tirto.id - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan terkoreksi, menyusul kembalinya ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) masih akan tetap agresif menaikkan suku bunga.
Rupiah hari ini ditutup melemah 67 poin atau 0,44 persen ke posisi Rp15.318 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.251 per dolar AS.
"Dolar AS menguat dibalik perilisan data tenaga kerja AS yang hasilnya optimis," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya dikutip Antara, Senin (10/10/2022).
Menguatnya dolar AS seiring optimisnya data ketenagakerjaan non pertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) AS yang menunjukkan pertumbuhan sebanyak 26 ribu tenaga kerja, lebih tinggi dari estimasi 250 ribu tenaga kerja.
Data lain yaitu tingkat pengangguran juga menunjukkan penurunan menjadi 3,5 persen, lebih baik dari estimasi di level 3,7 persen. Dengan mempertimbangkan data ekonomi AS yang optimis dan pernyataan pejabat The Fed yang cenderung hawkish.
Pasar saat ini kembali berekspektasi akan ada kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) selanjutnya.
Di sisi lain, ada kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik setelah adanya ledakan di sebagian jembatan Krimea yang sangat penting untuk suplai perang Rusia.
Selain itu Korea Utara yang dikabarkan menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah perairan timurnya pada Minggu (9/10/2022).
Ini tindakan terbaru dari serangkaian uji senjata baru-baru ini sehari setelah penempatan kembali kapal induk AS di dekat Semenanjung Korea, telah memperburuk ketegangan regional.
Editor: Anggun P Situmorang