tirto.id - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menyoroti upaya kubu Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi yang saling menunjukan banyaknya massa dalam kampanye terbuka.
Pada kampanye akbar Prabowo-Sandi yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno (GBK). Capres nomor urut 02 itu mengklaim massa yang hadir sebanyak satu juta orang, bahkan lebih.
Sedangkan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, memprediksi Konser Putih yang diselenggarakan pada 13 April mendatang akan dihadiri sebanyak tiga juta jiwa.
Ujang menilai, tujuan kedua kandidat saling mengklaim, yaitu untuk menunjukan banyaknya massa yang bisa dimobilisasi dan merupakan salah satu strategi untuk menggertak lawan politiknya.
"Jadi memang politik itu [menunjukan banyaknya massa] secara psikologis ingin menggertak lawan," ujarnya kepada Tirto, Selasa (9/4/2019).
Kemudian, kata Ujang, saling klaim banyaknya massa antara kedua paslon memang sangat signifikasi bagi kedua kandidat. Yaitu untuk membangun opini publik. Ketika kampanye itu sukses dan dihadiri banyak massa, maka kemenangan merupakan suatu keniscayaan.
"Jadi artinya ketika massanya banyak, pendukungnya banyak, secara politis itu akan dianggap kemenangan yang akan diraih," kata Ujang.
Meskipun, lanjut Ujang, kemenangan itu bukan ditentukan dari banyaknya massa yang hadir saat kampanye. Tetapi harus dibuktikan melalui Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Tetapi paling tidak bahwa mereka [capres-cawapres] siap menang]," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Alexander Haryanto