tirto.id - Kerajaan Indraprahasta atau Cirebon Girang merupakan salah satu kerajaan Sunda yang pernah berdiri pada akhir abad ke-4 Masehi. Lokasi berdirinya kerajaan bercorak Hindu ini adalah di lereng Gunung Ceremai atau Indrakila, Jawa Barat.
Dikutip dari The Sunda Kingdom of West Java: From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor (2007) yang disusun Herwig Zahorka, nama Kerajaan Indraprahasta mirip dengan nama kerajaan di India. Dalam cerita Mahabharata, terdapat Kerajaan Indraprastha yang dipimpin oleh Pandawa.
Kerajaan Indraprahasta yang berdiri di Cirebon bermula dari sebuah mandala. Secara etimologi, mandala bisa dimaknai sebagai wilayah kekuasaan, lembaga keagamaan, lingkaran, atau lingkungan (daerah).
Sejarah Awal Indraprahasta
Kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara tidak terlepas dari adanya jalur maritim yang digunakan sebagai bandar dagang atau sekadar untuk persinggahan.
Dalam naskah Negara Kretabhumi’sargah I parwah I dijelaskan bahwa pada 80-230 Saka (308 Masehi) tibalah beberapa pendatang dari negeri Bharata (India) dan Bhenggali (sebagian India dan Bangladesh) di Nusantara.
Salah satu dari mereka ini kemudian mendirikan Indraprahasta di Cirebon, yakni Maharesi Sentanu Murti. Menurut Naskah Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara, brahmana Hindu ini berasal dari kawasan Sungai Gangga, India.
Maharesi Sentanu Murti melarikan diri dari negerinya yang sedang dalam kemelut perang. Di Cirebon, ia mendirikan Indraprahasta yang pada awalnya masih menjadi daerah bawahan atau mandala dari Kerajaan Salakanagara.
Maharesi Sentanu Murti Sang Pendiri
Menurut Ali Sastramidjaja dalam Data Kala Sejarah Kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, Maharesi Sentanu Murti memimpin Indraprahasta sejak tahun 398 sampai 432 Masehi.
Setelah Indraprahasta menjadi kerajaan, Maharesi Sentanu Murti bertakhta sebagai raja pertama dengan gelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana. Ia menikahi putri Prabu Darmawirya Dewawarman VIII dari Kerajaan Salakanagara yang bernama Dewi Indari.
Pusat pemerintahan Kerajaan Indraprahasta terletak di Sarwadadi (kini nama sebuah desa di Kecamatan Talun, Cirebon). Maharesi Sentanu Murti sengaja memberikan nama Indraprahasta sebagai bentuk duplikasi dari India.
Tak hanya itu, beberapa tempat juga diperlakukan serupa, seperti Gunung Ciremai sebagai Indrakila, sungai yang melintasi wilayah kerajaan diberi nama Gangganadi, juga anak sungai yang dinamakan Setu Gangga.
Setelah Maharesi Sentanu Murti wafat, Kerajaan Indraprahasta berturut-turut dipimpin oleh 13 raja lainnya.
Beberapa di antaranya adalah Jayasatyanegara (432-454 M), Wiryabanyu (454-476 M), Warna Dewaji (476-503 M), Rakshariwangsa (503-538 M), hingga raja terakhir yang bernama Wiratara (743-747 M).
Keruntuhan Kerajaan Indraprahasta
Tahun 747 hingga 748 M, Kerajaan Indraprahasta diserang oleh Kerajaan Sunda, salah satu pecahan dari Kerajaan Tarumanegara selain Kerajaan Galuh.
Eksistensi Kerajaan Indraprahasta semakin redup ketika mendapat serbuan Dinasti Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno. Kala itu, Dinasti Sanjaya juga sedang menyerang Kerajaan Galuh. Indraprahasta punya jalinan kekerabatan dengan Galuh.
Akibat serangan itu, riwayat Kerajaan Indraprahasta pun berakhir dan menjadi taklukkan Dinasti Sanjaya. Wilayah Indraprahasta kemudian digabungkan dengan Kerajaan Wanagiri.
Daftar Raja Indraprahasta
- Maharesi Sentanu Murti (398-432 M)
- Jayasatyanagara (432-454 M)
- Wiryabanyu (454-476 M)
- Warna Dewaji (476-503 M)
- Raksahariwangsa (503-538 M)
- Dewi Rasmi (538-556 M)
- Astadewa (556-570 M)
- Jayagranagara (570-575 M)
- Rajaresi Padmayasa (575-618 M)
- Andbuana (618-663 M)
- Wisnumurti (663-688 M)
- Tunggalnagara (688-732 M)
- Resiguru Padmahariwangsa (732-744 M)
- Prabu Wiratara (744-747 M)
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya