tirto.id - Bila serdadu-serdadu Turki tak menyerang Smyrna yang merupakan wilayah Yunani setelah 1918—daerah yang sebelum Perang Dunia II termasuk jajahan Kekhalifahan Usmani—Aristotle Socrates Onassis alias Ari Onassis tidak akan jadi orang miskin di tempat kelahirannya itu. Serangan Turki bikin keluarga Onassis yang asli Yunani dan tajir, jadi pengungsi pada 1922. Tahun berikutnya adalah babak penting dalam hidup Ari Onassis.
“Pada 21 September (1923)—setelah hari ulang tahunnya yang ke-17—Onassis mendarat di Buenos Aires bermodal Paspor Tanpa Negara (paspor yang biasanya untuk pengungsi) dan dengan 60 dolar di kantong," tulis Joachim Joesten dalam Onassis: a Biography (1963: 24).
Menurut Charles Graves dalam Royal Riviera (1957: 235), Onassis terpaksa memalsukan usianya menjadi 22 tahun. Belakangan, ia punya paspor Argentina dan Yunani. Ketika dirinya tiba di Buenos Aires, Argentina, bisnis tembakau ayahnya sedang bangkit. Ari tak semenderita pengungsi asing pada umumnya. Lagi pula ayahnya punya kolega di Argentina. Uang 60 dolar miliknya setidaknya bisa jadi modal awal usaha kecil-kecilan.
“Pekerjaan pertamanya adalah operator switchboard dalam United River Telephone Company. Untuk mengembalikan uang ke keluarganya,” tulis Charles Graves.
Penghasilannya kecil di perusahaan telepon itu. Ia mesti mengurangi jam tidur agar punya waktu untuk berbisnis. Seperti ayahnya, akhirnya Ari berbisnis tembakau juga. Dia tahu tembakau oriental (dari Yunani, Turki, dan Bulgaria) yang tak dikenal di Argentina.
Semula ia mengimpor tembakau dari Makedonia dan dapat komisi lima persen, lalu memulai pabrik rokoknya sendiri. Setelah makin tajir pada dekade 1920-an lewat pabrik rokok, dia mulai membangun bisnis perkapalan.
“Tahun 1932, di masa-masa Depresi Dunia, Onassis membeli enam kapal kargo pertamanya,” catat buku The Complete History of Ships and Boats (2012: 56) suntingan Robert Curley.
Dari Buenos Aires, dia lalu pindah ke New York. Setelah itu, dia punya kapal tanker (pengangkut minyak) pertamanya pada 1938 dan bertambah lagi di masa Perang Dunia II. Banyak pengusaha Eropa sengsara karena PD II, tapi Onassis tidak. Kapal tankernya disewa sekutu. Selesai perang dia tambah tajir lagi. Dia bisa membeli 23 kapal.
Petualangan Bisnis dan Cinta
Pada 28 Desember 1946, ketika usianya 40 tahun, Ari Onassis melangsungkan pernikahan penting dengan seorang gadis bernama Tina alias Athina Mary Livanos—putri dari Stavros George Livanos dengan Arietta Zafrikakis. Seperti Ari, Stavros Livanos juga pengusaha kapal. Perkawinannya dengan Tina membuahkan Alexander Onassis (1948–1973) dan Christina Onassis (1950–1988).
Perkawinan itu bukan perkawinan bahagia. Onassis pernah tertangkap basah oleh Tina di tempat tidur bersama kawan Tina, waktu mereka tinggal di Cap d'Antibes, the Château de la Croë, Perancis.
Parahnya lagi, ada orang ketiga, yang bukan orang sembarangan, dalam hubungan Tina dan Ari. Dialah pemilik suara emas, sang penyanyi opera bernama Maria Callas.
“Baik Tina dan Ari sangat ingin bertemu dengan satu-satunya orang Yunani yang sukses dalam opera itu,” tulis Doris Lily dalam Those Fabulous Greeks: Onassis, Niarchos, and Livanos (1970: 147).
Ari dan Maria bertemu di Venezia pada 1957 di suatu pesta. Usia Maria Callas ketika pertemuan itu terjadi sudah 34 tahun dan berstatus istri dari Giovanni Battista Meneghini. Maria tidak lebih muda daripada Tina, tapi ia begitu memesona.
Perkawinan Ari dan Tina akhirnya bubar pada 1961. Tina sempat kawin lagi dengan Sunny Marlborough di tahun yang sama. Tak hanya Sunny saja yang pernah jadi bapak tiri bagi Christina dan Alexander, tapi juga si pengusaha kapal saingan Ari, Stavros Niarchos. Sebelumnya, Stavros Niarchos pernah menjadi ipar Tina.
Maria Callas tak pernah dinikahi Ari. Padahal masing-masing sudah cerai dengan pasangannya. Menikah memang bukan hal gampang bagi Onassis, tapi merebut hati perempuan tidak sulit baginya. Dia kaya dan tetap terlihat gagah meski sudah termakan usia. Pasangan ini juga sangat terkenal.
Waktu Presiden Sukarno bertemu Onassis pada 1964, pasangan pengusaha kapal ini adalah Maria Callas—yang kala itu usianya sudah 40 tahun. Dokter R. Soeharto yang mendampingi Sukarno, dalam memoarnya, Saksi Sejarah: Mengikuti Perjuangan Dwitunggal (1984: 138-139), menyebut, “Onassis menyambut Bung Karno di atas kapalnya yang berharga jutaan dolar itu dengan amat ramah, seolah-olah sudah lama berkenalan.”
Ketika Sukarno dan Onassis terlibat pembicaraan, Maria Callas bertindak sebagai nyonya rumah nan ramah pada anggota rombongan Sukarno. Dalam jamuan makan di atas kapal mewah bernama Christina itu, Maria Callas dan Ari Onassis tidak terlihat norak seperti orang kaya baru, tapi tetap hangat dan ramah.
Sepulang dari pertemuan dengan Onassis, Sukarno mengaku kepada dr. Soeharto: “Saya tidak mengira mereka mengetahui begitu banyak tentang Indonesia dan saya.”
Onassis tampak ingin berinvestasi di Indonesia dan berharap jaminan dari Sukarno bahwa perusahaan dan modalnya tak kena nasionalisasi dalam kurun waktu 30 hingga 50 tahun ke depan. Harapan Onassis itu tentu tak bakal dapat jaminan dari presiden macam Sukarno yang pro-nasionalisasi. Indonesia adalah negara kepulauan yang tentu saja jadi lahan bagus untuk perusahaan pelayaran Onassis.
Menikahi Bekas Ibu Negara
Hubungan tanpa nikah Onassis dengan Callas kemudian berakhir. Semua tahu, Onassis kepincut Jacqueline Lee Bouvier, janda dari Presiden Amerika John F. Kennedy, yang kerap dipanggil Jacky.
Hidup tanpa nikah dengan Maria Callas tentu bukan masalah besar bagi rakyat kolot Amerika, tapi tidak dengan mantan ibu negara. Ari Onassis menikahi Jacky pada 20 Oktober 1968. Umur Ari kala itu sudah 62 dan Jacky berusia 39. Ini pernikahan penting kedua bagi Onassis, juga kedua bagi Jacky.
“Ayahku mencintai nama dan Jacky mencintai uang,” aku Christina Onassis seperti ditulis Peter Evans dalam Ari: The Life, Times and Women of Aristotle Onassis (1987: 228).
Ari Onassis hidup bersama Jacky hingga tutup usia pada 15 Maret 1975, tepat hari ini 44 tahun lalu, di Perancis. Meski kaya, Onassis, sebagai seorang bapak, harus melihat kehidupan anak-anaknya yang muram. Dua anaknya tak ada yang hidup sampai tua. Bahkan, rumah tangga Christina juga berantakan: empat kali kawin-cerai sebelum meninggal. Kekayaan tak membuat keluarga itu berbahagia.
==========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 15 Maret 2018 dengan judul "Aristotle Onassis: Juragan Kapal yang Doyan Kawin". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Ivan Aulia Ahsan