Menuju konten utama

Apa yang terjadi Jika Kita Berhenti Olahraga?

Berhenti berolahraga, setelah biasanya rutin menjalani, akan membawa efek tidak baik pada tubuh.

Apa yang terjadi Jika Kita Berhenti Olahraga?
Ilustrasi berolahraga. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Setiap tahun sasana dan tempat olahraga akan penuh dengan pendaftar baru. Dengan semangat tahun baru, diri yang baru, banyak orang mendaftar untuk latihan di gym. Tapi seiring berjalannya waktu hanya sedikit yang konsisten berhasil olahraga rutin. Mereka yang rutin olah raga mengalami perubahan gaya hidup, tubuh jadi lebih sehat dan tubuh terasa ringan. Mereka yang berhenti mengalami sebaliknya. Kesibukan, rasa malas, dan juga cedera bisa menjadi alasan mengapa orang berhenti olahraga. Tapi apakah kita menyadari apa yang akan terhadi pada tubuh apabila kita berhenti olahraga?

Olahraga adalah kegiatan yang bisa sangat melelahkan. Konsisten bangun bagi, menggerakkan badan, dan terus menerus memacu diri untuk terus menembus batas diri tak bisa dilakukan semua orang. Hal sederhana seperti lari bisa jadi siksaan bagi orang lain. Ini tidak hanya terjadi pada orang biasa, atlet pun bisa mengalami kondisi di mana tubuh tak lagi prima dan kualitas badan menurun. Efek ini disebut sebagai "detraining" yakni saat atlet kehilangan kebugaran tubuh karena berhenti melakukan olahraga.

Ada banyak cara sederhana mengukur kebugaran tubuh seseorang. Beberapa bisa dilakukan dengan menghitung seberapa banyak push up bisa dilakukan dalam satu menit, berapa lama kita bisa melakukan "planking", atau bahkan tes spesifik yang mengukur kekuatan otot dan daya tahannya. Tapi ada cara ukur lain yang bisa sangat objektif mengukur, misalnya maximal oxygen uptake (or VO2 max) tes, ukuran besaran udara maksimum yang bisa disimpan tubuh dalam satu kali pernafasan. Dengan kata lain VO2 max secara akurat menggambarkan daya tahan tubuh dalam proses aktivitas kardiovaskular (berenang, lari, bersepeda, dan sejenisnya).

Jika anda rutin melakukan olahraga atau aktivitas kardiovaskular, maka tubuh anda akan menjadi sehat. Andreas Bergdahl seorang ahli terapi fisik yang fokus pada aktivitas kardiovaskular di situsweb io9 menjelaskan bahwa latihan rutin punya dampak baik pada tubuh. Secara langsung ia akan meningkatkan kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Apabila aktivitas kardiovaskular seperti lari, berenang, dan bersepeda dilakukan rutin selama 300 menit seminggu, maka tubuh akan jadi lebih bugar dan membuat pelakunya jadi lebih bahagia secara mental

Tubuh yang rutin olahraga akan mengalami perubahan fisik, kekuatan otot meningkat, kemampuan menjaga keseimbangan bertambah, fleksibiltas tubuh membaik, dan kemampuan fokus menjadi lebih baik. Beberapa orang yang merasa sehat dan kuat karena olah raga kemudian menghentikan aktivitas latihannya. Hal ini bisa memiliki dampak buruk. Saat kita berhenti melakukan aktivitas fisik, segala manfaat yang kita terima akan mengalami penurunan. Semakin kita sehat, semakin cepat kita kehilangan manfaat latihan itu.

Saat kita berhenti latihan, hal yang pertama hilang adalah menurunnya VO2 max, kemampuan otot, stamina, keseimbangan tubuh, dan kemampuan koordinasi tubuh. Kita akan mengalami naiknya tekanan darah dan meningkatnya kadar gula dalam darah. Dalam 10 hari, jika anda berhenti berolahraga ada kemungkinan kinerja otak anda berkurang. Riset yang dirilis di Jurnal Frontiers in Aging Neuroscience menunjukkan olahraga memacu kinerja otak seperti daya ingat dan kemampuan fokus, berhenti olah raga akan menurunkan kualitas ini.

Infografik Olahraga

Saat kita olahraga dan latihan, pasokan darah yang mengalir ke otak lebih baik, sehingga meningkatkan daya ingat dan kemampuan fokus. Kondisi emosi kita juga akan mengalami perubahan karena hal ini. Rutin olah raga akan membuat mood jadi lebih baik. Hanya dua minggu berhenti latihan membuat kondisi emosi jadi tak stabil. Menurut jurnal Current Opinion in Psychology yang dirilis pada 2015, dampak buruk berhenti latihan dan olah raga akan membuat emosi kita semakin tidak sehat dan mudah marah.

Temuan tersebut memang masih diperdebatkan, tetapi psikolog percaya bahwa olahraga teratur akan membuat penderita depresi ringan merasa lebih baik. Pada beberapa responden yang diteliti diketahui bahwa olahraga teratur dan rutin membuat mereka merasa lebih baik, tidur lebih nyenyak, dan menunjukkan gejala positif. Tapi para psikolog dan dokter mengingatkan bahwa ini hanya terbatas pada sampel yang ada dan tak bisa diberlakukan ke seluruh populasi penderita depresi berat. Kunci dari terapi ini adalah konsistensi, jika berhenti maka perbaikan yang ada bisa jadi hilang atau makin memburuk.

Daya tahan tubuh akan menurun seiring berkurangnya aktivitas tubuh. Mereka yang berolahraga cenderung lebih sehat dan lebih kuat. Jika anda berhenti sama sekali, maka dalam waktu 14 hari kemampuan dan daya tahan tubuh anda akan menurun hingga 20 persen. Riset tahun 2011 yang dipublikasikan di Journal of Strength and Conditioning menunjukkan mereka yang rutin angkat beban dan olahraga memiliki kemampuan fisik yang baik. Jika anda berhenti berolahraga setelah tiga bulan kekuatan anda mengangkat barbel atau stamina lari anda akan berkurang.

Olahraga teratur dianggap punya dampak yang baik bagi stamina tubuh, terutama untuk kinerja seksual. Mereka yang rutin akan memiliki kemampuan lebih. Patti Britton, Ph.D., sexologist klinis dan penulis The Art of Sex Coaching: Expanding Your Practice, menyebut olahraga rutin meningkatkan kualitas persenggamaan. Lantas apa yang terjadi bila kita berhenti olahraga? Stamina seks kita akan menurun, kemampuan ereksi berkurang, dan yang terburuk membuat kita cepat orgasme. Orgasme yang terlalu cepat menurunkan kualitas seks yang bisa berpengaruh kepada kerukunaan pasangan.

Mereka yang berolahraga akan menjaga berat badan dan asupan makanan. Riset tahun 2012 yang dirilis pada Journal of Strength and Conditioning Research menunjukkan bahwa setelah delapan bulan, mereka yang olahraga lantas berhenti mengalami kenaikan bobot lebih tinggi sebelum memulai olahraga. Anda akan mudah cidera dan mudah sakit. mereka yang berhenti olahraga memiliki kekebalan tubuh lebih rendah dan rentan sakit flu. ini terjadi karena tubuh tidak memiliki kemampuan daya tahan yang lebih saat kita olahraga.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN TUBUH atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti