tirto.id - Cut Annisa Mirrah Rahmani ditemani sang suami harus berkeliling sudut-sudut jalan di Jabodetabek demi mencari hewan kurban yang sreg di hati. Akhirnya Cut Mirrah menjatuhkan pilihan kepada sapi jenis limousin seberat 1,2 ton di kawasan Tangerang Selatan, Banten.
Perempuan berusia 28 tahun ini memilih sapi yang berukuran badan besar agar tersedia lebih banyak daging yang bisa dibagikan saat hari raya Idul Adha. Namun, ia harus merogoh kantong lebih dalam, harga sapi kurban seberat harus ditebus dengan mahar Rp67 juta.
“Alhamdulillah dapat yang sesuai keinginan dan sesuai dengan kemampuan. Setelah ditawar, harganya bisa turun sedikit,” cerita Cut Mirrah kepada Tirto.
Penampakan sapi limousin memang berbeda dibanding sapi lokal asli Indonesia lainnya. Secara kasat mata, sapi dengan warna bulu merah kecokelatan dengan bentuk tubuh memanjang disokong paha dan pinggul penuh daging padat, terlihat sangat berotot. Sapi jenis limousin ini memang keturunan boss taurus, yang merupakan keluarga sapi potong dan sapi perah asal Eropa.
Sapi limousin dikembangkan di Perancis Tengah sebagai sapi pekerja yang kemudian menjadi sapi pedaging. Pada jantan, tanduknya mencuat keluar dan sedikit melengkung dengan postur tinggi mencapai 1,5 meter. Sapi jenis ini merupakan salah satu yang merajai pasar sapi penggemukan di Indonesia dan menjadi primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat antara 1 sampai dengan 1,5 kilogram setiap harinya didukung dengan pakan yang baik.
Berat badan jantan dewasa bisa mencapai lebih dari 1,2 ton. Kualitas daging terbilang bagus, dengan karkas—tulang dan daging—rata-rata 50 persen. Sapi bongsor ini jadi langganan pilihan para pejabat termasuk presiden sebagai hewan kurban. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedikitnya dalam dua kali kesempatan berkurban, menggunakan sapi limousin dengan bobot masing-masing 800 Kg dan 950 Kg.
Tahun lalu, Jokowi menyumbang sapi jenis limousin-bali seberat 830 Kg dengan tinggi badan sekitar 1,98 meter dan panjang sekitar 2,25 meter. Sapi itu dibeli Jokowi dari seorang warga Tarakan seharga Rp60 juta. Jenis sapi ini sudah banyak ditemui di peternak lokal karena hampir 100 persen sapi kurban adalah produksi dalam negeri.
Ini karena bibit semen beku sapi bongsor ini sudah dikawin silang dengan sapi lokal seperti sapi Bali, Sapi Madura maupun sapi Sumba Ongkole, yang juga merupakan jenis sapi unggul di Indonesia. “Sapi keturunan ini memiliki kelebihan berupa percepatan pertumbuhan yang melebihi sapi lokal,” kata Teguh Boediyana, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) kepada Tirto.
Semen beku atau bibit sapi Eropa, sudah banyak diproduksi oleh pemerintah di antaranya oleh Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari (BBIB) Singosari, BBIB Lembang maupun di berbagai daerah di Indonesia. “Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sapi-sapi di Indonesia,” jelas Syamsul, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Kesehatan (Kementan) kepada Tirto.
Selain jenis limousin, sapi-sapi bongsor lainnya yang juga sering menjadi pilihan para para untuk berkurban adalah sapi simmental, yang juga memiliki keturunan sapi Eropa atau boss taurus. Tampilan sapi dengan bulu warna merah bata ini, memiliki tambahan warna lain berupa putih di bagian lutut dan kepala sehingga mudah dikenali.
Sapi simmental sepertinya menjadi favorit sejak era SBY sampai dengan Jokowi untuk berkurban. 2011 lalu misalnya, SBY berkurban sapi simmental seberat 1,4 ton. Harganya saat itu senilai Rp50 juta. Di 2015, Jokowi pun berkurban dengan jenis sapi yang sama dengan bobot 1,25 ton yang disebar di Surabaya, Jawa Timur.
Tahun lalu, Jokowi bahkan memborong hingga dua sapi jenis simmental ini untuk berkurban dan disebar di berbagai daerah salah satunya Jambi yang memiliki bobot sampai dengan 800 Kg. Tahun ini, Jokowi kembali menebar hewan kurban dan salah satunya adalah sapi simmental dengan bobot 1,08 ton seharga Rp75 juta yang akan dikurbankan di Padang, Sumatera Barat.
Mirip dengan jenis limousin, berat badan sapi jantan simmental dewasa bisa mencapai 1,4 ton dengan kualitas daging yang bagus dan karkas rata-rata 50 persen. Untuk bisa mencapai bobot lebih dari 1 ton, proses penggemukan hewan pedaging ini membutuhkan waktu 1 tahun dengan konsekuensi biaya pakan dan pemeliharaan yang tinggi.
Joni Liano, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) merinci, proses penggemukan sapi-sapi jenis bongsor ini yang efisien dimulai dari berat 300-350 Kg. “Untuk mencapai bobot setengah ton, maka penambahan berat badan per hari bisa mencapai 1,3-1,5 kilogram jika didukung pakan yang bagus. Pertumbuhan sapi silangan memang terbilang pesat,” jelas Joni kepada Tirto.
Sapi bongsor ini memang sudah memiliki berat lahir yang besar antara 25-30 Kg. Kemudian dalam satu tahun beratnya bisa mencapai 250-300 Kg. Nah, pasca berusia satu tahun inilah proses penggemukan dilakukan. “Butuh waktu antara 3-4 tahun untuk mencapai berat sampai dengan lebih dari satu ton,” kata Joni.
Jenis sapi bongsor lainnya yang juga sering jadi pilihan presiden untuk berkurban adalah sapi Brahman, sapi ini merupakan keturunan sapi India atau boss indiscuss. Pertumbuhan berat badan sapi ini juga terbilang pesat dengan penambahan berat per hari antara 1-1,5 Kg jika dukungan pakan yang bagus.
Kualitas daging yang dihasilkan juga bagus dengan karkas rata-rata sebesar 45 persen. Tampilan hewan ini mudah dikenali dengan ciri utama punuk besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan di bagian leher dan perut. Sapi jenis ini pernah menjadi pilihan SBY untuk berkurban pada tahun 2008 dengan berat mencapai 1,45 ton dan merupakan sapi terberat periode 2004-2009.
Satu lagi jenis sapi bongsor yang jadi favorit orang nomor satu, untuk hewan kurban adalah jenis Peranakan Ongole atau dikenal dengan sebutan sapi PO. Sapi jenis ini, juga merupakan keturunan boss indicus atau keturunan India, yang disilangkan dengan sapi betina Jawa.
Sapi yang dibudidayakan secara murni di Indonesia di Pulau Sumba, dikenal sebagai Sumba Ongole. Tampilan sapi ini memiliki bulu berwarna variasi mulai dari putih sampai putih kelabu. Pertumbuhan berat badan sapi jenis ini juga pesat dengan rata-rata seberat 0,47-0,81 Kg per hari, dan jantan dewasa dapat mencapai 800 Kg. Kualitas daging pun bagus dengan karkas rata-rata 45 persen.
Pada 2016 dan 2017, sapi jenis Peranakan Ongole seberat masing-masing 1,1 ton dibeli Jokowi dan dikurbankan di Surabaya. Tahun ini, Jokowi juga membeli sapi PO seberat 900 Kg seharga Rp70 juta dan akan dikurbankan di Sleman, Yogyakarta. SBY tercatat juga pernah berkurban sapi PO pada 2013 dengan bobot mencapai 1,07 ton di Jakarta.
Salah satu sapi bongsor asli Indonesia adalah sapi Bali yang merupakan keturunan boss sondaicus. Angka reproduksi yang tinggi merupakan salah satu sebab sapi jenis ini mudah dibiakkan dan merupakan sapi pedaging favorit para peternak Indonesia.
Sapi Bali jantan dewasa dapat memiliki berat badan sampai dengan 800 Kg dengan pertumbuhan berat badan per hari antara 0,8-1 Kg didukung pakan yang baik. Bahkan, kualitas daging dan karkas sapi Bali bisa sampai dengan 56 persen.
“Persentase karkas sapi lokal justru lebih besar dibanding sapi-sapi bongsor hasil persilangan. Ini karena, semakin besar berat badan sapi, tentu lemaknya juga lebih banyak,” kata Teguh.
Editor: Suhendra