tirto.id - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi pada tahun ini. Hal ini seiring dengan kekuatan ekonomi besar dunia seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China ekonominya melambat secara bersamaan.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui kondisi perekonomian global tahun ini semakin berat. Karena berbagai negara mengalami pelemahan yang disebabkan oleh semakin ketatnya kebijakan moneter, sempitnya ruang fiskal serta masih terjadinya disrupsi pasokan.
“Ke depan tantangan ekonomi memang akan diwarnai dengan suasana yang mirip dengan 2022 di berbagai belahan dunia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Kamis (5/1/2023).
Namun, Indonesia diyakini akan jauh dari resesi ekonomi. Bahkan dia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai target yakni sebesar 5,3 persen yoy.
Walaupun begitu, hal itu terus diiringi dengan kewaspadaan dari ketidakpastian ekonomi global yang turut berpengaruh ke dalam negeri.
“Makanya kita selalu mengatakan optimis karena tadi kondisi ekonomi kita cukup confidence dan memberikan alasan untuk optimis, namun kita waspada karena memang turbulensi ini belum berakhir pada 2023,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu meyakini, perekonomian dalam negeri masih cukup kuat menahan terjadinya resesi. Terlebih resiliensi perekonomian Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.
"Kami melihat bahwa Indonesia selama 2022, dan tetap dengan peluang 2023 ini resiliensi perekonomian kita relatif lebih baik dibandingkan dengan banyak negara," ujarnya dalam kesempatan sama.
Dia menilai dengan adanya pelonggaran restriksi dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dicabut, akan menjadi faktor cukup besar dalam menentukan aktivitas ekonomi 2023 ke depan.
Berkaca tahun penuh ketidakpastian selama 2022, pemerintah dan stakeholder, masyarakat, berhasil menjaga perekonomian relatif terlindungi. Dari sisi inflasi pemerintah telah gerak cepat menjaga daya beli masyarakat.
"Komoditas tersedia merata, sehingga bagaimana data inflasi sampai Desember kemarin khusus volatile food terus menurun" kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Indonesia sepanjang 2022 mencapai sebesar 5,51 persen. Jika dilihat berdasarkan komponennya, tekanan inflasi harga bergejolak mengalami pelemahan dari bulan-bulan sebelumnya. Sebaliknya peningkatan inflasi komponen inti dan harga diatur pemerintah mendorong lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Adapun inflasi harga bergejolak pada Desember 2022 berada di angka 5,61 persen dari sebelumnya di 5,70 persen pada November. Kemudian inflasi inti berada di 3,36 persen dari sebelumnya hanya 3,30 persen di November dan harga diatur pemerintah naik jadi 13,34 persen.
"Ini menjadi modal, tidak hanya bahwa levelnya sudah cukup rendah dibandingkan negara lain, tetapi ada peluang meningkatkan kerja sama pemerintah pusat dan daerah memastikan pasokan barang primer di seluruh wilayah sehingga daya beli masyarakat, khususnya rentan bisa terjaga," jelasnya.
Sebelumnya perlambatan di China dinilai akan memiliki dampak yang mengerikan secara global. Ekonomi terbesar kedua di dunia melemah secara dramatis pada 2022 karena kebijakan nol-COVID yang kaku.
"Ini membuat Cina tidak sinkron dengan negara-negara lain di dunia, mengganggu rantai pasokan, dan merusak arus perdagangan dan investasi," ujar Kepala IMF, Kristalina Georgieva.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin