Menuju konten utama
Periksa Fakta

Seberapa Aman Pemberian Ramuan Obat Herbal untuk Anak?

Pemberian obat herbal mesti dilakukan dengan takaran yang sesuai serta tetap menyesuaikan kondisi penyakit anak.

Seberapa Aman Pemberian Ramuan Obat Herbal untuk Anak?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Belum lama ini unggahan ihwal resep obat-obatan herbal berbahan dasar bumbu dapur lalu lalang di media sosial Facebook. Informasi ini salah satunya tersebar lewat akun bernama "Nurul Insan" (tautan) di grup bernama Resep Jajanan & Ide Jualan. Resep-resep ini diklaim bisa diberikan pada bayi atau anak di bawah lima tahun (balita). Pada unggahan tertanggal 26 Oktober ini, akun tersebut menyarankan para ibu untuk tidak terburu-buru ke dokter manakala anak mereka sakit. Alih-laih, orangtua bisa memanfaatkan obat herbal saja.

Beberapa resep yang dituliskan akun tersebut meliputi ramuan untuk demam, batuk pilek, diare, dan ruam popok bayi. Pada bayi atau balita yang mengalami demam, akun itu merekomendasikan kombinasi irisan bawang merah dengan minyak telon, yang kemudian dibalurkan ke seluruh tubuh bayi dan ubun-ubun. Resep yang sama juga bisa diberikan pada bayi yang mengalami batuk dan pilek.

Lalu untuk meredakan batuk bagi bayi atau balita disebut dapat diberikan perasan kencur halus. Sementara untuk mengobati bayi atau balita yang diare, akun Nurul Insan membagikan tips campuran 3 helai daun jambu, kunyit, dan garam yang dilumatkan dan diambil sarinya.

Periksa Fakta Ramuan Herbal Anak

Periksa Fakta Ramuan Herbal Anak. foto/Hotline periksa fakta tirto

Informasi ini tentu perlu diperika sebab berpotensi ditelan mentah-mentah oleh masyarakat. Apalagi informasi ini muncul ketika Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sempat meminta tenaga kesehatan untuk tidak meresepkan obat-obatan berbentuk sirup untuk anak-anak. Orangtua juga diminta untuk tidak memberikan obat-obatan berbentuk sirup pada anak-anak.

Sebabnya, beberapa obat sirup yang terkontaminasi etilen glikol dan dietilen gilkol di atas batas wajar diketahui jadi salah satu penyebab gangguan ginjal akut (AKI) pada anak-anak, yang tengah marak terjadi di Indonesia. Kasus itu telah merenggut 159 nyawa, per 31 Oktober 2022.

Hingga Rabu (2/11/2022), unggahan yang beredar telah disukai 75 orang, dibagikan sebanyak 62 kali, dan mendapatkan 15 komentar.

Lantas, bagaimana informasi yang sebenarnya? Apakah obat tradisional aman dikonsumsi bayi dan balita?

Penelusuran Fakta

Penting diingat bahwa herbal pun butuh dosis dan pengolahan tepat agar jamu-jamuan ini bisa berkhasiat, serta perlu pula untuk mempertimbangkan efek samping yang mungkin muncul. Untuk memeriksa informasi yang tercantum dalam unggahan, tim riset Tirto menelusuri bahan dan langkah-langkah yang disarankan.

Pertama, menyoal bawang merah untuk bayi atau balita yang alami demam. Menurut lansiran KlikDokter, bawang merah mengandung polifenol yang berperan sebagai antioksidan yang bertugas melindungi tubuh dari radikal bebas. Fungsi tersebut dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga bisa bermanfaat untuk demam anak.

Untuk menggunakan bawang merah sebagai cara pengobatan tradisional, langkahnya adalah dengan menyiapkan 3 – 5 butir bawang merah yang telah dikupas dan dicuci bersih. Kemudian, gerus atau iris bawang merah tetapi tidak sampai halus, dan tambahkan sedikit minyak baik itu minyak telon, minyak kayu putih, minyak zaitun, atau minyak lainnya.

Setelah diaduk, balurkan racikan tersebut ke badan anak seperti ubun-ubun, perut, dada, lipatan lengan, paha, dan telapak kaki. Sembari membalurkan, orangtua juga bisa memberikan pijatan halus pada anak.

