Menuju konten utama

Semangat Olahraga bisa Menular Lewat Instagram

Tirulah Dian Sastro dan Jennifer Bachdim yang suka memajang foto mereka kala berolahraga. Jangan kasih kendor!

Semangat Olahraga bisa Menular Lewat Instagram
Dian Satro (kanan) bersama temannya di Maybank Bali Marathon 2017, foto ini diunggah di Instagram dengan hastag #PertemananSehat. FOTO/Instagram/therealdisastr

tirto.id - Coba tengok akun Instagram Jennifer, istri pesepakbola Indonesia Irfan Bachdim. Perempuan yang mempunyai pengikut sebanyak 535.000 ini rajin mengunggah foto dan video fitness di akunnya.

Aktivitas itu pun banyak ditanggapi secara positif oleh pengguna internet. Ada tanggapan betapa bugarnya ibu dua anak ini, ada pula berkomentar dengan mencolek akun temannya, mengajak berolahraga seperti Jennifer. Beberapa perusahaan dan kegiatan olahraga daerah pun melibatkan Jennifer Bachdim dalam acara olahraga mereka.

Selain Jennifer, Dian Sastrowardoyo adalah artis yang juga aktif di akun Instagram dengan aktivitas kebugarannya. Ia juga berkampanye dengan tagar #PertemananSehat dan #JanganKasihKendor di platform media sosial tersebut. Isinya kampanye hidup sehat dan tidak malas berolahraga. Sampai ada akun @pertemanansehat yang berisi update aktivitas Dian dan rekan-rekannya ketika berolahraga.

Dewasa ini, berolahraga menjadi bagian gaya hidup masyarakat. Salah satu indikasinya adalah ramainya unggahan foto dan video aktivitas olahraga para pengguna internet, mulai dari atlet, selebritas, sampai anak-anak remaja kebanyakan. Mulai dari kegiatan olahraga di pusat-pusat kebugaran sampai di pojokan kamar.

Baca juga:

Meski tampak sepele, "pamer foto" berolahraga seperti dilakukan Jennifer dan Dian ternyata berpengaruh untuk memperbaiki kebiasaan berolahraga khalayak, dibanding iklan dan sosialisasi kebugaran. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Profesor Damon Centola dari Annenberg School for Communication dan School of Engineering and Applied Science, University of Pennsylvania Annenberg School for Communication.

Peneliti membuat sebuah situsweb yang diujicobakan pada 217 siswa pascasarjana pendaftar kelas latihan gratis di gym Universitas Pennsylvania. Sebagian mahasiswa ini menerima pesan promosi dari universitas, termasuk video motivasi dan infografik yang menarik yang menekankan tip kebugaran dan pentingnya berolahraga.

Sebagian yang lain diminta melakukan program “buddies”. Centola menempatkan anggota gym dalam jaringan online yang secara teratur memperbarui pencapaian kebugaran masing-masing individu. Hasilnya, di akhir penelitian setelah 13 minggu, disimpulkan bahwa pesan dalam promosi hampir tidak berefek jangka panjang pada anggota di kelas tersebut.

“Efek motivasinya cepat hilang, berbeda dengan program kedua. Program “buddies” jauh lebih efektif dalam memotivasi orang untuk berolahraga,” kata Profesor Centola. Artinya, pamer kebugaran alias "pertemanan sehat" ala Dian Sastro lebih berpengaruh dalam menularkan semangat berolahraga ketimbang kampanye ala iklan.

Baca juga:

infografik olahraga menular via medsos

Pertemanan mempunyai pengaruh besar dalam memotivasi seseorang memperbaiki tingkat kebugarannya. Orang-orang seperti tertular kebiasaan berolahraga dari temannya. Hal ini dibahas oleh Sinan Aral dalam "Exercise Contagion in a Global Social Network."

Sinan Aral menyatakan bahwa secara khusus, laki-laki dipengaruhi oleh teman laki-laki dan perempuan mereka dalam melakukan aktivitas olahraga. Berbeda dengan perempuan yang hanya terpengaruh oleh aktivitas olahraga perempuan lain.

Makenzie Norton, peneliti lain, melakukan survei terhadap 186 partisipan yang terdiri dari 119 perempuan dan 67 laki-laki usia 18-25 tahun. Ia ingin mengetahui tentang pengaruh media sosial dalam memotivasi mereka dalam membentuk tubuh. Hasilnya: perempuan cenderung ingin membentuk tubuh mereka menjadi lebih kurus, sedangkan laki-laki cenderung berolahraga untuk membentuk tubuh mereka supaya lebih berotot.

Jaringan pertemanan di media sosial juga mempunyai efek menularkan "wabah secara sosial". Sinan Aral mengukur tingkat penularan sosial tersebut dengan menggunakan pelacak olahraga lari. Peserta akan segera membagikan hasil lari mereka di platform sosial. Dari studi tersebut, bukan hanya penularan sosial aja yang terjadi, tapi juga iklim kompetitif.

“Ketika orang lain menyelesaikan satu kilometer tambahan dalam lari mereka, teman-teman yang lain akan terpengaruh untuk lari 0,3 kilometer lebih jauh. Tambahan 10 menit yang diambil seseorang dalam aktivitas berjalan kaki akan memotivasi orang lain berlari tiga menit lebih lama, begitu seterusnya,” jelas Sinan Aral dalam risetnya.

Artinya, jika Anda berlari sebanyak 5 kilometer sedangkan pekan lalu cuma 4 kilometer, dan Anda memamerkannya di Instagram, akan ada pemirsa akun Anda yang tertular untuk berlari lebih jauh dari pencapaiannya yang telah lalu. Anda, dengan demikian, menjadi semacam duta bagi kebugaran dan kesehatan.

Namun, hati-hati. Terlalu banyak pamer bisa membikin Anda tergelincir jadi pengikut Narcissus. Penelitian dari Brunel University, London, menunjukkan bahwa orang-orang yang gemar pamer aksi kebugaran di media sosial umumnya mengalami narsisisme.

Baca juga: Kejiwaan Si Pamer Kebugaran

Lalu bagaimana sebaiknya, pajang foto berolahraga atau jangan? Narsisis atau bukan ditentukan oleh niat Anda. Apakah tujuan utama memamerkan pencapaian jarak tempuh, habisnya sekian jam di gym, atau berapa ratus meter Anda berenang gaya bebas, adalah demi diperhatikan teman Facebook dan mendapat jempol?

Jika bukan, tenang saja dan lanjutkan #PertemananSehat Anda. #JanganKasihKendor.

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Olahraga
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani