Menuju konten utama

Serangan Lone Wolf dan Sweeping Jadi Fokus Pengamanan Natal 2017

Kesiapan dan pengamanan Natal mulai tampak dilakukan di sejumlah tempat.

Serangan Lone Wolf dan Sweeping Jadi Fokus Pengamanan Natal 2017
Walikota Solo memeriksa pasukan saat memimpin apel pasukan Operasi Lilin Candi 2017 di Lapangan Parkir Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/12/2017). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

tirto.id - Perayaan Natal 2017 tinggal menghitung hari. Kesiapan dan pengamanan Natal mulai tampak dilakukan di sejumlah tempat. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyiagakan 180 ribu personel gabungan buat mengawal pelaksanaan misa dan perayaan Natal di seluruh Indonesia.

Menurut Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian, jumlah personel yang disiagakan kali ini lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Salah satu pos penting yang akan dikawal ketat aparat gabungan adalah Gereja Katedral Jakarta yang punya nama resmi Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga.

Pengawalan di gereja ini, kata Tito, lebih ketat karena untuk menghindari hal tak diinginkan meski sejauh ini belum tampak ada ancaman keamanan. Potensi ancaman itu muncul dari pelaku teror perorangan atau lazim disebut lone wolf.

“[Mereka] Lebih sulit dideteksi seperti peristiwa Eropa dan Amerika,” kata Tito, Kamis 21 Desember 2017.

Soal pengamanan di DKI Jakarta, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono menerangkan bahwa akan ada lebih dari 20 ribu personel untuk mengamankan seluruh tempat ibadah di Jakarta. Personel tersebut mulai disebar hari ini, Jumat (22/12/2017), untuk menjaga tempat-tempat tersebut.

Argo menuturkan Gereja Katedral Jakarta selalu menjadi tempat utama yang akan diamankan polisi dalam setiap perayaan Natal lantaran lokasi gereja berada di pusat kota dan kapasitasnya yang dapat menampung banyak orang.

Argo memastikan nantinya ada pos penjagaan di Gereja Katedral Jakarta agar pengamanan bisa berlangsung secara maksimal. Meski begitu, Argo belum bisa memastikan berapa jumlah personel untuk kawasan Katedral Jakarta.

Argo juga menjelaskan, pengamanan juga dilakukan di sejumlah gererja lain lantaran perayaan Natal di ibu kota berlangsung di banyak tempat ibadah di waktu yang berbeda-beda. “Semua kapolres nanti yang bekerja berjalan, nanti ada dari masyarakat yang akan membantu melakukan pengamanan,” kata Argo.

Pengamanan dari Banser NU Untuk Katedral Jakarta

Terkait pengamanan di gereja, Barisan Serbaguna Nadhlatul Ulama (Banser NU) akan kembali ikut ambil peran dalam pengamanan Natal. Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan Banser NU selalu siap sedia dikerahkan untuk membantu terlaksananya misa Natal yang kondusif.

Panglima besar Banser NU ini mengaku bahwa beberapa daerah sudah meminta dan mendapatkan penjagaan dari Banser NU. Jumlahnya cukup banyak. Tahun lalu, kata dia, ada 2,5 juta personel Banser NU yang dikerahkan dalam penjagaan Natal 2017. Tahun ini, setidaknya ada dua ribu personel Banser NU yang siap di wilayah Jakarta.

“Kami sistemnya on call. Kapan pun dibutuhkan, mereka [Banser NU] selalu siap,” kata Yaqut kepada Tirto.

Untuk daerah Gereja Katedral Jakarta, sepengetahuan Yaqut, belum ada pemberitahuan yang masuk soal permintaan penjagaan. Meski demikian, Yaqut mengaku bahwa setiap tahun, permintaan selalu ada karena Gereja Katedral Jakarta biasanya selalu ramai pada malam Natal dan tempat yang tepat untuk silaturahmi.

“Ketika Banser diminta untuk menjaga bukan hanya soal keamanan, tapi gambaran bagaimana kita ini bertoleransi, kan begitu,” tandasnya lagi.

Yaqut menjelaskan, penjagaan ini bukan sekadar pengamanan melainkan sebagai bentuk wujud

toleransi antarumat beragama. Yaqut berharap pengamanan ini menginspirasi umat beragama untuk saling bahu membahu untuk menjaga kondusifitas perayaan hari besar keagamaan masing-masing.

Potensi Ancaman Lain

Di luar pengamanan dari ancaman terorisme, aparat keamanan juga bersiaga memantau potensi gangguan keamanan yang lahir dari tindakan masyarakat seperti razia atau sweeping (penyisiran). Setiap tahun, sejumlah organisasi masyarakat kerap menggelar sweeping di sejumlah tempat.

Sweeping ini bertujuan mencegah pemaksaan terhadap orang non-nasrani untuk mengenakan atribut Natal. Menurut Tito, Polri sudah mengetahui ormas mana saja yang berpotensi menggelar sweeping. Ia mengimbau kepada seluruh pihak agar tidak main hakim sendiri dan melakukan razia.

“Tidak boleh main hakim sendiri (karena), yang bisa menegakkan hukum itu hanya penegak hukum,” ucap Tito.

Untuk menghindari sweeping ini, Tito mengaku sudah berkomunikasi dengan ormas-ormas terkait. Dalam komunikasi itu, ormas-ormas tersebut mengaku tidak akan menggelar razia apabila pengusaha dan pihak lain tidak memaksa penggunaan atribut Natal. Untuk menghindari razia ini, Tito juga mengingatkan perusahaan untuk tidak memaksa pegawai non-nasrani untuk tidak menggunakan atribut Natal.

“Pemaksaan itu juga bisa jadi pidana,” ujar Tito.

Terpisah, juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Slamet Maarif mengatakan pihaknya tidak akan menggelar sweeping terkait atribut dan aksesoris Natal. Ia mengimbau seluruh umat beragama saling menghargai dan tidak memaksakan keyakinan dalam perayaan Natal 2017 ini.

“Saling hormat-menghormati dan tidak boleh memaksakan satu keyakinan. yang minoritas harus tahu diri, yang mayoritas jaga diri," kata Slamet kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA NATAL 2017 atau tulisan lainnya dari Mufti Sholih

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel & Andrian Pratama Taher
Penulis: Mufti Sholih
Editor: Mufti Sholih

Artikel Terkait