Menuju konten utama

Sekolah dengan Kasus COVID-19 di Atas 5 Persen Harus Tunda PTM

Menkes meminta sekolah menutup sementara & menunda PTM bila ditemukan kasus positif COVID-19 di atas lima persen.

Sekolah dengan Kasus COVID-19 di Atas 5 Persen Harus Tunda PTM
Komunitas Badut Tasikmalaya (Battik) menyanyikan lagu 3M saat sosialisasi protokol kesehatan pada pembelajaran tatap muka SD Negeri Dadaha, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (27/9/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/pras.

tirto.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta kepada sekolah dengan positivity rate atau ada orang yang positif COVID-19 di atas lima persen, untuk menutup sementara kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Kami sudah menentukan kalau positivity rate-nya dari satu sekolah itu di atas lima persen maka sekolahnya kita minta tutup dulu selama dua minggu sambil perbaiki protokol kesehatannya," ujar Budi dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (4/10/2021) dilansir dari Antara.

Kemudian, lanjut Budi, jika positivity rate antara 1-5 persen maka kelas yang terdapat pelajar positif itu akan dikarantina, sementara kelas lainnya dapat tetap melaksanakan PTM.

Sedangkan sekolah dengan positivity rate di bawah 1 persen maka pelajar yang positif atau terkonfirmasi dan kontak eratnya akan dikarantina.

"Diharapkan dengan menjalankan disiplin seperti ini kita bisa mengidentifikasi secara dini kalau ada pelajar-pelajar kita yang positif dan tidak perlu menunggu sampai menjadi besar sehingga harus menutup seluruh kota," kata Budi.

Ia mengemukakan pemerintah akan terus mengawal proses pendidikan tatap muka dengan metode surveilens dan protokol kesehatan yang baik.

"Karena kami juga percaya bahwa seluruh murid-murid Indonesia harus belajar secepat mungkin agar kita tidak kehilangan kesempatan untuk mereka meningkatkan pengetahuan mereka langsung dengan guru-guru mereka," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah sudah menyusun metode active surveilance untuk sekolah-sekolah yang melakukan tatap muka dengan prinsip 10 persen dari sekolah yang tatap muka di satu kabupaten atau kota akan dilakukan aktiv atau random surveilans.

"Dari situ kemudian kita bagi secara proporsi ke kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten kota tersebut," paparnya.

Kemudian, lanjut dia, pemerintah akan mengambil 30 sampel untuk murid dan tiga sampel untuk guru.

Budi mengatakan, sistem active surveilance di sekolah sudah mulai diterapkan di sekolah yang berada di DKI Jakarta.

"Memang kita temui masih adanya positivity rate dari pelajar-pelajar yang ada di sekolah-sekolah Jakarta," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk bisa meningkatkan kualitas surveilans ini.

Baca juga artikel terkait PEMBELAJARAN TATAP MUKA

tirto.id - Pendidikan
Sumber: Antara
Editor: Bayu Septianto