tirto.id - Rizal Ramli bikin sensasi. Anggota Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) dan bekas Menko Perekonomian itu mengaku memperoleh informasi dari seorang "Letnan Kolonel TNI Angkatan Darat" bahwa Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah memenangkan Pilpres 2019.
Hal ini ia nyatakan lewat Twitter, @RamliRizal, pada 5 Mei. Saat berita ini ditulis cuitannya telah di-RT 6.000 kali dan mendapat likes nyaris 14 ribu.
"Barusan belanja buah di supermaket. Didatangi ibu-ibu dan bapak yang saya tidak kenal. Ibu-ibu katakan, 'Pak Ramli harus bicara lebih keras, ini sudah tidak benar! Kemudian datang seorang Letkol AD, 'Pak, ini sudah kebangetan, laporan-laporan Babinsa PS (Prabowo Subianto) sudah menang. Bahkan di kompleks Paspamres!" kata Rizal (dengan penyuntingan).
Rizal enggan berkomentar lebih lanjut ketika dikonfirmasi ulang soal twitnya itu saat menghadiri acara di rumah Prabowo di Jakarta Selatan, Senin (6/5/2019).
"Tanya sama yang di dalam saja," katanya, singkat.
Dia tak menyebut siapa yang dimaksud dengan "yang di dalam." Namun jika maksudnya adalah pengurus BPN lain, dua narasumber yang reporter Tirto mintai komentar pun mengaku tak paham.
Juru bicara BPN Andre Rosiade misalnya, mengatakan kalau tim tidak menerima data kemenangan dari TNI. "Kami menerima data dari partai politik pengusung, relawan, dan simpatisan," katanya, Senin.
Sementara jubir BPN lain dari Demokrat, Ferdinand Hutahaean, malah bilang kalau pernyataan Rizal tak ada kaitan sama sekali dengan tim sukses.
"Bukan pernyataan BPN secara lembaga," katanya, Senin. "Apakah hal tersebut benar atau tidak, saya kurang tahu. Saya tak mau spekulasi," tambahnya.
Ferdinand lantas bilang kalau memang sejauh ini banyak informasi yang diterima tim kampanye yang menyebut kalau Prabowo menang berdasarkan hitung-hitungan Babinsa. Namun, katanya, "perhitungan secara resmi dari TNI tidak pernah dirilis".
"Jadi bagi saya ini dugaan berdasarkan informasi yang banyak beredar di lapangan," tambah Ferdinand.
Sanggahan bahkan datang dari Kepala Staf Angkatan Darat Andika Perkasa. Dia bahkan bilang kalau TNI tidak pernah mengumpulkan data pemilu. Selama pemilu, mereka hanya bertugas mengamankan saja.
Andika juga mengatakan kalau tidak ada satu pun TNI yang punya data formulir C1 (formulir yang berisi rekapitulasi suara tingkat TPS).
"Tidak benar bahwa kami memiliki hasil [pemilu]. Bagaimana kami punya hasilnya? Penghitungannya saja masih berlangsung," katanya di Mabes AD, Senin siang.
Andika juga bilang tim internal TNI AD sedang menelusuri siapa Letkol AD yang Rizal Ramli maksud. Untuk Rizal sendiri, kata Andika, mereka akan diamkan saja. "Saya tidak akan melakukan apa pun terhadap Pak RR."
Jika faktanya BPN bahkan TNI pun sudah menyanggah pernyataan Rizal, kenapa yang bersangkutan masih mencuitkan itu?
Mitos TNI Tahu Segalanya
Menurut pemerhati militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, nama TNI masih dibawa-bawa adalah karena institusi ini masih dianggap 'kunci' untuk segala hal bahkan setelah dwi fungsi ABRI dihapuskan lebih dari 20 tahun lalu. Apa yang disampaikan TNI jadi seakan selalu benar.
"Menebalkan mitos seolah TNI-lah yang paling hebat, sudah mampu mendeteksi kemenangan dalam pemilu bahkan sebelum suara mulai dihitung," kata Fahmi kepada reporter Tirto, Senin.
"Kalau tak percaya hasil hitung cepat, mestinya cerita macam ini juga dikesampingkan," tambahnya.
Fahmi juga bilang kalau masyarakat Indonesia masih banyak yang percaya dengan 'mitos' itu. Jadi, ketika ada politikus yang bilang kalau dia tahu dari TNI bahwa Prabowo-Sandiaga menang, masyarakat--terutama yang memang memilih pasangan nomor urut 02 ini--akan percaya dan lantas semakin meragukan hasil hitung resmi dari otoritas terkait, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Ini versi ke sekian soal 'laporan Babinsa'. Tanpa dibarengi data, tentu saja sekadar rumor belaka," tegasnya.
Sementara itu, pemerhati militer dari Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi) Beni Sukadis menduga kenapa klaim itu muncul dari paslon 02 karena memang Prabowo lebih dekat ke militer ketimbang Jokowi. Prabowo adalah seorang tentara tulen. Hampir seluruh hidupnya dipakai untuk mengabdi di lembaga ini. Sementara Jokowi, di sisi lain, adalah seorang sipil.
"Memang keluarga besar TNI punya simpati ke 02, baik aktif maupun yang purnawirawan. Karena dilihat secara historis, karier, dan jasa-jasa Prabowo kepada para individu atau unit militer tersebut," katanya kepada reporter Tirto.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino