Menuju konten utama

Biohacking: Meretas Tubuh Sedemikian Rupa untuk Hidup Lebih Lama

Biohacking tidak selalu berkait dengan sains terapan yang rumit. Ia bahkan bisa sesederhana melakuan puasa.

Biohacking: Meretas Tubuh Sedemikian Rupa untuk Hidup Lebih Lama
Ilustrasi Pemandangan Alam. foto/istockphoto

tirto.id - Pada dekade 1920-an, Charles Lindbergh seperti sudah mencapai segalanya dalam hidup. Di usia 27 tahun, Lindbergh yang lahir pada 1902 sukses menyelesaikan penerbangan solo lintas Atlantik pertama. Jarak 5.800 kilometer dari New York City ke Paris ditempuh Lindbergh menggunakan pesawat yang diberinya nama The Spirit of St. Louis.

Keberhasilan itu membuat nama Lindbergh masyhur. Dia pun kaya mendadak setelah mendapatkan hadiah senilai US$25 ribu yang, kira-kira, saat ini bernilai lebih dari US$450 ribu.

Meski demikian, di balik segala gemerlap itu, Lindbergh memeram duka mendalam. Kakak ipar perempuannya, Elizabeth Morrow, sakit-sakitan akibat gagal jantung.

Lindbergh yang sejak kecil tertarik dengan dunia sains pun tergerak.

“Apabila jantung Elizabeth tak dapat memompa darah dengan baik, bagaimana jika aku menciptakan jantung buatan untuknya?” kira-kira begitu pikir Lindbergh dalam hati.

Dan niatan itu akhirnya diwujudkan Lindbergh dengan menghubungi seorang ilmuwan dari Rockefeller Institute of Medical Research, Dr. Alexis Carrel.

Singkat cerita, upaya Lindbergh untuk menciptakan jantung buatan itu gagal, tapi tidak sepenuhnya. Sebab, dari hasil kerjanya dengan Dr. Carrel itu, dia berhasil menciptakan sebuah alat yang menjadi terobosan dalam dunia medis. Alat itu disebut pompa perfusi.

Pompa perfusi, yang resminya bernama Carrel-Lindbergh Perfusion Pump itu, berfungsi untuk terus mengalirkan darah bahkan ketika jantung tidak bekerja. Alat ini tidak bisa menggantikan jantung sepenuhnya, tapi lantas digunakan sebagai pengganti jantung sementara yang memungkinkan dokter melakukan operasi jantung terbuka (open heart surgery).

***

Mengakali kematian untuk hidup lebih panjang rasanya memang sangat manusiawi. Lindbergh bukan manusia pertama yang berusaha melakukannya dan, tentu saja, bukan yang terakhir.

Saat ini, apa yang disebut sebagai biohacking bahkan telah menjadi tren dalam dunia kesehatan.

Biohacking bisa didefinisikan sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan dengan menggunakan metode dari berbagai cabang keilmuan, mulai dari biologi, genetika, neurosains, sampai nutrisi.

Pada 2015, The Guardian pernah menerbitkan laporan khusus mengenai sebuah pergerakan dari Silicon Valley untuk “menjadikan kematian sebagai sebuah pilihan”. Laporan itu mewartakan bahwa para hartawan dari Silicon Valley tengah berlomba-lomba melakukan riset untuk mencegah penuaan yang pada akhirnya bisa membuat seseorang hidup lebih lama.

Salah satu dari mereka, seorang manajer dana lindung nilai bernama Joon Yun, bahkan percaya manusia bisa hidup sampai 1.000 tahun lamanya. Syaratnya: risiko-risiko yang bisa mengakibatkan kematian harus diminimalisasi.

Itulah mengapa Yun kemudian membuat semacam sayembara. Siapa yang bisa “meretas kode kehidupan” dan membuat manusia bisa hidup lebih lama dari 120 tahun akan mendapat hadiah US$1 juta.

Namun, biohacking sebenarnya tidak harus serumit itu. Kita tidak perlu menemukan pompa perfusi seperti Lindbergh atau merogoh kocek dalam-dalam seperti Yun untuk “meretas” tubuh kita sendiri agar lebih sehat. Bahkan, sebenarnya banyak dari metode biohacking ini yang sudah dilakukan sejak ratusan, bahkan ribuan tahun silam. Salah satunya puasa.

Entah sudah berapa penelitian yang membuktikan bahwa puasa, termasuk puasa yang dilakukan umat Islam pada bulan Ramadan, punya manfaat besar bagi kesehatan. Puasa memberikan tubuh, khususnya organ pencernaan, kesempatan untuk beristirahat.

Energi tubuh yang lazimnya dikerahkan untuk mencerna makanan akhirnya bisa digunakan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.

Puasa sendiri bisa dikategorikan sebagai biohacking nutrisi. Dalam kategori ini, masih ada beberapa contoh lain yang praktiknya juga sudah populer, seperti konsumsi suplemen, probiotik, dan prebiotik.

Memonitor glukosa dan metabolisme serta memahami bagaimana nutrien tertentu berinteraksi dengan gen juga termasuk dalam biohacking nutrisi.

Selain biohacking nutrisi, ada setidaknya empat jenis biohacking lainnya yang sudah dipraktikkan oleh manusia. Yakni, biohacking usia, kesehatan fisik, otak, serta energi.

Biohacking usia sedikit-banyak mirip dengan misi yang dilakukan oleh Yun. Prinsip dasarnya, penuaan terjadi karena penuaan sel. Semakin tua, kemampuan tubuh memproduksi sel pengganti pun bakal menurun. Oleh karenanya, sejumlah ilmuwan berusaha mencegah penuaan sel ini melalui berbagai metode, di antaranya terapi sinar merah (red light therapy), terapi stem cell, terapi kryo, serta konsumsi suplemen antipenuaan.

Kemudian, biohacking kesehatan fisik memiliki tujuan utama meningkatkan kemampuan atletik serta mempercepat penyembuhan dari kondisi tertentu. Misal, selepas berlatih dan bertanding dulu, para pemain Tim Nasional Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri selalu menceburkan diri ke kolam es. Metode ini efektif mengurangi inflamasi sehingga proses pemulihan para pemain pun jadi lebih efisien.

Selain mandi es, beberapa cara lain yang bisa digunakan untuk melakukan biohacking kesehatan fisik adalah sauna, penggunaan jam tangan pintar untuk memonitor kondisi tubuh, terapi getaran, terapi elektromagnetik, sampai konsumsi suplemen macam asam amino (untuk sintesis protein) dan kreatin (untuk mendorong pertumbuhan massa otot).

Selanjutnya ada biohacking otak. Sebagai pusat dari segala fungsi tubuh, menjadi masuk akal apabila otak pun harus ikut “diretas” supaya bisa mencapai fungsi optimalnya.

Untuk melakukan biohacking otak, aktivitas sesederhana meditasi saja sebenarnya sudah cukup. Akan tetapi, tentu saja ada hal-hal lain lagi yang bisa dilakukan, seperti bermain sudoku atau teka-teki lainnya, konsumsi suplemen, latihan pernapasan, sampai konsumsi LSD.

Di masa lalu, LSD identik dengan Generasi Bunga yang teler dan berhalusinasi sepanjang waktu. Namun, bukan berarti substansi ini selalu identik dengan mudarat.

Dalam dosis yang tepat, LSD bisa bermanfaat, khususnya untuk keperluan terapi. Namun, perlu dicatat bahwa konsumsi LSD ini mesti seratus persen di bawah pengawasan tenaga medis profesional.

Terakhir, ada biohacking energi. Menurut laporan Forbes, biohacking energi yang paling populer adalah dengan cara mengoptimalkan tidur. Pasalnya, penyebab utama orang seperti kehabisan energi adalah karena mereka kekurangan tidur.

Maka dari itu, berbagai cara seperti menggunakan aplikasi ponsel pintar dan alat pemantau serta alat bantu lainnya menjadi bagian krusial dari biohacking energi ini.

Nah, dari berbagai contoh biohacking di atas, semuanya bisa dikategorikan kembali dalam empat jenis. Yakni, biohacking berbasis biologi, teknologi, gaya hidup, serta molekuler.

Puasa bisa dikategorikan biohacking gaya hidup, mengonsumsi suplemen bisa masuk kategori molekuler, terapi stem cell masuk kategori biologi, dan penggunaan jam tangan pintar atau alat monitor lainnya bisa dimasukkan dalam kategori teknologi.

Yang jelas, saat ini biohacking bukan lagi sekadar buzzword yang populer di kalangan tech bros Silicon Valley. Biohacking adalah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan siapa pun untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Apabila nanti dikaruniai umur panjang, anggap saja itu hadiah karena sudah merawat tubuh dengan baik.

Baca juga artikel terkait PENUAAN atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Mild report
Reporter: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi