tirto.id - “Kita mencoba membuat ruang yang mempersatukan, ruang ketiga yang menyetarakan, dan biarkan mereka menikmati tempat ini dengan caranya masing-masing.”
Hal tersebut diungkapkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat dimintai tanggapan kemunculan kelompok masyarakat SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong, dan Depok). Hal itu disampaikan Anies ketika fenomena anak-anak berkerumun di Jalan Sudirman dan Dukuh Atas, Jakarta Pusat pada 7 Juli 2022.
Seminggu kemudian, muncul sebuah gerakan bernama Citayam Fashion Week. Gerakan yang diinisiasi influencer bernama Jeje dan Bonga itu bertempat di Dukuh Atas. Di tempat tersebut, sekelompok orang memamerkan gaya berpakaian mereka di publik. Beberapa dari mereka berjalan seperti model di zebra cross di wilayah Dukuh Atas.
Anies pun “mengendorse” gerakan Citayam Fashion Week itu dengan mengajak sejumlah pejabat asing, yakni duta besar Uni Eropa, Vincent Piket dan VP European Investment Bank, Kris Peeters di zebra cross catwalk Citayam Fashion Week.
Penggunaan zebra cross yang tidak sesuai ketentuan pun menuai kritik. Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi bahkan melarang Citayam Fashion Week digelar di zebra cross. Namun Anies menegaskan belum ada surat yang mengatur soal kegiatan tersebut sehingga tidak bisa dilarang.
“Selama belum ada surat, berarti belum ada ketentuan,” kata Anies di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat (22/7/2022).
Selain Anies, ada pula Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ke acara Citayam Fashion Week. Pria yang karib disapa Kang Emil itu juga datang ke acara Citayam Fashion Week. Dalam unggahan akun Instagram @Ridwankamil, ia mengaku datang ke acara Citayam Fashion Week. Ia pun berpesan kepada anak Citayam, Bojong dan Depok untuk jaga kebersihan, tidak memicu kemacetan, kembali ke rumah dan membuat konten positif.
Kang Emil juga ikut mendukung gagasan publik ketika pesohor Baim Wong berusaha mendaftarkan Citayam Fashion Week sebagai bagian kekayaan intelektual perusahaannya, Tiger Wong Entertainment. Kang Emil mengingatkan bahwa Citayam Fashion Week adalah milik publik.
“Fenomena #CitayamFashionWeek itu adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuh kembangnya harus natural dan organik pula. Sekalinya diformalkan dan dimewahkan, apalagi oleh orang luar, malah akan hilang tujuan dan maksudnya dan biasanya gerakannya malah akan mati muda,” demikian bunyi captionunggahan Ridwan Kamil.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno juga ikut meramaikan soal kegiatan Citayam Fashion Week. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menawarkan peningkatan keahlian kepada para anggota Citayam Fashion Week agar kreativitas anak di bidang fesyen terus berkembang.
“Kita tidak ingin anak-anak ini terkenal cuma satu musim, musim liburan sekarang, terus menghilang, saya ingin mereka memiliki kemampuan sehingga mereka bisa berkelanjutan. Siapa tahu Roy, Jeje, Bonge, dan teman-temannya bisa tampil suatu saat di Paris Fashion Week," kata dia dikutip dari Antara, Selasa (26/7/2022).
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mulai bertindak tegas dalam kehadiran Citayam Fashion Week. Hal ini terjadi karena kehadiran kegiatan tersebut berlangsung hingga larut malam.
“Kami minta pukul 22.00 WIB sudah harus wajib pulang ke rumah, sebelum jam 22.00 WIB lebih baik lagi. Agar tidak kemalaman sampai di rumah dan tidak ketinggalan kereta bagi yang rumahnya di Citayam, Bojonggede, dan lainnya," kata Riza melalui keterangan video, Jumat (22/7/2022).
Keputusan tersebut, kata Riza, Pemprov DKI lakukan karena tidak ingin anak-anak pulang sampai larut malam hingga ke rumah. Apalagi yang kediamannya berada di Citayam, Bojonggede, hingga Bekasi.
“Kami tidak ingin mereka sakit, alami kekerasan, dan perlakuan tidak pantas lainnya karena tidur di sembarang tempat," tuturnya.
Riza menginstruksikan kepada jajaran Pemprov DKI agar jangan takut untuk membubarkan bocah 'SCBD' maupun di kawasan lainnya yang melanggar aturan. “Satpol PP DKI, Polda Metro, dan seluruh petugas lintas dinas, jangan sungkan untuk membubarkan kegiatan anak-anak jika melanggar aturan dan etika. Ini demi kebaikan mereka juga,” kata dia.
Selain itu, Riza juga berbicara soal klaim Citayam Fashion Week oleh Baim Wong. Ia menuturkan, Baim Wong silakan saja mendaftarkan merek Citayam Fashion Week ke Kemenkumham. Namun, dia menegaskan jika Citayam Fashion Week merupakan milik publik, bukan milik pemerintah ataupun personal.
“Itu milik semua, milik anak-anak kita. Tempat itu tempat ruang publik ya, bukan milik pemprov, tapi milik warga, milik kita semua," tegas Riza, Senin (25/7/2022).
Jadi Ajang Promosi Para Politikus
Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam menilai, Citayam Fashion Week adalah ruang penting bagi para politikus untuk mencari elektabilitas jelang Pemilu 2024. Oleh karena itu, para kandidat bakal capres potensial berupaya ikut dalam fenomena sosial yang viral tersebut.
“Momentum Citayam Fashion Week yang trending dan menarik perhatian publik, tentu harus dibaca oleh para politisi sebagai momentum untuk mendompleng atau menunggangi isu tersebut untuk menaikkan popularitas maupun elektabilitas,” kata Imam kepada reporter Tirto, Rabu (27/7/2022).
Aksi Anies, Kang Emil serta Sandiaga, bahkan termasuk sikap tegas Riza memang bisa dimaknai sebagai sikap positif kepedulian mereka pada Citayam Fashion Week. Namun, kata dia, sikap mereka juga membuktikan bahwa para politikus ini tidak mau ketinggalan tren untuk menarik pemilih.
“Sehingga langsung atau tidak langsung akan menambah popularitas minimal dan bisa jadi akan menambah elektabilitas,” kata Imam.
Imam juga mengatakan, upaya mengejar elektabilitas berawal dari aksi respons para kandidat. Ketika isu tersebut direspons secara tepat, publik akan menaruh simpati dan berpotensi menjadi elektabilitas.
Lantas, mengapa tidak semua kandidat mau bermain di isu Citayam Fashion Week? Imam beralasan para politikus punya pertimbangan tersendiri apakah aksi mereka bakal membawa respons positif atau tidak.
“Kenapa tidak semua [bakal] capres merespons isu tersebut? Karena pertimbangan-pertimbangan para capres dan cawapres tentu berbeda dalam melihat setiap isu. Ada yang melihat isu tersebut bisa jadi tidak memiliki nilai elektabilitas, tetapi ada juga yang memandang memiliki nilai elektabilitas,” kata Imam.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, manuver para kandidat potensial capres-cawapres adalah upaya mereka mengikuti tren. Para tokoh publik ini berupaya beradaptasi dengan keinginan dan selera publik. Aksi itu akan menciptakan citra di masyarakat sekitar dan berupaya meraih pemilih muda.
Akan tetapi, kata Pangi, respons para tokoh seperti Anies, Sandiaga maupun Kang Emil bukan demi situasi di darat, tetapi "kampanye udara" atau kampanye via media sosial. Dengan demikian, mereka akan terlihat lebih cair, tidak terlalu formal, lebih dekat sama rakyat, lebih friendly, lebih dekat dengan media sosial, bisa mengikuti selera-selera anak muda. Apalagi para peserta Citayam Fashion Week adalah anak muda yang kemungkinan besar menggunakan hak pilih di Pemilu 2024.
“Artinya yang dilihat itu bukan serangan darat, bukan kampanye daratnya, tapi yang berbahayanya itu adalah kampanye udaranya, aktivitas kegiatan di darat itu, yang mereka sampaikan akan mereka lakukan operasi udara, serangan udara. Serangan udara itu yang efeknya besar [terhadap popularitas] sebenarnya,” kata Pangi kepada reporter Tirto.
Pangi menambahkan, “Jadi apakah itu kemudian efek untuk menggaet pemilih milenial? Apakah itu efektif menggaet ceruk suara pemilih anak muda? Itu jawabannya adalah seberapa mampu mereka memainkan itu atau memainkan serangan udara itu.”
Pangi mengingatkan bahwa fenomena Citayam Fashion Week adalah gerakan anak muda yang berupaya melawan kemapanan dan ketidakadilan serta kelompok perlente. Gerakan ini membawa pesan menarik sehingga publik mau terlibat dalam gerakan tersebut. Politisi, kata Pangi, hanya memanfaatkan momentum yang dibuat oleh gerakan masyarakat ini untuk mencari elektabilitas.
“Namanya politisi tentu berbagai cara dilakukan, ya soal hasil, soal apakah itu punya korelasi terhadap peningkatan intensif elektoral mereka, itu kan soal lain. Tetapi aktivitas begitu, kan, bagian dari upaya ikhtiar mereka untuk menjadikan itu sebagai gelembung popularitas, untuk bagaimana pemilih milenial anak muda itu merasa senang karena itu sesuai dengan hobi mereka,” kata Pangi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz