tirto.id - Salah satu masalah yang mengemuka jelas saat pasien Corona COVID-19 semakin bertambah setiap harinya adalah kelangkaan alat pelindung diri (APD). Saking langkanya, sejumlah petugas medis mengakalinya dengan menggunakan jas hujan--yang tentu saja fungsinya di bawah 'baju astronaut' asli.
Tya, seorang dokter rumah sakit, mengatakan kondisi ini adalah "perang yang bisa kami menangkan; bukan misi bunuh diri."
Presiden Joko Widodo tahu persis banyak keluhan soal itu. Menurutnya ini terjadi karena "180 negara berebutan untuk mendapatkannya." Namun pada Senin (23/3/2020) kemarin ia memastikan telah mendistribusikan ratusan ribu APD ke seluruh rumah sakit.
Masalahnya, tak semua rumah sakit mendapatkannya karena distribusi APD memang tidak merata. 45 ribu unit APD dikirim ke DKI, Bogor, dan Banten; 40 ribu ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali; 10 ribu ke semua provinsi di luar Jawa; dan sisanya, 10 ribu, "sebagai cadangan," kata Jokowi.
APD di Tasikmalaya, misalnya, hanya cukup untuk tiga hari, sementara RSUD Ciamis mengatakan stok di tempat mereka akan habis dalam waktu satu pekan.
Maka tak heran jika masih ada saja rumah sakit dan asosiasi dokter yang mengeluh dan bahkan meminta bantuan warga membantu mereka. Mereka nampaknya tahu betul bahwa sulit berharap sepenuhnya ke pemerintah.
Beruntung banyak warga yang berhimpun dalam komunitas relawan yang menyambut permohonan tersebut. Mereka ramai-ramai bersolidaritas menggalang dana untuk membeli APD bagi para tim medis.
Salah satunya bernama Asiana Medical Stundents Assosiation (AMSA) Indonesia, organisasi mahasiswa kedokteran Asia di Indonesia. "Dengan adanya pandemi COVID-19 ini, jujur, mengetuk hati kami saat dokter-dokter yang harus waspada kekurangan APD," kata Catherine Sharon Riris Silaban, Secretary of Community Outreach AMSA-Indonesia, kepada reporter Tirto, Selasa (24/3/2020).
Catherine mengatakan AMSA-Indonesia telah menggalang dana sejak 20 Maret 2020. Baru tiga hari saja, uang yang terkumpul sudah Rp202 juta--menandakan respons positif dari masyarakat luas. Selain uang, AMSA-Indonesia juga menerima sumbangan APD. Sudah ada pula yang menyumbang APD.
Ada 150 fasilitas kesehatan yang akan diberi APD oleh AMSA-Indonesia. "Kami nanti akan kirim bantuan ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang paling membutuhkan terlebih dahulu," kata Catherine.
Rasa solidaritas juga ditunjukkan oleh komunitas penggemar boy band dari Korea Selatan, BTS, bernama Army Care. Komunitas itu mulai menggalang dana sejak 20 Maret 2020 lewat laman kitabisa.com. Selain uang, mereka juga menerima sumbangan berupa: APD, alat disinfektan, hand sanitizer, masker, dan kebutuhan sehari-hari untuk para petugas medis.
Salah seorang anggota Amy Care bernama Devi mengatakan kepada reporter Tirto kalau alasan komunitasnya membuat proyek yang diberi nama 'ARMY Bergerak Melawan COVID-19' ini karena ingin membantu masyarakat "dengan memanfaatkan platform yang kami punya sebaik mungkin."
Army Care sosialisasi melalui media sosial dan dari mulut ke mulut. Usaha kelompok ini cukup membuahkan hasil. Dalam waktu 3 hari, per 23 Maret 2020 pukul 17.41 WIB, dana yang terkumpul sebanyak Rp 47.425.839 dari 991 donatur.
Bantuan itu bakal disalurkan ke 131 fasilitas kesehatan, baik yang berstatus rujukan penanganan COVID-19 atau belum. Beberapa yang Devi sebut adalah: RSUP Cengkareng, RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RSUP Pasar Minggu, RSPI Sulianti Saroso, RSUP Sanglah Bali, RSUD Tarakan, RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, RSUP Kariadi, RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
"Tidak hanya tim medis, kami juga akan melakukan pembagian masker dan hand sanitizer untuk masyarakat," katanya.
Solidaritas juga ditunjukkan oleh artis Cathy Sharon. Ia juga menggalang dana di laman kitabisa.com. Uang yang terkumpul akan dibelikan sarung tangan. Menurut dia, sarung tangan merupakan alat yang vital dan harus sering diganti.
"Kami akan menyalurkan sarung tangan langsung, bukan uang. Karena masalahnya, walaupun ada uang, sangat sulit untuk mendapatkan barangnya," katanya.
Saat ini Cathy dan tim telah menyalurkan sarung tangan ke rumah sakit rujukan di Jakarta dan Bekasi.
Negara Tidak Hadir
Komentator politik sekaligus Direktur Eksekutif Lokataru Foundation Haris Azhar menilai banyaknya solidaritas dari 'akar rumput' ini menunjukkan bahwa dalam kasus COVID-19, "slogan negara hadir, di lapangan hilang."
Pemerintah memang lamban merespons virus yang kelak jadi pandemi ini, kata pengamat. Hal ini terlihat dari pernyataan yang terkesan meremehkan dari para pejabat seperti Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat kasus ini belum (ketahuan) ada di Indonesia. Terawan sempat menolak mentah-mentah hasil riset tim peneliti dari Harvard yang menyebut kalau mungkin sudah ada warga Indonesia terinfeksi Corona, padahal semestinya peringatan ini jadi pengingat agar pemerintah mempersiapkan kebijakan kesehatan publik yang lebih maksimal.
Pemerintah juga dianggap gagal membaca situasi karena tetap mengekspor masker pada Februari lalu. Saat itu angka ekspor bahkan melonjak, padahal ketersediaan barang di dalam negeri masih kurang, bahkan langka di Jabodetabek.
Dampaknya terasa saat ini. Angka penderitanya terus meningkat setiap hari. Jumlah pasien positif COVID-19 per 24 Maret kemarin mencapai 686 kasus, atau bertambah 107 kasus baru dalam satu hari. Jumlah pasien meninggal menjadi 55, beberapa di antaranya dokter dan perawat.
Atas semua situasi ini, Haris Azhar memvonis: "Negara cuma bisa kasih insentif, slogan slogon 'pahlawan bangsa'. Amatir ini pemerintahan."
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino