tirto.id - Meluncurkan buku menjadi salah satu strategi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta memikat hati masyarakat. Pada 9 Januari lalu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menghadiri bedah buku 'A Man Called #Ahok Sepenggal Kisah Perjuangan & Ketulusan' yang bercerita tentang dirinya. Selang sepekan kemudian, tepatnya 16 Januari giliran Agus Harimurti Yudhoyono yang menghadiri pelucuran buku bernuansa kampanye dirinya bertajuk "101 Alasan Memilih Mas Agus-Mpok Sylvi".
Rabu sore bertempat di Gramedia Matraman, Jakarta Pusat, giliran calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 Sandiaga Unu meluncurkan buku bertajuk "Kerja Tuntas Kerja Ikhlas: One Way Ticket to Success". Dalam peluncuran buku itu Sandi tampil berbeda. Dia tidak mengenakan kemeja putih yang biasa digunakan.
Kepada Tirto Sandi menjelaskan sengaja menggunakan baju batik berwarna biru keunguan karena permintaan sang Ibu. Di batik itu juga terdapat pin bergambar lima jari bertuliskan angka tiga.
Terlihat istri, orangtua, dan kerabat dekat menemani Sandi di lokasi, namun tidak ada Anies Baswedan. Ketika dikonfirmasi mengenai ketidakhadiran Anies dalam peluncuran bukunya, ia enggan berkomentar banyak. “Saya udah undang. Tapi beliau sepertinya sibuk. Rencananya sih tadi mau dateng, ada di jadwalnya. Seperti diketahui bahwa Jakarta kan macet, belum ada solusinya,” kata Sandiaga, Rabu (18/01).
Acara dibuka dengan do'a dipimpin oleh ustaz Solmed dan pembacaan puisi "Di Lautan Mana Tenggelamnya" oleh penyair kenamaan Taufiq Ismail. Tidak lupa juga hadir Eddri Sumitra dan Nova Riyanti Yusuf sebagai pembahas buku.
Semula Sandi merasa khawatir bukunya akan menjadi jalan riya. Namun kekhawatiran itu berhasil dihilangkan sang ibu. Sandi menjelaskan buku ini sudah dibuat sejak delapan tahun lalu. Namun kesempatan untuk menerbitkannya selalu tertunda.
Akhirnya demi membahagiakan sang ibu buku itu diluncurkan juga. “Buku ini bukan bagian dari kampanye kita. Buku ini justru sudah dibuat 8 tahun lalu. Ada mungkin sekelumit keputusan saya masuk ke politik tahun 2015... Saya rasa harus dipisahkan. Buku ini tidak untuk politik. Buku ini lebih ke arah dalam bekerja itu harus ikhlas dan tuntas. Dan ini saya alami (PHK) lalu memulai wirausaha,” jelas Sandi.
Sandi juga enggan menyebut buku ini sebagai autobiografi. Karena ia berharap buku ini bisa banyak membawa inspirasi.
Tidak sedikit uang yang harus dirogoh Sandi untuk meluncurkan bukunya.
Mien Uno, ibu dari Sandiaga mengatakan seluruh ongkos cetak buku dibiayai Sandi. Ia berharap peluncuran buku ini mendongkrak elektabilitas putranya. “Ini mungkin juga suatu usaha untuk supaya menaikan elektabilitas. Ingin lebih dikenang,” tambah Mien Uno.
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar