tirto.id - Pilihan pembayaran paylater kian populer di Indonesia. Penggunanya semakin banyak dan keberadaannya dinilai banyak memberi kemudahan dan kenyamanan, terutama bagi orang-orang yang tak memiliki kartu kredit. Hal ini tergambar dari riset yang dilakukan Tirto besama dengan Jakpat.
Dari survei yang dilakukan terhadap lebih dari 1.500 orang responden tersebut, hampir 2/3 responden mengaku setidaknya pernah menggunakan layanan paylater. Sekitar 30 persen bahkan mengatakan menggunakan memakai dengan reguler.
Hal ini menunjukkan kebutuhan (atau mungkin keinginan) orang-orang Indonesia untuk mengakses cara pembayaran dengan metode mencicil atau dengan menunda bayar. Layanan yang sebenarnya ditawarkan kartu kredit, tetapi kurang menjangkau kebanyakan orang.
Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) mencatat pada tahun 2021 jumlah kartu kredit yang ada di Indonesia sekitar 16,5 juta kartu. Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia kala itu, sekitar 272,7 juta, maka penetrasi kartu kredit hanya sekitar 6 persen dari total populasi.
Senada, laporan Daily Social menyebut kalau paylater telah menjadi salah satu metode pembayaran paling populer di Indonesia. Paylater lebih banyak penggunaannya dibanding kartu kredit dan kartu debet sebagai opsi pembayaran.
Temuan menarik lainnya dari survei Tirto, platform pembayaran berbasis kredit digital ini juga mendorong penggunanya untuk makin impulsif dalam berbelanja. Adanya opsi pembayaran paylater mendorong orang untuk lebih aktif berbelanja.
Adapun survei mandiri yang dilakukan Tim Riset Tirto adalah hasil kolaborasi dengan Jakpat, yang merupakan penyedia layana survei dengan lebih dari 1,1 juta responden di Indonesia.
Metodologi
Survei dilangsungkan pada 18 Oktober 2022 dengan melibatkan 1.506 orang responden.
Wilayah riset: Indonesia (tersebar di 33 provinsi)
Instrumen penelitian: Kuesioner online dengan Jakpat sebagai penyedia platform
Jenis sampel: Non-probability sampling
Margin of error: Di bawah 3 persen
Profil responden
Penelitian ini melibatkan responden dengan rentang usia antara 15 - 71 tahun. Terdapat dua responden yang terlalu sedikit untuk mewakili kelompok usia mereka, sehingga dikeluarkan dari perhitungan.
Sebaran responden masih dominan di Pulau Jawa, dengan proporsi responden mencapai 77 persen. Sementara untuk jenis kelamin jumlahnya cukup berimbang antara laki-laki dan perempuan, dengan jumlah responden perempuan lebih banyak, sebesar 56,58 persen.
Melihat latar pekerjaan, mayoritas responden berprofesi sebagai pegawai swasta, disusul oleh pelajar/mahasiswa, dan wiraswasta, serta profesi lainnya.
Sementara itu, dari sisi pemasukan bulanan, kebanyakan responden memiliki pemasukan antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta, Diikuti kelompok responden yang memiliki pemasukan antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta yang jumlahnya lebih dari 20 persen.
Dari keseluruhan responden, hampir setengah responden, sebesar 45,61 persen, belum menikah. Sementara itu, jumlah responden terbanyak selanjutnya sudah menikah dengan 1 hingga 2 anak, proporsinya 35,97 persen.
Dari keseluruhan responden, mayoritas sudah memanfaatkan layanan perbankan, hanya sekitar 10 persen yang tidak punya akun bank. Namun, kebanyakan responden tidak menggunakan layanan kartu kredit. Pada survei ini, terlihat juga adanya tren pemilik kartu kredit lebih besar proporsinya di generasi yang lebih tua.
Proporsi pengguna layanan paylater juga cukup besar dibanding keseluruhan responden. Lebih dari 60 persen responden setidaknya pernah memakai layanan ini, baik secara reguler maupun tidak reguler.
Tim Riset Tirto juga sempat memetakan penggunaan platform paylater antar generasi/kelompok umur. Dari situ terlihat kecenderungan pemanfaatan paylater yang berbeda antara Gen Z dengan Milenial dan Gen X.
Paylater Memberikan Kenyamanan dan Mudah Digunakan
Persepsi pengguna paylater terhadap kenyamanan pemanfaatan layanan ini cenderung baik. Ini terlihat dari hanya sekitar 2 persen responden yang memberi penilaian buruk dan sangat buruk untuk penggunaan paylater.
Sisanya mengaku cukup puas dengan kenyamanan penggunaannya, dengan 44 persen responden memberi penilaian baik. Bahkan, sekitar 26 persen responden menilai kenyamanan mereka dalam menggunakan cara pembayaran paylater sangat baik.
Sementara itu aspek kemudahan penggunaan menjadi pertimbangan yang paling utama bagi responden dalam memilih penyedia layanan paylater. Banyaknya promo dan pilihan tenor cicilan melengkapi tiga besar pertimbangan pemilihan layanan paylater, dengan persentase di atas 50 persen.
Jawaban ini sejalan dengan hasil riset Katadata Insight Center (KIC) bersama Kredivo, yang menemukan kalau adanya cicilan jangka pendek dan adanya promo sebagai dua dari tiga alasan teratas penggunaan paylater.
Kemudian, terkait jumlah transaksi, sekitar setengah responden menjawab rata-rata mereka melakukan 2-5 transaksi paylater per bulan. Diikuti dengan mereka yang hanya melakukan satu transaksi paylater per bulannya.
Sementara untuk alokasi dana, lebih dari setengah responden menganggarkan Rp 100 ribu - Rp 500 ribu per bulan untuk membayar paylater. Menariknya, terdapat sekitar total 4 persen responden dari total 1.500 responden yang mengalokasikan pembayaran paylater di atas Rp 5 juta setiap bulan.
Melihat kategori produknya, kebanyakan responden mengaku memanfaatkan paylater untuk membeli produk elektronik dan gadget. Empat kategori berikutnya, yang punya proporsi serupa, sekitar 35-36 persen adalah peralatan rumah tangga, pulsa dan kuota internet, fesyen dan aksesoris, serta kecantikan dan perawatan.
Terkait penyedia layanan yang paling banyak digunakan, ShopeePayLater unggul jauh dibanding penyedia lainnya. Diikuti GoPayLater mengekor di bawahnya. Selain dua penyedia layanan super-apps tersebut, ada Kredivo dan Akulaku yang juga cukup banyak digunakan.
Temuan ini juga serupa dengan apa hasil survei Daily Social mengenai awareness akan penyedia layanan paylater. Dalam Fintech Report 2021 disebutkan kalau ShopeePayLater juga yang menjadi "top of mind" diikuti GoPayLater dan Kredivo.
Melihat mayoritas responden riset ini menilai layanan paylater sudah nyaman digunakan, ditambah kemudahan dan beragam keuntungan yang ditawarkan oleh penyedia layanan paylater, nampaknya pemanfaatan layanan ini akan terus meningkat dan meluas ke depannya. Paylater menjadi solusi dan mengisi kekosongan yang gagal dipenuhi kartu kredit bagi masyarakat Indonesia.
Editor: Farida Susanty