antifa.
Mantan anggota Proud Boys, Jason Kessler, yang membantu mengatur acara tersebut, juga mempertemukan para anggota Ku Klux Clan, kelompok rasis dan milisi.
Protes Unite the Right sendiri, akhirnya menjadi berita utama setelah Heather Heyer, seorang counterprotester berusia 32 tahun, tewas tertabrak ‘serangan mobil’.
Masih menurut ADL, "The Proud Boys memiliki banyak ciri khas sebuah geng, dan anggotanya telah mengambil bagian dalam berbagai tindakan kekerasan dan intimidasi brutal."
Dalam beberapa bulan terakhir, anggotanya telah berkelahi dengan orang-orang yang berdemonstrasi di Portland, Oregon dan kota-kota lain yang menjadi tuan rumah bagi protes besar AS.
"Dipersenjatai dengan gada beruang, pentungan, senjata paintball dan dalam kasus salah satu anggota Proud Boys, sebuah senjata sungguhan, Proud Boys terlibat dalam berbagai tindakan kekerasan terhadap kontra-pengunjuk rasa dan anggota media," ujar ADL.
Pada tahun 2018, mengutip New York Times, 10 anggota Proud Boys telah dituduh menyerang pengunjuk rasa di luar acara Partai Republik di New York City, setelah sebuah rekaman memperlihatkan mereka memukuli demonstran di luar Metropolitan Republican Club.
Dua dari anggota tersebut dijatuhi hukuman empat tahun penjara atas serangan tersebut, serta dinyatakan bersalah atas percobaan serangan geng, percobaan penyerangan dan dakwaan lainnya.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo