tirto.id - Pukul 10.06 WIB, Rabu (30/8/2023) matahari belum terlalu terik. Area pintu masuk menuju Stasiun Lintas Raya Terpadu (LRT) Bekasi Barat masih terlihat sepi. Belum banyak penumpang berangkat dari stasiun ini. Petugas hanya sesekali terlihat melayani dan mengarahkan penumpang ingin masuk menuju peron atas.
Stasiun LRT Bekasi Barat merupakan kelas besar tipe A yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Marga Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi. Stasiun yang terletak pada ketinggian +38,570 meter ini termasuk dalam Daop I Divisi LRT Jabodebek dan hanya melayani rute Lin Bekasi LRT Jabodebek.
Stasiun ini memiliki dua lantai yang terdiri dari lantai peron dan lantai selasar/concourse. Tata letak peron stasiun ini mengikuti tipikal stasiun LRT Jabodebek dengan dua jalur yang masing-masing dilayani oleh peron sisi.
Stasiun ini juga merupakan satu-satunya stasiun di Bekasi setelah stasiun Cawang yang memiliki pintu masuk/keluar ke arah selatan. Pintu tersebut terhubung dengan pusat perbelanjaan Revo Town melalui jembatan layang pejalan kaki yang menyeberangi Tol Cikampek.
Dari stasiun ini, saya menjajal LRT Jabodebek yang baru tiga hari pasca diresmikan pada Senin, 28 Agustus 2023. Petugas menggunakan kemeja putih dipadu celana chino coklat susu menyambut baik. Mereka mengarahkan menuju peron atas dengan tujuan Stasiun Dukuh Atas.
Hanya butuh waktu empat menit setelah berada di peron atas, tepat pada pukul 10.10 WIB kereta tujuan Stasiun Dukuh Atas tiba. Pintu kereta terbuka pas di depan peron antrean dan tidak melesat sama sekali.
Namun, saat memasuki pintu kereta ada sedikit yang mengganjal penglihatan saya. Pintu yang seharusnya menjadi keluar masuknya penumpang itu hanya memiliki ketinggian sekitar 160 cm. Jarak atap pintu dengan kepala saya pun hanya selisih lima jari. Di samping lebar pintu juga tidak terlalu besar.
Kereta tanpa masinis yang saya naiki melaju dengan kecepatan rata-rata 60-70 km/jam. Jumlah rangkaian kereta sebanyak enam gerbong dengan total kapasitas penumpang duduk 180 orang. Masing-masing rangkaian hanya terdapat 60 total kapasitas duduk.
Laju kereta terasa cukup nyaman. Hanya ketika pengereman sedikit mengganggu kenyamanan. Setiap kali memasuki stasiun LRT, sistem pengereman tidak berjalan mulus. Badan saya dan beberapa penumpang yang berdiri kadang ikut terdorong ke depan.
Kekhawatiran saya juga sempat terjadi ketika kereta ingin melintasi jembatan lengkung Gatsu-Kuningan. Kereta yang dijaga beberapa petugas teknis KAI itu berhenti selama 30 detik secara tiba-tiba. Petugas berjaga akhirnya mengambil alih ruang masinis. Setelah itu, kereta melaju kembali.
“Ada kendala teknis apa mas?” tanya saya kepada petugas.
“Biasa, antrean masuk," klaimnya sambil tersenyum berjalan meninggalkan saya.
Setelah melewati Stasiun Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, kereta saya akhirnya tiba di stasiun akhir Dukuh Atas tepat pada pukul 11.00 WIB. Saya tidak menemukan kendala-kendala teknis lain yang benar-benar mengganggu perjalanan.
Tanggapan Penumpang LRT Jabodebek
Tepat di depan pintu keluar kereta, seorang laki-laki paruh baya menggunakan kaos abu-abu duduk di bangku tunggu. Ia kebetulan baru saja menjajal LRT Jabodebek dari Stasiun Harjamukti menuju Dukuh Atas dan menceritakannya sensasinya.
Pria bernama Aziz itu mengaku masih ada beberapa kekurangan yang harus dijadikan perbaikan terhadap layanan LRT. Pertama dari segi pengereman. Sistem pengereman ini, kata dia, sangat mengejutkan dan mengganggu kenyamanan.
“Iya masih kasar [pengereman]. Mungkin karena ini kereta tanpa masinis dikendalikan dengan sistem. Pastinya dari beberapa kekurangan kita harapkan ada perbaikan," ujar Aziz kepada saya saat ditemui di Stasiun Dukuh Atas, Rabu (30/8/2023).
Hal yang menurut saya mengganjal pada ketinggian pintu LRT Jabodebek rupanya juga dikeluhkan oleh Aziz. Dia mengatakan dari segi pintu kurang begitu maksimal untuk rata-rata penumpang bertubuh tinggi. Bahkan ia harus menunduk untuk melewati pintu kereta.
“Di kota metropolitan Jakarta ini banyak orang-orang dari luar [yang tinggi]. Pastinya hal itu harus diakomodir walaupun cuma minoritas jumlahnya sedikit tapi tetap menjadi bahan untuk evaluasi suapaya ini bisa disesuaikan [pintunya]," ujarnya.
Selain itu, Aziz juga menyoroti permasalahan lainnya seperti keberadaan kantong parkir di setiap stasiun. Karena, kata dia, masih ada beberapa stasiun yang tidak dilengkapi dengan lahan-lahan parkir.
Sejauh ini, memang baru terdapat 10 kantong parkir yang disiapkan LRT Jabodebek. Di antaranya Stasiun Dukuh Atas terdapat kantong parkir di gedung Landmark Center, Stasiun Rasuna Said terdapat kantong parkir di Rasuna Epicentrum, Stasiun Cikoko terdapat kantong parkir di Menara MTH, Stasiun Jatibening Baru terdapat kantong parkir di LRT City Jatibening, Stasiun Cikunir 2 terdapat kantong parkir di LRT City Cikunir, dan Stasiun Bekasi Barat terdapat kantong parkir di Revo Mall.
Selanjutnya di Stasiun Jati Mulya terdapat kantong parkir di LRT City Jatimulya, Stasiun Kampung Rambutan terdapat kantong parkir di Terminal Kampung Rambutan, Stasiun Ciracas terdapat kantong parkir di LRT City Ciracas, dan Stasiun Harjamukti terdapat kantong parkir di LRT City Cibubur, Taman Wiladantika, dan Cibubur Junction.
“Maksud saya gini, setiap stasiun itu tidak ada kantung parkir. Kalau memang boleh kasih masukan walaupun untuk beberapa kendaraan bolehkah diberikan kantong-kantong parkir," kata dia.
Meski demikian, Aziz mengakui secara keseluruhan layanan LRT Jabodebek sudah cukup baik. Dia berharap beberapa yang menjadi kekurangan di atas dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan KAI selaku operator untuk perbaikan.
“Overall bagus dalamnya cukup baik, AC-nya dingin, pelayanan juga ramah. Lalu, kemudian walaupun ada kekurangan ini, kan, hari ketiga pasti ada evaluasi," tutupnya.
Menunggu Lama
Cerita berbeda diungkapkan Rahayu Subekti. Ia justru harus menunggu lama kedatangan kereta. Tiba di Stasiun LRT Harjamukti sejak pukul 15.20 WIB, kereta justru baru datang sekitar 15.40 WIB. Artinya ada sekitar 20 menit waktu terbuang.
“Terus sampai Kuningan sekitar 16.30. Itu lama banget kalo dibandingkan naik bus ya. Di Tol Cibubur kalau enggak jam sibuk tuh ke Kuningan aja paling 30 menit," ujarnya bercerita kepada Tirto.
Mestinya, kata Rahayu, ada jadwal informasi kedatangan kereta yang diberitahukan oleh petugas. Hal ini supaya orang bisa memperkirakan waktu jika memang tujuannya mereka adalah ke kantor kerjaannya.
“Harusnya informasi keberangkatan jam di setiap stasiun bisa diinformasikan lebih detil lagi. Karena ini, kan, transportasi baru, orang belum bisa ekspektasi kayak biasanya," kata Rara sapaan akrabnya.
Ekspektasi Rara ketika menaiki LRT juga tidak seperti dibayangkan. Kecepatan kereta tidak mencapai rata-rata pada umumnya. Kereta baru melaju cepat justru setelah melewati Stasiun Cawang. “Plus setiap berhenti di setiap stasiun masih terlalu lama,” keluhnya.
Tidak hanya itu, Rara juga mengeluhkan soal petunjuk atau tanda pintu keluar stasiun. Karena petunjuk pintu keluar yang ada di stasiun tidak begitu jelas. Terutama di stasiun-stasiun yang terintegrasi dengan halte busway.
“Karena enggak ada petunjuk apa-apa. Daripada harus manggil petugas, kalau ada sign kan lebih enak. Mau keluar gate out ini eh ternyata buat pindah ke moda transportasi lain harus di gate sana," ujarnya.
“kalau di MRT kan jelas ya, ada sign-nya. Kalau mau keluar di pintu mana keluar di gate apa. Kalau mau lanjut naik Transjakarta keluar di pintu apa," lanjut dia.
Pintu Tidak Bisa Tertutup & Listrik Mati
Pada hari ketiga beroperasi, sejumlah penumpang yang berangkat lebih awal dari Stasiun Jatimulya menuju Dukuh Atas justru mengalami beberapa gangguan perjalanan. Informasi gangguan ini beredar di media sosial, salah satunya di akun Instagram bekasi_24_jam yang menginformasikan LRT Jabodebek dari Jatimulya keberangkatan 07.05 WIB mengalami gangguan.
Rangkaian kereta mengalami gangguan pada pintu yang tak bisa ditutup, sehingga penumpang harus diturunkan di Stasiun Cikunir 2, atau hanya lima menit dari Stasiun Jatimulya.
Kereta juga sempat mengalami mati listrik dan berhenti di dekat Stasiun LRT Halim pukul 08.13 WIB. Listrik baru menyala lagi pukul 08.20 WIB. Pada pukul 08.22 WIB, kereta berjalan lagi. Namun, selang dua menit, listrik di kereta mati kembali.
“Kereta LRT rute Jatimulya-Dukuh Atas mengalami mati listrik. Sepanjang jalan, 3 kali berhenti mendadak dan 2 kali mati listrik dan AC. Kondisi kereta penuh dan jendela ga bisa dibuka (hannya jendela ujung kereta yang bisa dibuka," tulis akun Twitter @kabarpenumpang, Rabu.
Manajer Public Relation KAI Divisi LRT Jabodebek, Kuswardoyo membenarkan adanya gangguan ini. Ia menjelaskan, saat ini kereta yang mengalami gangguan sudah dipindahkan ke Depo LRT Jabodebek di Jatimulya. Hal ini dilakukan pengecekan oleh tim Industri Kereta Api (INKA) dan KAI guna mengetahui penyebab gangguan.
“Perawatan sarana LRT hingga saat ini masih di bawah tanggung jawab INKA, sehingga kami mengkoordinasikan penanganan sarana tersebut dengan TIM INKA," kata Kuswardoyo kepada wartawan.
Gangguan yang terjadi di awal pengoperasian LRT Jabodebek ini membuat KAI Divisi LRT Jabodebek menyampaikan permohonan maaf. Hal ini karena menimbulkan ketidaknyamanan pengguna LRT Jabodebek yang sangat antusias untuk mencoba transportasi publik yang baru dioperasikan pada Senin, 28 Agustus 2023.
“Antusiasme warga masyarakat yang cukup baik terhadap dioperasikannya LRT Jabodebek, menunjukkan bahwa transportasi yang telah disiapkan pemerintah ini akan mampu menjadi alternatif transportasi pilihan di wilayah Jabodebek nantinya,” jelas Kuswardoyo.
Terkait dengan mati listrik, Kuswardoyo menjelaskan insiden tersebut disebabkan oleh gangguan pada pembangkit listrik atau Traction Power Supply Substantion (TPSS). Hal itu mengakibatkan matinya aliran listrik dan mengganggu operasional LRT.
“Saat ini kereta sudah berjalan normal dan kami sudah berkoordinasi Kepada pihak Adhikarya yang bertanggungjawab atas TPPS tersebut," katanya.
Kuswardoyo memastikan, KAI berkoordinasi dengan semua pihak terkait agar operasional LRT Jabodebek bisa berjalan dengan baik. “Kami mohon maaf atas gangguan yang terjadi pada perjalanan LRT hari ini dan mengakibatkan kekurangnyamanan bagi pengguna jasa LRT Jabodebek,” kata dia.
Jadi Pekerjaan Rumah INKA
Ketua Institusi Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas mengatakan, masalah pintu memang masih jadi konsentrasi INKA untuk menyelesaikan. Karena LRT ini didesain menggunakan sistem GoA, di mana semua berfungsi dan dimonitor sensor.
“Salah satunya pintu, dalam perjalanan operasi ini masih terdapat gangguan kondisi teknis pintu yang menjadi evaluasi dan perbaikannya seperti kurang sentris sistem mekanik akibat getaran, limit switch yang tidak respons," ujarnya kepada Tirto.
Dia menilai, secara persiapan pengoperasian LRT, PT KAI sudah maksimal selaku operator. Jika masih ada beberapa kendala, maka perlu perbaikan dan secara bertahap akan menuju headway yang ditargetkan.
“Itu hal yang wajar. Perbaikan terus berlanjut dilakukan oleh PT INKA dan ditargetkan dalam waktu secepatnya masalah pintu (LRT) bisa teratasi," ujarnya.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang menambahkan, sistem LRT Jabodebek memang masih memerlukan kalibrasi yang lama. Dia mencontohkan untuk kalibrasi GoA 2 minimal 6 bulan, GoA 3 minimal 3 tahun, GoA 4 minimal 5 tahun.
“Ini sudah text book yang harus dilakukan semua operator jika penerapan CBTC/ ETCS ingin maksimal. MRT dulu juga perlu kalibrasi dua tahun sambil operasi normal,” kata dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz