Menuju konten utama

RI akan Teken MoU Impor Beras dari Thailand untuk 4 Tahun

Impor beras dari Thailand dengan catatan tergantung produksi beras kedua negara dan harga beras dunia.

RI akan Teken MoU Impor Beras dari Thailand untuk 4 Tahun
[Ilustrasi] Pekerja memanggul karung beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (26/11/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.

tirto.id - Indonesia dan Thailand akan segera menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk pengadaan beras akhir Maret 2021. Thailand sepakat untuk mengekspor berasnya ke Indonesia hingga 1 juta ton untuk beras putih 15% - 25%, selama 4 tahun.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Thailand, Jurin Laksanawisit, seperti dilansir Bangkok Post, Kamis (11/3/2021). Kerjasama dilakukan secara government to government (GtoG).

Namun, menurut perjanjian, impor beras dilakukan dengan catatan tergantung produksi beras di Indonesia dan Thailand serta harga beras dunia.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam materi paparannya saat Rapat Kerja Kementerian Perdagangan pada Kamis, 4 Maret lalu sudah mengungkapkan rencana impor beras Indonesia. Impor rencananya akan dilakukan oleh Bulog untuk 500.000 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton lagi sesuai kebutuhan Bulog.

Impor dilakukan dengan alasan pemerintah harus menjaga ketersediaan pasokan terutama setelah adanya Bansos sehubungan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pasokan juga diperlukan untuk antisipasi dampak banjir dan pandemi COVID-19.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku sudah mengantongi izin untuk impor beras. Namun, ia berjanji akan bertanggung jawab dan mengupayakan agar impor tidak mengganggu pasokan dari petani.

Keputusan impor ini menuai protes karena diteken saat harga gabah anjlok. Kehadiran beras impor dikhawatirkan semakin menekan harga di tingkat petani.

Dari perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) dengan metode kerangka sampel area (KSA), produksi beras Januari-April akan naik 26,84% atau dari 11,46 juta ton (2020) menjadi 14,54 juta ton. Sementara USDA Foreign Agricultural Services pada Februari memperkirakan produksi beras Indonesia pada 2021 akan mencapai 35,5 juta ton. Jika terealisasi, maka berarti lebih tinggi dari produksi beras Indonesia tahun 2020 yang mencapai 34,7 juta ton.

Impor juga dilakukan saat harga beras Thailand mahal akibat penguatan baht. Presiden Asosiasi Eksportir Beras Thailand, Charoen Laothammatas mengatakan, penguatan baht membuat harga beras Thailand lebih mahal ketimbang kompetitornya.

Beras putih 15% Thailand saat ini harganya mencapai USD549 per ton, lebih mahal dari beras Vietnam USD513-517 atau beras India USD398-402, dan beras Pakistan USD438-442 per ton.

Indonesia pernah mengimpor beras dari Thailand selama periode 2012-2016, untuk total jumlah 925.000 ton di bawah kesepakatan GtoG, menurut Bangkok Post. Setelah itu, Indonesia menghentikan impor karena ingin menggenjot produksi dalam negeri.

Baca juga artikel terkait BERAS atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Gilang Ramadhan