Menuju konten utama

Sejarah Catalunya, Referendum, & Alasan Merdeka dari Spanyol

Relasi antara Spanyol dan Catalunya punya sejarah panjang hingga menuju referendum kemerdekaan yang masih kandas.

Sejarah Catalunya, Referendum, & Alasan Merdeka dari Spanyol
Demonstran pro-kemerdekaan Catalunya di Spanyol. FOTO/Reuters

tirto.id - Catalunya kembali memanas seiring vonis penjara terhadap 9 tokoh yang dianggap terlibat dalam referendum kemerdekaan pada Oktober 2017 silam. Lantas, bagaimana sejarah Catalunya atau Catalonia sehingga wilayah otonom yang beribukota di Barcelona ini ingin merdeka dari Spanyol?

Dilansir AP, ada 9 orang yang dijatuhi vonis oleh Mahkamah Agung Spanyol berupa hukuman penjara antara 9 sampai 13 tahun. Akibatnya, ribuan warga pro-kemerdekaan Catalunya menggelar unjuk rasa di Barcelona pada Selasa (15/10/2019) sebagai bentuk penolakan terhadap vonis tersebut.

Sebagian peserta aksi terlibat gesekan dengan aparat keamanan. Kericuhan cepat menyebar karena beberapa ruas jalan raya dan stasiun kereta api diblokir massa. Ribuan demonstran juga menduduki Bandara El Prat, Barcelona, yang menyebabkan setidaknya 108 jadwal penerbangan dibatalkan.

Ratusan polisi anti huru-hara yang dikirimkan pemerintah Spanyol dari Madrid justru semakin memanaskan situasi. Gelombang protes rakyat Catalunya semakin membesar karena menganggap aparat keamanan bersikap represif terhadap para demonstran.

Sejarah Catalunya di Spanyol

Catalunya merupakan wilayah otonom di Spanyol dengan luas 32.114 kilometer persegi. Kawasan yang terletak di sudut timur laut Spanyol atau Semenanjung Iberia dekat Portugal ini terdiri dari empat provinsi, yakni Barcelona, Girona, Lleida, dan Tarragona.

Sebenarnya, Catalunya punya riwayat panjang yang mengiringi perjalanan sejarah Spanyol. Namun, pergolakan warga Catalunya terhadap pemerintah Spanyol mulai muncul pada masa kediktatoran Jenderal Francisco Franco yang memimpin sejak 1939.

Paul Preston dalam The Spanish Holocaust (2012) memaparkan, Spanyol di bawah kendali Jenderal Franco menghapus status otonomi untuk wilayah Catalunya. Tak hanya itu, berbagai jenis tindakan represif juga diberlakukan terhadap kawasan khusus ini beserta penduduknya.

Kala itu, pemerintah Spanyol menindas Catalunya dengan berbagai cara. Seluruh upaya protes disikapi dengan keji. Akibatnya, penjara-penjara dipenuhi tahanan politik. Ribuan Catalan –sebutan untuk orang Catalunya– dieksekusi antara 1938 hingga 1953.

Menjelang dekade 1960-an, Jenderal Franco mengubah kebijakan ekonomi demi menggenjot perekonomian Spanyol. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan wilayah Catalunya sebagai kawasan pusat industri.

Dampaknya, tulis Vittorio Gargiulo Morelli dan Luca Salvati dalam Ad Hoc Urban Sprawl in the Mediterranean City: Dispersing a Compact Tradition? (2010), terjadi migrasi penduduk besar-besaran dari daerah-daerah pedesaan di Spanyol menuju Barcelona dan sekitarnya untuk bekerja.

Wilayah Catalunya, terutama Barcelona, pun berubah menjadi salah satu kawasan industri terbesar di Eropa kala itu. Akan tetapi, perkembangan industri dan ekonomi di Catalunya tidak didukung dengan perlakuan yang sepadan dari pemerintah Spanyol.

Gaji pekerja pabrik di Catalunya sangat rendah. Selain itu, pemerintah Spanyol di bawah rezim Franco tidak memberikan jaminan kesehatan maupun keselamatan kerja. Segala bentuk pemogokan dan aksi protes pekerja hukumnya haram.

Asa Catalunya Merdeka

Menjelang 1970, terungkap dalam Inventive City-Regions: Path Dependence and Creative Knowledge Strategies (2016) karya Marco Bontje dan ‎Sako Musterd, mulai muncul gerakan demokrasi, antara lain dari Assemblea de Catalunya dan Federation of Neighbourhood Associations Barcelona (FAVB).

Selain menyebarkan seruan anti-Franco, gerakan-gerakan ini juga berjuang menuntut kebebasan politik dan sosial, amnesti bagi tahanan politik, pembangunan kembali otonomi Catalunya, serta menggalang kekuatan dengan gerakan-gerakan pro-demokrasi lainnya di Spanyol.

Perjuangan mereka membuahkan hasil setelah Jenderal Franco meninggal dunia pada 1975 dan pemerintahan Spanyol mengalami masa peralihan. Dikutip dari Language, Democracy, and Devolution in Catalonia suntingan Sue Wright, status otonom Catalunya dipulihkan pada 1978.

Kendati begitu, Catalunya tetap saja ibarat api dalam sekam bagi Spanyol. Sebagian orang Catalan terus menyimpan asa kemerdekaan, ingin lepas dari Spanyol yang telah menguasai wilayah mereka selama berabad-abad.

Pada 2010, misalnya, sekitar 25 persen warga Catalunya menginginkan kemerdekaan dari Spanyol. Angka ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 57 persen dua tahun kemudian.

Setelah melalui proses alot di parlemen, pada 6 November 2014 dilakukan pemungutan suara informal untuk mengukur aspirasi masyarakat Catalunya yang menghendaki kemerdekaan.

Hasilnya, catat Janne Riitakorpi dalam Catalonia: No Longer Spain’s Internal Affair (2019), sebanyak 2,25 juta orang dari total 5,4 juta penduduk Catalunya memilih merdeka dari Spanyol.

Inilah yang menjadi jalan pembuka digelarnya referendum pada 1 Oktober 2017. Data Pemerintah Catalunya sehari setelah referendum menyebutkan, 2.044.038 suara atau 92,01 persen menginginkan kemerdekaan Catalunya.

Adapun 177.547 suara lainnya atau 7,99 persen tetap ingin bersama Spanyol alias belum atau tidak menghendaki Catalunya merdeka. Sedangkan 64.632 atau suara 2,83 persen dinyatakan tidak sah.

Namun, otoritas Spanyol justru menyatakan referendum itu tidak sah. Spanyol di bawah pimpinan Perdana Menteri Mariano Rajoy menolak referendum yang berujung penangkapan terhadap sejumlah tokoh pro-kemerdekaan Catalunya.

Alasan Ingin Lepas dari Spanyol

Jika dirunut dari perjalanan sejarahnya, setidaknya ada dua alasan mengapa warga Catalunya ingin merdeka dari Spanyol, yaitu faktor perekonomian dan entitas kebangsaan.

Faktor ekonomi merupakan respons dari perlakuan tidak adil oleh pemerintah Spanyol terhadap Catalunya. Eksploitasi industri pada 1960-an memacu perekonomian Spanyol, namun justru semakin membuat warga Catalunya menderita dan tertindas.

Selanjutnya, krisis ekonomi yang melanda Spanyol pada 2008 meningkatkan angka pengangguran dan tingginya utang di Catalunya yang merupakan salah satu kawasan industri terbesar di Eropa.

Tak hanya itu, pajak yang diberlakukan terhadap Catalunya jauh lebih tinggi daripada wilayah-wilayah lain di Spanyol.

Menurut laporan Reuters (2017), mengutip data Kementerian Keuangan Spanyol, Catalunya harus membayar pajak sebesar 12 miliar dolar AS tiap tahun kepada pemerintah Spanyol yang berpusat di Madrid dan menerima pendapatan balik yang tidak sebanding.

Entitas kebangsaan juga menjadi alasan orang-orang Catalan ingin merdeka. Mereka merasa berasal dari nenek moyang yang sebenarnya bukan menjadi bagian dari Spanyol pada era modern dan merupakan wilayah independen.

Kelahiran Spanyol modern dimulai pada masa pemerintahan Raja Philip V yang berkuasa pada 1700 hingga 1724. Wilayah Catalunya ditaklukkan tahun 1714.

Sejak dulu, Spanyol sebenarnya paham perbedaan Catalunya dengan wilayah-wilayah lainnya. Maka itu, diberikan status otonom sebagai semacam pelipur lara dengan harapan Catalunya melupakan keinginan merdeka, kendati tampaknya tidak berhasil.

Baca juga artikel terkait CATALUNYA MERDEKA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Abdul Aziz