tirto.id - Bagaimana rumus Lailatul Qadar Imam Ghazali bisa diterapkan dalam Ramadhan 2025 kali ini? Apakah Lailatul Qadar sudah terjadi tadi malam pada malam ke-21 Ramadhan, ataukah masih ada peluang untuk malam seribu bulan tersebut akan hadir pada sisa malam ganjil bulan puasa 1446 H?
Pada dasarnya, kapan terjadinya Lailatul Qadar adalah rahasia Allah. Yang bisa dilakukan oleh seorang muslim hanyalah mencari malam tersebut pada 10 hari terakhir Ramadhan, atau secara spesifik pada malam tanggal ganjil, yaitu pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan.
Dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, dikisahkan bahwa para sahabat melakukan i'tikaf bersama Rasulullah saw. pada 10 hari pertengahan bulan Ramadhan. Beliau lantas keluar pada pagi hari ke-20, dan berkhutbah, "Sesungguhnya aku diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian aku dijadikan melupakannya, maka carilah ia (lailatul qadar) pada 10 (malam) yang terakhir pada bilangan yang ganjil."
Dalam riwayat lain, dari Aisyah, Rasulullah saw. bersabda, "Carilah lailatul qadar pada malam ganjil di sepuluh malam yang terakhir bulan Ramadhan."
Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, terdapat lebih dari 40 pendapat ulama tentang lailatul qadar. Totalnya adalah 46 pendapat. Ini dimulai dari pendapat pertama, bahwa lailatul qadar sudah diangkat dan tidak pernah terjadi lagi. Ada pula pendapat bahwa lailatul qadar khusus terjadi pada satu tahun yang terjadi pada masa hidup Nabi Muhammad saw.
Berikutnya, dari pendapat ketiga hingga ke-46, terdapat pandangan umum bahwa lailatul qadar merupakan peristiwa yang berulang, dan kemungkinan bisa didapatkan oleh umat Islam hingga akhir zaman.
Pendapat paling banyak adalah lailatul qadar itu hanya ada pada bulan Ramadhan, yaitu pada 10 malam yang terakhir, tepatnya pada malam-malam yang ganjil. Ditambah, lailatul qadar berpindah-pindah setiap tahun pada malam-malam tersebut.
Menurut mazhab Syafi'i, malam ganjil yang paling berpeluang terjadinya lailatul qadar adalah malam ke-21 atau ke-23 berdasarkan hadits Abu Sa'id dan Abdullah bin Humaid. Sementara itu, menurut jumhur ulama, malam ganjil yang paling berpeluang adalah malam ke-27.
Rumus Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali & Ulama
Terkait hal ini, terdapat rumus Lailatul Qadar Imam Ghazali dan ulama lain yang tercantum dalam I'anatut Thalibin. Cara menandai Lailatul Qadar adalah dilihat dari malam pertama Ramadhan tahun tersebut.
Rumus terkait lailatul qadar berdasarkan tanggal dimulainya awal Ramadhan ini disusun dengan mencocokkan hari pertama bulan puasa dengan hari yang paling mungkin terjadinya lailatul qadar. Terdapat 5 pola dasar sebagai berikut.
- Jika hari pertama Ramadhan terjadi pada Minggu atau Rabu, lailatul qadar bertepatan pada malam ke-29 Ramadhan.
- Jika hari pertama Ramadhan terjadi pada Senin, lailatul qadar akan tiba pada malam ke-21.
- Jika awal Ramadhan adalah hari Selasa atau Jumat, malam qadar bertepatan pada malam ke-27.
- Jika hari pertama Ramadhan adalah Kamis, malam qadar akan bertepatan dengan malam ke-25.
- Jika hari pertama Ramadhan adalah hari Sabtu, lailatul qadar akan bertepatan dengan malam ke-23.
Hari Pertama Ramadhan | Malam Lailatul Qadar |
Ahad/Rabu | Malam ke-29 |
Senin | Malam ke-21 |
Selasa atau Jumat | Malam ke-27 |
Kamis | Malam ke-25 |
Sabtu | Malam ke-23 |
Jika dilihat kembali ke belakang, awal Ramadhan 1446 H ini bertepatan dengan Sabtu, 1 Maret 2025. Jika menggunakan rumus di atas, lailatul qadar diperkirakan akan terjadi pada malam ke-23 Ramadhan 1446 H, atau pada Minggu, 22 Maret 2025.
Namun, yang perlu dipahami tidak ada yang dapat memastikan lailatul qadar kecuali Allah. Yang bisa dilakukan oleh umat Islam adalah terus mencari malam tersebut dengan banyak beribadah. Untuk mengilustrasikannya, terdapat pendapat Ibnu Arabi bahwa, "Pendapat yang benar adalah, bahwa lailatul qadar tidak diketahui."
Tanda-Tanda Apakah Lailatul Qadar Terjadi Tadi Malam
Lantas, bagaimana cara mengetahui apakah Lailatul Qadar terjadi? Tanda-tandanya adalah pada keesokan harinya. Artinya, seseorang tidak akan tahu apakah sebuah malam merupakan lailatul qadar atau tidak sampai esok harinya, dengan mempertimbangkan tanda-tanda yang ada dalam beberapa riwayat.
1. Malam Sejuk dan Paginya Matahari Terbit Kemerahan
Tanda ini merujuk pada riwayat dari jalur Ibnu Abbas bahwa, "Rasulullah saw. bersabda: pada malam qadar, malamnya sejuk, tenang. Cuacanya tidak panas, tidak pula dingin. Pada keesokan harinya matahari terbit dengan cahaya kemerah-merahan. (H.R. Abu Dawud)
2. Matahari Seperti Baskom, Cahayanya Tidak Terik
Dikisahkan dari 'Ashim, dari Zirrin, ia bertanya kepada Ubay bin K'ab bagaimana ia dapat mengetahui malam lailatul qadar. Ubay bin Ka'b menjawab, "yaitu dengan tanda-tanda yang pernah diberitahukan Rasulullah saw." Tanda-tanda tersebut adalah "Matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bercahaya hingga ia meninggi." (H.R. Abu Dawud)
Dengan tidak diberitahukannya kapan waktu lailatul qadar, umat Islam akan termotivasi untuk bersungguh-sungguh beribadah atau selalu mencari malam tersebut. Tentunya akan berbeda jika Allah dan Rasul-Nya mengumumkan kapan lailatul qadar. Orang-orang kemungkinan hanya akan memperbanyak beribadah pada malam yang disebutkan saja.
Editor: Iswara N Raditya