Cara lainnya yakni dengan memotong bawang merah menjadi 2 bagian dan langsung oleskan ke tubuh anak, tepatnya di bagian dada, punggung, dan leher. Pengobatan dengan bawang merah ini disarankan dilakukan saat anak hendak beristirahat atau saat tidur, agar ia tak terganggu bau menyengat dari bawang dan minyak.

Kendati demam pada anak bisa diatasi dengan bawang merah, kondisi demam anak pun perlu diperhatikan. Masih dari sumber yang sama, tak semua jenis demam bisa diatasi dengan cara ini.

Terdapat beberapa kondisi tertentu yang mengharuskan anak untuk segera dibawa ke dokter, misalnya bayi dengan usia kurang dari 3 bulan, anak usia 3 – 36 bulan dengan demam lebih dari 3 hari atau terdapat tanda bahaya, dan anak usia 3 – 36 bulan dengan demam tinggi di atas 39 derajat Celcius.

Anak juga perlu segera dibawa ke dokter jika mengalami demam dengan suhu di atas 40 derajat Celcius, kejang demam, demam berulang selama lebih dari 7 hari, dan demam disertai ruam. Selain itu, anak-anak dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker dan lupus, serta penyakit ginjal yang alami demam juga harus segera dibawa ke dokter.

Namun, ada yang perlu diperhatikan pula dalam menggunakan minyak bawang untuk mengobati demam pada bayi maupun balita. Menurut artikel Halodoc yang dipublikasikan pada Mei 2020 dan ditinjau oleh dr. Gabriella Florencia, meskipun bawang merah bisa melebarkan pembuluh darah sehingga membantu menurunkan suhu tubuh bayi, namun cara ini dinilai bukan yang paling efektif untuk mengatasi demam pada bayi. Pasalnya, mengoleskan bawang merah dan minyak rentan membuat kulit bayi mengalami iritasi. Terlebih kulit bayi masih cukup sensitif, sehingga sebaiknya cara ini tidak diutamakan.

Tak hanya minyak bawang merah, penggunaan balsam untuk bayi dalam mengatasi demam juga kurang dibenarkan karena juga bisa sebabkan iritasi kulit. Bayi juga kerap merasa tidak nyaman dengan penggunaan bawang. Jadi memang sebaiknya dihindari.

Beralih ke obat herbal lain yang disebut dalam unggahan, tim riset Tirto lalu menelusuri perasan kencur untuk meredakan batuk anak.

Menukil artikel KlikDokter, dr. Devia Irine Putri menyatakan kencur memanglah obat batuk alami karena adanya kandungan antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu, kencur juga disebut memiliki sifat untuk mengencerkan lendir sehingga mempermudah mengeluarkan dahak.

"Cara membuat kencur untuk obat batuk bayi bisa dengan air rebusan sari kencur, ekstrak kencur yang biasanya berbentuk bubuk, atau dalam bentuk suplemen," tutur Devia, seperti dikutip lansiran tersebut.

Soal dosisnya, ia menjelaskan, sejauh ini belum ada takaran yang disarankan untuk mengobati batuk bayi. Namun alangkah lebih baik diberikan dalam jumlah yang wajar. Efek samping yang ditimbulkan kencur pun ia sebut relatif minim kecuali pada bayi yang memiliki alergi. Namun, lagi-lagi penggunaan kencur bukan berarti tanpa catatan.

Perlu digarisbawahi, pemberian herbal ini pada bayi di bawah 6 bulan sebaiknya didiskusikan dulu bersama dokter. Alasannya, bayi di bawah 6 bulan masih dalam fase ASI eksklusif alias tidak mengonsumsi makanan dan minuman lain selain air susu ibu. Pastikan jumlah yang diberikan juga tidak berlebihan dan jangan ragu untuk berkonsultasi pada dokter saat batuk bayi tak kunjung mereda.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania, melalui laporan Tirto pada 31 Oktober pernah membeberkan rekomendasi obat herbal batuk dan demam untuk anak. Beberapa bahan yang bisa digunakan yaitu madu, bawang, jahe, serta susu kunyit sebagai ramuan penawar.

Sirup madu, bawang, dan jahe untuk batuk-pilek pada anak usia 1-2 tahun cukup dikonsumsi 1 sendok teh (5 ml) sebanyak 3 kali sehari. Cara membuatnya: campurkan bawang merah dan bawang putih cincang masing-masing 1 siung, serta 10 gram jahe cincang ke dalam botol berisi 30 ml madu murni. Kemudian, beri perasan jeruk nipis sebanyak 1/2 buah.

Kocok botol supaya larutan tercampur, lalu diamkan dalam suhu kamar selama 8 jam agar sirup memiliki konsistensi encer. Ketika sudah disaring, sirup siap dikonsumsi. Ia juga bisa disimpan hingga 2-3 hari dalam penyimpanan suhu dingin.

Sementara untuk bayi berusia 6 bulan, Inggrid menyarankan herbal susu kunyit dengan dosis 3 kali sehari. Ramuannya terdiri atas 1/8 hingga 1/4 sendok teh kunyit bubuk yang dicampur dengan ASI atau susu formula. Pada anak yang sehat, kedua ramuan tadi dapat dikonsumsi 1 kali sehari sebelum atau sesudah makan untuk menjaga imun.

Lebih lanjut dari laporan tersebut, Inggrid tetap menyarankan orang tua untuk melakukan konsultasi pada dokter terlebih dulu sebelum memberikan obat herbal kepada bayi atau balita. Bukan asal konsumsi seperti yang selama ini lazim dilakukan masyarakat, apalagi berdasarkan testimoni dari media sosial.

Masyarakat tak perlu khawatir mendiskusikan obat-obatan alternatif ini pada tenaga kesehatan profesional. Sebab, katanya, saat ini sudah banyak dokter yang menempuh spesialisasi ilmu kesehatan tradisional.

Terakhir, tim riset Tirto menelisik penggunaan daun jambu dalam mengobati diare anak.

Bersumber dari Halodoc, bukti khasiat daun jambu biji dalam mengatasi diare masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Memanfaatkan daun jambu biji nyatanya belum terbukti bisa mempercepat atau meredakan diare segera. Namun, konsumsi air rebusan atau ekstrak daun jambu biji disebut bisa membantu meredakan gejala sakit perut yang mungkin muncul saat diare.

Daun jambu biji nyatanya memiliki kandungan antioksidan. Selain membantu meredakan gejala penyakit, kandungan ini juga bisa membantu mencegah efek berbahaya dari proses oksidasi. Oksidasi sendiri merupakan proses pelepasan molekul radikal bebas.

Saat melakukan aktivitas sehari-hari, tubuh mengalami paparan radikal bebas, misalnya akibat polusi atau makanan tertentu. Radikal bebas tersebut bisa meningkatkan risiko serangan penyakit. Oleh karenanya, antioksidan bisa membantu mencegah dan menurunkan risiko munculnya dampak paparan radikal bebas.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala diare yaitu banyak minum air, mengonsumsi makanan berkuah, dan menghindari makanan tertentu seperti makanan berlemak dan berminyak. Menurut Halodoc, asupan susu dan kafein juga sebaiknya dibatasi agar gejala diare tidak semakin parah.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, informasi resep obat-obatan herbal untuk anak dalam unggahan yang tersebar dapat bersifat menyesatkan tanpa tambahan informasi lebih jauh (missing context).

Nyatanya, pemberian obat herbal mesti dilakukan dengan takaran yang sesuai dan aman, serta tetap menyesuaikan kondisi penyakit anak. mengoleskan bawang merah dan minyak rentan membuat kulit bayi mengalami iritasi. Terlebih kulit bayi masih cukup sensitif, sehingga sebaiknya cara ini tidak diutamakan. Kemudian, ada juga kondisi-kondisi tertentu di mana anak perlu dibawa ke dokter dan tidak cukup hanya diberi obat herbal saja.

Inggrid Tania sebagai Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menyarankan konsultasi dokter terlebih dulu sebelum mengonsumsi herbal, bukan asal konsumsi apalagi hanya berdasarkan testimoni dari media sosial.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty