tirto.id - Apa yang terlintas di kepala Anda saat membayangkan film Baywatch? Laki-laki dengan otot-otot lengan menonjol dan perut bak roti sobek persegi serta perempuan dengan lekuk tubuh ibarat gitar Spanyol dan kulit mulus nan kencang? Kalau demikian, bisa jadi Anda mengernyitkan dahi ketika melihat foto Ashley Graham yang melakukan sesi foto terinsipirasi film ini.
Pasalnya, model ukuran plus kelahiran 1987 ini menampilkan tubuh berbalut baju renang merah menyalanya yang jauh dari imaji umum tentang bintang-bintang Baywatch. Sebagaimana tercantum dalam US Magazine, terlihat gambar Graham yang tanpa ragu menunjukkan bokong dan pahanya yang berselulit.
Di foto lain yang diunggahnya di Instagram, Graham juga memperlihatkan pahanya yang tak senada dengan gambaran ideal tubuh perempuan sebagaimana kerap direpresentasikan di media-media arus utama dan mayoritas iklan. Jika kebanyakan perempuan justru menghindari post seperti yang dipublikasikan Graham, model ini justru tak ragu mengutarakan, “Saya berolahraga. Saya berusaha sebaik mungkin untuk makan sehat. Saya mencintai kulit saya. Dan, saya tak malu dengan beberapa gumpalan atau selulit di tubuh…dan kamu pun semestinya tak malu” pada caption-nya, lengkap dengan tagar #beautybeyondsize dan #lovetheskinyourein
Sementara pada musim ke-21 reality show America’s Next Top Model, Chantelle Brown-Young yang kini telah berganti nama menjadi Winnie Harlow tampak lebih mencuat dari para peserta kontes modelling lainnya. Kenapa? Sejak usia 4, ia mengidap penyakit vitiligo kronis yang menyebabkan sebagian warna kulitnya belang. Sebutan ‘sapi’ atau ‘zebra’ sering kali ditujukan kepadanya semasa kanak-kanak. Ejekan semacam ini yang terus berlangsung sampai ia remaja sempat membuat Harlow patah arang dan hendak bunuh diri.
Beruntung ia tak jadi mewujudkan keinginan mengakhiri nyawanya karena selepas mengikuti ajang pemilihan model kreasi Tyra Banks tersebut, Harlow dibanjiri panggilan kerja dari berbagai pihak, termasuk penyanyi Beyonce. Ia pun diwartakan Bustlesempat mengisi Tedx Talk seputar body positivity.
Mengenal Lebih Dekat Body Positivity
Definisi tubuh ideal telah dari generasi ke generasi diciptakan oleh media massa. Tak peduli seperti apa pun bentuk asli rupa dan badannya, sebagian besar orang berupaya untuk menyamakan diri dengan gambaran yang ada di mayoritas publikasi.
Menutupi bekas luka dan gores selulit, mengubah warna kulit supaya lebih cerah, menyusutkan perut, sampai menambah volume payudara atau bokong adalah contoh-contoh tindakan yang lazim dilakukan perempuan demi mewujudkan mitos ‘cantik’ yang dipromosikan oleh iklan-iklan dan serangkaian artikel di majalah.
Dalam The Beauty Myth yang ditulisnya pada 1990, Naomi Wolf memberikan penjelasan tentang mitos yang telah lama dilanggengkan budaya populer ini. Mitos kecantikan memang senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Lihat saja gambaran perempuan bertubuh sintal yang ditemukan dalam lukisan Monalisa yang kontras dengan model-model langsing semampai tahun 1950-1960an. Akan tetapi, satu yang tak pernah berganti, mitos kecantikan yang dominan menjadi senjata yang mengekang perempuan untuk menerima dirinya sebagaimana adanya.
Wolf juga menyatakan, mitos kecantikan ini sering berdampak praktis terhadap kehidupan sehari-hari yang dijalani perempuan, khususnya mereka yang masih remaja. Gangguan perilaku makan menjadi hal paling jamak didapati pada remaja putri yang terobsesi memiliki tubuh serupa model di layar kaca atau lembar-lembar majalah perempuan.
Menantang hal ini, sejumlah pihak dan pegiat gerakan perempuan berupaya mempromosikan body positivity. Dalam Psychology Today, Schreiber dan HausenblasPh.D. mengutip definisi body positivity dari desainer lini busana SmartGlamour, Mallorie Dunn: penerimaan tubuh beserta segala perubahan bentuk, ukuran, dan kemampuannya yang terjadi seiring usia. Body positivity menurut Dunn juga mencakup pemahaman mengenai penghargaan diri terlepas dari apa pun yang terjadi di dalam dan luar tubuh seseorang.
Kedua penulis ini juga memaparkan, bukan berarti seseorang yang ingin memandang tubuhnya secara positif tak menghiraukan masukan-masukan baik untuk memperbaiki fisik. Mereka menyarankan para pembaca untuk tetap menyerap informasi seputar body positivity dari aneka sumber, mulai dari media, pakar kesehatan, keluarga, hingga teman-teman.
Setelah itu, pembaca dapat memilah mana yang paling baik dampaknya bagi kesehatan dan paling nyaman untuk dilakukan. Pada intinya, body positivity menitikberatkan pada kenyamanan terhadap diri sendiri. Baiknya, seseorang berdiet bukan cuma karena ingin ramping dan dilihat lebih atraktif saja, tetapi juga karena dengan penuh kesadaran ingin memelihara kesehatan dan menghindari aneka risiko penyakit yang mungkin datang ketika tubuh kelebihan bobot.
Kampanye body positivity telah menjamah berbagai penjuru dunia dan melalui berbagai saluran, salah satunya Instagram. Sebagai media sosial berbasis visual, Instagram dipandang seksi untuk mempromosikan body positivity. Sebanyak 2.415.552 post bertagar #bodypositive dapat ditemukan dalam media sosial ini, mengindikasikan animo cukup tinggi terhadap tren yang menolak gambaran ideal tubuh. Beberapa tagar lain seperti #LesIsMore, #LoseHateNotWeight, #ImNoAngel, dan #Fatkini juga membawa semangat body positivity di Instagram.
Di Indonesia, individu-individu pegiat body positivity pun bermunculan. Candrika Soewarno misalnya, melalui Instagram mempromosikan #pelukdiri, sebuah proyek body positivity yang diwujudkannya lewat ilustrasi dan narasi. Dalam keterangan gambar terkait proyek ini, Candrika mengajak para perempuan untuk menyadari bahwa merekalah yang punya kuasa atas tubuh mereka sendiri, bukan orang lain.
Bukan hanya Candrika saja yang gencar mempromosikan hal ini. Pada 2016, Kartika Jahja juga sempat merilis video klip yang berisi pesan body positivityuntuk publik. Stigma-stigma negatif terkait bentuk tubuh dan penampilan perempuan yang ingin dipatahkan adalah gol dari video bertajuk “Tubuhku Otoritasku” ini.
Kampanye body positivity ini pun bukan cuma ditujukan bagi perempuan. Dalam situs Buzzfeed, ditampilkan sejumlah foto laki-laki dengan aneka kekurangan tubuh yang ingin menantang gambaran ideal mereka di media massa. Sama seperti perempuan, laki-laki juga kerap terintimidasi oleh konsep tubuh yang dominan: bertubuh tinggi, atletis, tak menampilkan lemak tubuh, berwajah tegas atau tak kemayu, dan lain sebagainya.
Seperti apa pun bentuk tubuh Anda, pilihan apa pun yang Anda ambil dalam berpenampilan, perasaan nyaman terhadap diri sendiri adalah prioritas utama. Jikapun ingin memperbaiki kondisi fisik, sepatutnya alasan kesehatan yang mendasari pilihan-pilihan yang diambil, bukan semata-mata karena intimidasi sekitar atau termakan bujuk rayu iklan di mana-mana.
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani