Menuju konten utama

Facebook Hapus Iklan Kampanye Trump Karena "Menyesatkan"

Iklan kampanye Trump tentang "menerima pengungsi akan meningkatkan risiko orang Amerika terkena Covid-19" dihapus Facebook.

Facebook Hapus Iklan Kampanye Trump Karena
Ikon Facebook. AP / Martin Meissner

tirto.id - Facebook telah menghapus sejumlah iklan dari tim kampanye Donald Trump, karena membuat klaim yang menyesatkan dan tidak akurat (misleading and inaccurate) tentang Covid-19 dan imigrasi.

Pada hari Rabu (30/9/2020), raksasa media sosial itu menghapus iklan yang disponsori Trump, yang berisi klaim tanpa bukti bahwa "menerima pengungsi akan meningkatkan risiko orang Amerika terkena Covid-19" .

Iklan tersebut, yang menampilkan video Joe Biden berbicara tentang perbatasan dan pencari suaka, juga mengklaim --tanpa bukti, bahwa kebijakan kandidat asal Partai Demokrat itu akan "meningkatkan jumlah pengungsi dari Suriah, Somalia, dan Yaman sebesar '700 persen'".

Sejauh ini, lebih dari 38 versi iklan telah dijalankan di Facebook dan telah dilihat oleh ratusan ribu orang sebelum korporasi media sosial itu menghapusnya.

Facebook tidak segera berkomentar mengenai hal tersebut. Namun, dalam sebuah peenyataan kepada NBC, mereka mengatakan bahwa iklan tersebut melanggar kebijakannya.

"Kami menolak iklan ini, karena kami tidak mengizinkan klaim bahwa keselamatan fisik, kesehatan, atau kelangsungan hidup seseorang terancam oleh orang-orang berdasarkan asal negara atau status imigrasi mereka," kata juru bicara Facebook, Andy Stone, dikutip dari NBC, Kamis (1/10/2020).

Penghapusan tersebut merupakan tindakan terbaru yang diambil Facebook terhadap pemerintahan Donald Trump. Seperti dilaporkan BBC, tindakan ini mengikuti penghapusan lain dari iklan Trump, salah satunya pada bulan Juni lalu, yang menampilkan "iklan dengan simbol Nazi."

Sementara itu, CNBC juga pernah melaporkan pada November 2018 lalu, bahwa Facebook juga menghapus iklan Trump lainnya karena melanggar aturan "konten sensasional".

Kebijakan Facebook menyatakan, bahwa sebuah iklan "tidak boleh berisi konten yang mengejutkan, sensasional, tidak sopan, atau menampilkan kekerasan yang berlebihan."

"Ini [iklan Trump] termasuk merendahkan kelompok dan menggunakan rumor bahaya yang menakutkan serta dilebih-lebihkan," bunyi pernyataan kebijakan Facebook, dikutip CNBC, Senin (5/11/2018) lalu.

Kendati disebut menyesatkan dan tidak akurat, Courtney Parella dari tim kampanye Trump tetap berusaha membela klaim iklan tersebut.

"Sementara Presiden Trump mengambil tindakan tegas untuk membatasi perjalanan dari China demi memperlambat penyebaran virus corona dan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya, Joe Biden hanya sibuk menyebut 'presiden xenofobia' [kepada Trump]," katanya dalam sebuah pernyataan, yang dikutip The Guardian.

Meskipun Facebook telah menghapus iklan tentang pengungsi dan Covid-19, iklan menyesatkan lainnya tetap ada di platform tersebut. Satu iklan, misalnya, menunjukkan Joe Biden dengan ponsel yang "di-photoshop di telinganya", menunjukkan klaim palsu bahwa kandidat presiden itu seolah melakukan kecurangan dalam debat.

Iklan tersebut tampaknya diluncurkan di hari saat dilaksanakannya debat, tetapi tetap aktif di Facebook hingga kini dengan lebih dari 800 versi, dan telah dilihat oleh lebih dari 3,6 juta orang, yang sebagian besar dari mereka berada di negara bagian pemilihan utama: Florida dan Pennsylvania.

Facebook sendiri sebenarnya juga telah mengubah kebijakannya untuk mencegah iklan yang mendelegitimasi hasil pemilu. Sebagaimana diungkap manajer proyek Rob Leathern, di bawah kebijakan baru, "iklan tidak boleh mengumumkan kemenangan sebelum waktunya; menampilkan metode pemungutan suara apa pun; atau membuat tuduhan penipuan pemilih."

Perubahan kebijakan ini berlaku untuk Instagram dan Facebook dan berlaku langsung mulai Rabu (30/9/2020) kemarin.

Baca juga artikel terkait PILPRES AS 2020 atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Politik
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yantina Debora