Menuju konten utama

Sejarah Hari Bawa Bekal Nasional 12 April, dari Tupperware-BPOM

Pada 2013, Tupperware Indonesia menggagas Hari Bawa Bekal Nasional pada 12 April.

Sejarah Hari Bawa Bekal Nasional 12 April, dari Tupperware-BPOM
Seorang juri menilai kreasi bekal makanan saat lomba menyusun bekal makanan untuk anak SD di Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/10). Kegiatan yang diikuti oleh 50 peserta tersebut bertujuan umendorong para orang tua menyediakan bekal makanan yang sehat, bernutrisi dan menarik. ANTARA FOTO/Moch Asim/aww/16.

tirto.id - Hari Bawa Bekal Nasional diperingati setiap tanggal 12 April sejak tahun 2013.

Sejarah Hari Bawa Bekal Nasional digagas oleh salah satu perusahaan peralatan rumah tangga multinasional yang sudah disetujui oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pada 2013, Tupperware Indonesia menggagas Hari Bawa Bekal Nasional pada 12 April. Perusahaan produsen peralatan plastik untuk keperluan rumah tangga ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kampanye Hari Bawa Bekal Nasional ini pertama kali diadakan pada 12 April 2013 di empat kota, yakni Jakarta, Pontianak, Medan, dan Makassar.

Sebagaimana dilaporkan di laman resmi Kementerian Kesehatan, data BPOM tahun 2006-2010 menunjukkan 48% jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia yang berbahaya.

Hasil pengujian 10.429 sampel pangan jajanan anak sekolah (PJAS) dari seluruh Indonesia yang dilakukan BPOM pada tahun 2014, masih ada 23,82% sampel yang tidak memenuhi syarat.

Penyebab PJAS tidak memenuhi syarat pada tahun 2014 adalah 74,9% disebabkan pencemaran mikroba, 15,7% menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebihan, dan 9% menggunakan bahan berbahaya.

Berdasarkan hal tersebut, gerakan membawa bekal nasional dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 12 April.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan pasal 3 ayat 2 bahwa materi pembinaan diantaranya kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi yaitu salah satunya melaksanakan pengamanan jajan anak sekolah.

Makanan bekal yang bergizi dapat disusun dengan mengacu kepada pedoman gizi seimbang yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Berdasarkan hasil riset Tirto.id pada tahun 2017, kebiasaan membawa bekal di kalangan pelajar Jakarta. Hasilnya cukup menarik, dan beberapa temuan tak jauh berbeda dengan hasil temuan The Grocer.

Penelitian ini punya 103 responden. Rentang usianya adalah 7 hingga 18 tahun, untuk mengetahui apakah bekal masih populer di kalangan generasi milenial.

Mayoritas responden (42 persen) adalah remaja usia 16 hingga 18 tahun. Sedangkan 34 persennya adalah responden berusia 7-11 tahun.

Situs kesehatan WebMD menulis, tubuh akan mengalami kelelahan dan dehidrasi saat seseorang aktif berkegiatan sepanjang hari, karenanya harus dimbangi dengan makan teratur dan tidak membiarkan perut kosong.

Dengan membawa bekal, maka energi yang dibutuhkan bisa terpenuhi dan orang tersebut bisa fokus dengan kegiatannya.

Membawa bekal juga membiasakan orang tetap makan dengan teratur sehingga membuat ingatan dan konsentrasi yang lebih baik, dan menghindari kemungkinan terkena penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan kelebihan berat badan.

Membiasakan sarapan dan makan secara teratur juga akan menjadikan seseorang memiliki gaya hidup yang lebih sehat.

Selain itu, saat tubuh tidak mendapatkan bahan bakar dari makanan, tentu tubuh menjadi lebih cepat lemah dan kurang konsentrasi pada hari itu dan hari selanjutnya.

Baca juga artikel terkait HARI BEKAL NASIONAL atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH