Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Jalur Daendels: Semacam Jalan Tol di Era Hindia Belanda

Pembangunan Jalan Daendels pada 1808 menelan ribuan korban nyawa dari rakyat yang dipekerjakan paksa.

Sejarah Jalur Daendels: Semacam Jalan Tol di Era Hindia Belanda
Ilustrasi Daendels. tirto.id/Sabit

tirto.id - Kamis (20/12/2018), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan empat ruas tol Trans Jawa di area Jawa Timur. Sejarah mencatat, tepat 210 tahun yang lalu, telah dibangun jalan raya sepanjang lebih dari 1.000 km dari Anyer sampai Panarukan di era Hindia Belanda. Penggagasnya adalah Gubernur Jenderal atau semacam presiden alias pemimpin pemerintahan kala itu, Herman Willem Daendels.

Dikutip dari buku Colonial Exploitation and Economic Development (2013) suntingan Ewout Frankema dan kawan-kawan, jalur panjang yang semula dinamakan Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) itu dibangun Daendels pada awal masa kepemimpinannya di Hindia Belanda, yakni pada 1808.

Sebagai catatan, kala itu negeri Belanda dan seluruh koloninya, termasuk Hindia (Indonesia), berada di bawah penguasaan Perancis. Napoleon Bonaparte menaklukkan Belanda sejak 1795. Daendels, perwira Belanda yang terkenal cakap dan simpatisan Perancis, ditunjuk untuk memimpin pemerintahan di Hindia.

Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808. M. Junaedi Al Anshori dalam buku Sejarah Nasional Indonesia (2011) mengungkapkan, ia ditetapkan sebagai Gubernur Jenderal untuk memperkuat pertahanan Belanda di Jawa dalam rangka menghadapi Inggris yang berpusat di India.

Infografik mozaik herman willem daendels

Infografik mozaik herman willem daendels

Jalan Raya Pos merupakan salah satu gebrakan awal Daendels di Hindia. Jalan panjang ini menghubungkan bagian barat sampai timur Pulau Jawa menyusuri pesisir utara. Meskipun begitu, masih menjadi perdebatan apakah jalur ini benar-benar dibangun dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Situbondo) seluruhnya pada era Daendels.

Proyek ambisius Daendels ini pastinya melibatkan tenaga yang tidak sedikit. Dan, para pekerjanya tentu saja dikerahkan dari kaum pribumi atau rakyat Hindia Belanda yang dipekerjakan secara paksa tanpa diberi upah.

Seperti ditulis Jan Breman dalam buku Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa (2014), pembangunan Jalan Daendels menelan belasan ribu korban jiwa dari rakyat yang dipekerjakan secara paksa itu.

Tangan besi Daendels membuat megaproyek ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Sebelum sang gubernur jenderal lengser pada 1811, jalur panjang di pesisir utara Jawa ini sudah diresmikan dan dapat digunakan.

Jalan hasil kebijakan Daendels ini sekarang dikenal dengan nama Jalur Pantura (Pantai Utara) yang hingga kini menjadi salah satu jalur transportasi terpenting dan paling ramai di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Baca juga artikel terkait JALAN TOL TRANS JAWA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya