Menuju konten utama

Serukan Lawan Radikalisme di Rumah Ibadah di Hari Lahir Pancasila

Gerakan Milenial Lintas Rumah Ibadah (MLRI) menyerukan melawan segala bentuk persemaian radikalisme di rumah ibadah.

Serukan Lawan Radikalisme di Rumah Ibadah di Hari Lahir Pancasila
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Presiden RI kelima Megawati Soekarno Putri (kesembilan kanan), Wakil Presiden RI keenam Try Sutrisno (kesembilan kiri) dan Wakil Presiden RI ke-11 Boediono (kedelapan kanan) bersama para ketua lembaga negara, menteri-menteri Kabinet Kerja, tokoh nasional dan pemuka agama memberikan Salam Pancasila usai upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Jakarta, Sabtu (1/6/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

tirto.id - Memperingati hari kelahiran Pancasila, Gerakan Milenial Lintas Rumah Ibadah (MLRI) menyerukan untuk melawan radikalisme yang akhir-akhir ini dianggap mulai berkembang di rumah ibadah.

Inisiator MLRI, Arief Rosyid mengatakan potensi ini perlu diwaspadai agar tidak sampai generasi milenial yang jumlahnya mencapai 81,27 juta jiwa terpapar radikalisme.

“Melawan segala bentuk persemaian radikalisme di rumah ibadah,” ucap Arief membacakan salah satu poin deklarasi dalam acara bertajuk 'Menjaga Pancasila Mulai Dari Rumah Ibadah' di pelataran Masjid Masjid Cut Meutia, Jakarta pada Sabtu (1/6/2019).

Perwakilan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, Muh. Asrul pun menilai saat ini bisa jadi generasi muda lebih suka ideologi sektarianisme. Dan yang ia khawatirkan ruang gerak yang dimanfaatkan justru adalah ruang ibadah.

“Generasi muda lebih suka ideologi sektarianisme. Ruang gerak mereka memanfaatkan tempat ibadah khususnya masjid. Ini satu momentum bahwa kita berbeda-beda pemikiran dan gagasan kita dipersatukan dengan semangat momentum 1 Juni (Kelaharian Pancasila),” ucapnya.

Perwakilan Milenial Gereja Kristen, Alan Singkali pun mendukung hal itu. Alan yang juga aktif dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indoensia (GMKI) menuturkan dalam ajaran agama yang ia pelajari, rumah ibadah seharusnya menjadi tempat bernaung bagi orang-orang yang membutuhkan. Terutama mereka yang disebut kaum “papa” atau miskin.

Sebaliknya, ia menyayangkan bila rumah ibadah saat ini sudah bergeser maknanya ketimbang mengakomodir kaum “papa”. Yang terjadi saat ini kata Alan, rumah ibadah malah menjadi panggung milik elit.

“Awal mula Kristen hadir jemaat mula-mula jadi tempat untuk menghimpun-merawat kaum. Tapi 2019 menurut kalender masehi ini mungkin saja rumah ibadah sudah bergeser. Tidak lagi jadi tempatnya kaum papa, malah jadi panggung elit semata,” ucap Alan dalam diskusi itu.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi