tirto.id - Di bagian timur Spanyol, gerakan kemerdekaan Catalunya masih bergejolak hingga kini. Perjuangan kemerdekaan rakyat Catalunya masih berlangsung meski diadang berbagai tindakan represif pemerintah Spanyol.
Perjuangan kemerdekaan Catalunya muncul akibat berbagai peristiwa sosial-politik di Spanyol. Rakyat Catalunya merasa memiliki sejarah yang berbeda dari orang-orang Spanyol. Selain itu, mereka merasa diperas oleh Spanyol melalui pengenaan beragam jenis pajak.
Akhirnya pada 2017 lalu, sebuah referendum unilateral untuk menentukan kemerdekaan Catalunya diadakan oleh pemerintah regional. Meskipun diiringi tindakan kekerasan aparat keamanan Spanyol, 90% rakyat Catalunya saat itu memilik merdeka dari Spanyol. Hasil tersebut menurut klaim pemerintah otonom Catalunya.
Usai referendum, parlemen pro-kemerdekaan bersama pemimpin Catalunya, Carles Puigdemont, menandatangani deklarasi kemerdekaan Catalunya. Namun, pada saat yang sama, Puigdemont mencoba membuka dialog negosiasi dengan pemerintah Spanyol.
Tentu saja, referendum serta deklarasi tersebut dinyatakan tidak konstitusional oleh pemerintah Spanyol. Selain itu, pemerintah Spanyol juga menahan sejumlah pemimpin politik pro-kemerdekaan Catalunya. Meskipun upaya mewujudkan kemerdekaan Catalunya kala itu kandas, aspirasi itu masih terus diperjuangkan.
Pada tahun 2019 lalu, hakim Mahkamah Agung Spanyol mendakwa dua belas pemimpin kemerdekaan Catalunya. Rakyat Catalunya pun tak tinggal diam melihat tindakan represif pemerintah Spanyol tersebut.
Mereka menggelar aksi di berbagai wilayah Catalunya guna menuntut pembebasan para tahanan politik itu. Dalam serangkaian peristiwa aksi ini, teknologi informasi merupakan salah satu faktor penting dalam mobilisasi gerakan massa.
Dalam gerakan Catalunya, mobilisasi sumber daya dibantu dengan jejaring informasi internet seperti media sosial. Salah satu inisiatif kolektif tersebut ialah Tsunami Democràtic. Mereka menggunakan media sosial, hingga aplikasi untuk menyebarkan informasi seputar gerakan serta ajakan untuk melakukan panggilan aksi serentak.
Pandemi dan Dialog untuk Kemerdekaan Catalunya
Sebagai salah satu tujuan destinasi wisata mancanegara, perekonomian Catalunya sangat rentan terhadap krisis, seperti yang terjadi saat pandemi. Krisis ini pun mempengaruhi gerakan kemerdekaan Catalunya.
Meskipun demikian, pandemi membuka babak dialog kemerdekaan yang baru. Pere Aragonès, pemimpin regional Catalunya, berupaya menjalin dialog dengan pemerintah Spanyol dengan mengajukan 2 tuntutan, yakni amnesti untuk sejumlah tokoh gerakan kemerdekaan, serta pelaksanaan referendum dengan persetujuan Spanyol.
Tuntutan-tuntutan Aragonès sulit untuk dipenuhi sepenuhnya oleh pemerintah Spanyol. Apalagi, kini posisi tawar Catalunya merosot akibat dampak krisis kesehatan.
Di lain sisi, pada 11 September 2021, rakyat Catalunya pro-kemerdekaan mengadakan sebuah apel memperingati Hari Nasional mereka. Mereka menyerukan tuntutan kemerdekaan sekaligus mengekspresikan skeptisisme kepada jalur dialog yang ditempuh oleh Aragonès.
"Kami skeptis dengan sikap pemerintah Spanyol dan hasil dari negosiasi tersebut," kata Jordi Sanchez, Sekretaris Jenderal Together for Catalonia, salah satu partai politik penyokong kemerdekaan Catalunya.
Penulis: Stanislaus Axel Paskalis
Editor: Addi M Idhom